Selasa, 08 Oktober 2013

Menyikapi Fenomena Vickynisasi

Oleh: Rihan Musadik 

Wabah Vickynisasi Mulai Merebak
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat dibuat heboh oleh kemunculan Vicky Prasetyo ‘sang intelek abal-abal’ dengan gaya bicaranya yang sangat tidak lazim. Pria yang memilki nama asli Hendriyanto ini menjadi terkenal lewat berita-berita infotainment di televisi setelah kegagalan hubungan cintanya dengan pedangdut Zaskia Gothik, karena dianggap telah melakukan banyak kebohongan dan penipuan. Dan menjadi heboh lagi tatkala video berdurasi singkat muncul di situs youtube, yaitu pada saat diwawancarai sewaktu acara tunangannya yang cukup mewah dengan Zaskia Gothik.

Video ini baru muncul ketika banyak diketahui—lewat infotainment—alias terbongkar kedok Vicky yang dikatakan sering melakukan kebohongan, kamuflase, atau hipokrit. Karena ada beberapa wanita yang mengaku pernah menjadi korban kebohongannya Vicky, begitu pula ada beberapa teman SMA Vicky dan juga orang-orang yang mengetahui Vicky, banyak yang membeberkan sisi negatifnya.
 
Nah, ditambah lagi dengan gaya bicaranya yang asal-asalan dan tidak sesuai pada tempatnya ini, terekam dalam beberapa video. Contohnya saja, Vicky banyak menggabungkan kata-kata yang konteksnya berbeda alias tidak relevan dan tidak lazim, lalu disambungkan dengan kata-kata yang lain. Begitu pula bahasa Inggrisnya yang sangat ngawur alias tidak terpola. Mungkin ia ingin menunjukkan eksistensi dirinya sebagai seorang intelek, tapi kenyataannya sangat jauh panggang daripada api. Malang tak dapat ditolak, ia justru tercoreng nama baiknya karena tindakan buruknya selama ini dan gaya bahasanya yang aneh. Ia malah justru dianggap “intelek abal-abal”, bahkan ada yang mengatakan logikanya sudah parah.
 
Kemudian yang menjadi pertanyaan di benak kita, kenapa gaya bicara Vicky yang ngawur itu baru disadari setelah dipublikasikan lewat video youtube? Ya, tentu saja karena masyarakat tidak memperhatikan berita infotainment yang dianggap tidak penting itu. Lantas ketika Vicky terekam dalam video sewaktu nyalon kepala desa, mungkin banyak yang tidak menyadari pola bahasa Inggrisnya yang banyak keliru. Ya, jelas saja, karena masih banyak yang tidak menguasai bahasa Inggris.

Dari kasus gaya bicara Vicky ini, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran, bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang kurang memperhatikan saat seseorang berbicara dengan menggunakan “bahasa tinggi”. Pada kasus Vicky ini, kita menjadi tersadarkan dengan kesalahan berbahasa seseorang yang dianggap aneh, nyleneh, lucu, wagu bin nggak nyambung, tidak lazim, maupun berantakan, setelah dipublikasikan di situs youtube oleh seseorang. Ini menjadi hikmah bagi kita semuanya, untuk banyak mempelajari bahasa Indonesia dengan baik, mengetahui arti dan makna kosa kata dalam bahasa Indonesia (khususnya kosa kata serapan asing atau kata-kata yang berbau akademis) maupun Inggris. Lalu yang terpenting, kita juga harus menguasai makna kata, kalimat atau pernyataan yang kita ucapkan. Jangan asal bunyi saja, sementara “kata-kata intelek” yang kita ucapkan tidak tahu artinya.

Lalu yang menjadi bahan sorotan kita, ternyata gaya bahasa Vicky Prasetyo yang dianggap nyleneh dan lucu itu (penulis ketika melihat videonya tertawa ngakak, karena memang lucu sekali) justru malah menjadi populer di masyarakat. Ini terlihat dari sering dipakainya kata-kata semisal "kontroversi hati", "labil ekonomi" dalam sebuah sinetron, siaran radio, MC, maupun tulisan-tulisan populer yang tidak/kurang ilmiah. Mungkin karena dianggap keren, lucu, gaul, dan sebagainya. Pertanyaan kita selanjutnya, apakah boleh kata-kata Vicky yang kita anggap aneh ini digunakan dalam percakapan sehari-hari?

Jawaban dari pertanyaan ini mengingatkan penulis pada saat kuliah bahasa Indonesia di semester pertama. Waktu itu dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, Ibu Ari Kusmiatun, M. Hum menjelaskan bahwa ciri bahasa di antaranya adalah konvensional dan arbitrer, bahkan beliau mengatakan—kalau penulis tidak salah dengar—bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional. Arbitrer sendiri artinya adalah bebas, sesuka hati, atau sekehendak kita; sedangkan konvensional berarti kesepakatan bersama, sudah disepakati, atau sudah sewajarnya. Artinya, apabila bahasa/kata-kata Vicky yang cenderung kontroversial bagi para pakar bahasa; semisal "labil ekonomi", "statusisasi kemakmuran" sudah sering digunakan oleh banyak orang, dan sudah bisa dimaknai secara umum dan jelas, maka bisa saja kata-kata tersebut menjadi kata-kata yang sah digunakan karena sejalan dengan ciri bahasa, yaitu arbitrer dan konvensional.

Hanya saja kata-kata Vicky tersebut akan lebih layak digunakan pada percakapan sehari-hari yang tidak formal, dan non-ilmiah. Dan lebih cenderung digunakan sebagai bahan lelucon belaka, kendati tetap ada maknanya. Kemudian sah-sah juga apabila dipakai pada tulisan yang tidak ilmiah atau tidak formal, karena pada tulisan-tulisan yang ilmiah jelas kata-kata Vicky tersebut sangat tidak lazim digunakan. Sedangkan pada tulisan-tulisan non-formal ataupun ilmiah populer masih bisa digunakan, tetapi sebaiknya ditandai dengan menggunakan tanda kutip. Saat ini wabah “vickynisasi” mulai merebak seiring dengan booming-nya Vicky Prasetyo dengan gaya bahasanya yang mengundang kritik, sindiran, hujatan, hingga menjadi lelucon tersendiri. Berikut beberapa kata-kata Vicky yang penulis ambil dari video di youtube dan tambahan sendiri dari penulis:
  1. Mendeklarasikan hati
  2. Twenty nine my age (strukur bahasa Inggris yang salah)
  3. Kontroversi hati
  4. Merindukan apresiasi
  5. Lebih menyudutkan pada...
  6. Konspirasi kemakmuran
  7. Ego terhadap satu kepentingan
  8. Mengkudeta apa yang menjadi keinginan
  9. Mensiasati kecerdasan
  10. Labil ekonomi
  11. Basically (pada dasarnya)
  12. Harmonisisasi (seharusnya "harmonisasi")
  13. Statusisasi kemakmuran
  14. Mempertakut
  15. Mempersulit
  16. Tidak boleh ego terhadap satu kepentingan
  17. Confidence (percaya)
  18. Long distance (jarak jauh)
  19. Settle (menetap) dengan kemakmuran kita, berikut tambahan dari penulis:
    • Vickynisasi
    • Gudalisasi, gudal: kotoran putih pada kelamin pria
    • Hornysasi, hornisasi; horny: bertanduk, terangsang
    • Plangisasi
    • LDR (Long Distance Relationship)
    • Hanya Tuhan dan dia yang tahu
    • S-3 (es teller, es doger, es dawet)
    • Jangkrik boss...
    • Jancukisasi, makna kata jancuk (kamusslang.com):
      • Kosakata lokal Surabaya yang berarti ungkapan kekesalan, mengumpat
      • Sapaan pertemanan kental dan akrab di kalangan kaum Adam
      • Dalam bahasa Inggris disebut fuck!
      • Ungkapan kekaguman
      • Jajanan pincuk. Pincuk itu daun pisang. Maka jancuk berarti makan di daun pisang, lalu sudah. Ini khas sekali orang Surabaya. Ada masalah, marah sedikit, lalu sudah… ya sudah (Wattimena, 2011).
Untuk arti atau maknanya silahkan dipahami sendiri, dicari sendiri, dimaknai sendiri, dan jangan lupa buka-buka kamus atau referensi lainnya. Sesuaikan dengan konteks penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selamat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kuasailah bahasa, maka anda akan mengusai segalanya. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar