Oleh: Sandiaga S. Uno
Sandiaga Shalahudin Uno |
Hal ini merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan. Semakin
banyak pengusaha, maka semakin banyak lapangan kerja yang tersedia dan
semakin banyak pengangguran yang bisa diserap. Saat ini pengangguran di
Indonesia telah mencapai angka 11 juta. Jika kita asumsikan setiap
usaha merekrut setidaknya 2 pegawai, maka jika tumbuh 1 juta pengusaha,
akan tersedia 2 juta lapangan kerja. Dengan adanya pengusaha, pemerintah
akan terbantu untuk menyediakan lapangan kerja. Kita tahu bahwa
pemerintah juga memiliki keterbatasan. Munculnya pengusaha akan sangat
membantu pemerintah.
Dengan tersedianya lapangan kerja, maka daya beli masyarakat akan meningkat dan pada akhirnya mengurangi angka kemiskinan. Saat ini kita masih memiliki 40 juta rakyat miskin, sebuah jumlah yang sangat besar. Jika 1 pekerja menghidupi 1 istri dan 1 anak, maka setidaknya 3 juta orang tertolong dengan hadirnya 1 pengusaha. Oleh karena itu, jumlah pengusaha harus ditingkatkan lagi agar semakin banyak orang tertolong.
Pada sisi lain, para pengusaha juga merupakan penyumbang pajak bagi
pemerintah. Sebagaimana diketahui bahwa APBN kita 70 % lebih dibiayai oleh
pajak. Jika jumlah pengusaha semakin banyak maka, jumlah penerimaan
negara akan makin meningkat dan lebih banyak yang bisa dilakukan
pemerintah untuk masyarakatnya.
Bagi pengusaha sendiri, seperti yang saya rasakan, lebih banyak yang
bisa saya raih daripada saat dulu masih menjadi karyawan. Tulisan ini
akan membantu para pembaca yang ingin mengetahui bagaimana caranya
menjadi pengusaha.
Pertama yang harus dilakukan adalah mengatasi rasa takut untuk menjadi
pengusaha. Umumnya orang enggan menjadi pengusaha karena takut akan
bankrut, takut tertipu dan lain-lain. Intinya takut akan resiko yang
akan dihadapi. Padahal sebenarnya, apapun yang kita lakukan pada
dasarnya beresiko. Sebagai contoh: kita menyeberang jalan, tentu ada
resiko tertabrak. Sebagai orang yang dikaruniai akal, tentu kita tidak
akan menyeberang sembarangan. Begitu pula dengan menjadi pengusaha,
resiko bisa kita minimalkan dengan manajemen yang baik. Jika kita tidak
sanggup menanggung resiko besar, kita bisa memilih resiko yang lebih
kecil. Dan memang lebih baik memulai dari sesuatu yang kecil
Yang kedua adalah mengenai modal. Banyak orang batal menjadi
pengusaha karena tidak memiliki modal. Sesungguhnya modal itu penting
tapi bukan yang utama. Yang utama adalah ide. Uang berapapun tidak
akan bisa menghasilkan keuntungan jika tidak memiliki ide. Saya bisa
memberikan kepada Anda uang 1 milyar hari ini, tetapi jika Anda tidak
punya ide usaha, maka uang itu akan habis pelan atau cepat. Sebaliknya
jika seseorang memiliki ide, maka uang akan datang dengan sendirinya.
Banyak pengusaha yang memulai tanpa modal sama-sekali, dan pada akhirnya
perbankan berebut menawarkan modal kepadanya.
Untuk memulai usaha, sekali lagi bukan modal uang yang dibutuhkan.
Pilihlah usaha yang tidak perlu membutuhkan uang untuk memulainya. Kita bisa
belajar dari para pedagang yang menjual cash tetapi membeli dengan bayar
di belakang. Jadi tidak ada modal uang. Jika memang membutuhkan uang,
sementara Anda tidak memiliki uang, pakailah uang orang lain. Cukup
sederhana. Masalahnya tinggal bagaimana Anda menggunakan ‘modal’ yang
diberikan oleh Tuhan, tubuh dan akal Anda untuk memakai uang orang lain.
Modal yang kedua adalah keberanian. Mulai dari sekarang, beranikan
diri Anda untuk bermimpi. Mungkin ini agak aneh, akan tetapi dunia sudah
membuktikan bahwa banyak penemuan ilmiah berdasarkan mimpi dan khayalan.
Mobil-mobil sekarang ini berasal dari khayalan masa kecil. Ketika
mimpi dan khayalan terwujud, kesuksesan sudah menanti di depan mata.
Selanjutnya, beranilah berbeda. Ditengah pasar yang kompetitif,
menjadi beda adalah hal yang penting. Jika Anda membuat sesuatu yang
sama dengan kompetitor Anda, maka produk atau jasa Anda peluangnya
berbagi dengan kompetitor Anda. Sesuatu yang berbeda adalah nilai
tambah. Dengan berbeda, keuntungan akan lebih besar. Lihatlah
sekeliling, apa yang menjadi masalah atau kebutuhan di sekitar Anda.
Dengan demikian Anda akan memahami pasar sebelum meluncurkan produk atau
jasa.
Jika Anda sulit menemukan sebuah bisnis yang benar-benar baru, tidak
perlu kecil hati karena Anda bisa memilih bisnis yang masih memiliki
prospek pertumbuhan di masa mendatang. Salah satunya adalah bisnis di
sektor telekomunikasi. Anda tidak perlu berpikir untuk mendirikan
operator baru karena memang bukan itu ‘mainan’ yang tepat untuk pemula,
namun lihatlah rantai bisnis telekomunikasi dari hulu sampai hilir.
Lihat juga bisnis yang terkait dengan sektor telekomunikasi ini, karena
sesungguhnya mata rantai bisnis ini sangat panjang.
Selanjutnya siapkan keberanian untuk memulai. Makin cepat akan makin
baik. Ibarat antrian, yang lebih dulu akan mendapatkan kesempatan
lebih dulu. Buanglah keraguan Anda, karena jika Anda selalu ragu-ragu,
maka Anda tidak akan pernah memulai, dan Anda tidak tahu apakah Anda
akan berhasil atau gagal. Jika tidak pernah memulai, maka Anda tidak
bisa belajar bagaimana menghindari kegagalan dan Anda juga sekaligus
tidak pernah mengalami kesuksesan. Anda hanya akan terus berpikir,
tanpa pernah mencoba untuk melakukan yang Anda pikirkan.
Seorang senior
kami di HIPMI, Saudara Purdie E. Chandra yang memiliki Entrepreneur
College memiliki sebuah metode memulai yang sederhana. Kita tidak usah
berpikir macam-macam, kita lakukan saja semudah kita buang air di WC.
Kita tidak pernah memikirkan bagaimana cara memasuki sebuah WC, kita juga tidak
pernah memikirkan bagaimana cara buang air, apakah dengan ritme atau
tidak. Begitu saja terjadi dan selesai. Kita sukses buang air. Kita
tidak pernah memikirkan apakah kita akan gagal dalam buang air, kan?
Jika kita gagal buang air, kita tinggal makan pepaya. Gitu aja koq
repot?
Kalaupun ditengah perjalanan ada kegagalan, itu merupakan hal yang
sangat biasa. Dengan demikian kita memiliki pengalaman, anggap saja hal
itu merupakan biaya sekolah. Lebih baik kita gagal di awal daripada
gagal di akhir. Pendiri dan pemilik KFC, telah gagal 19 kali untuk
meyakinkan bahwa ayam gorengnya enak dan laku sebelum akhirnya menemui
jalan suksesnya. Begitu juga Puspo Wardoyo gagal di tempat asalnya dan
memulai usaha Ayam Bakar Wong Solo di Medan.
Jika kita belum memiliki pengalaman saat memulai usaha, merupakan
sesuatu yang wajar. Pengalaman akan didapatkan seiring perjalanan
usaha. Tidak ada seseorang yang tiba-tiba ahli dalam bidang apapun,
semuanya melalui proses belajar. Sayangnya menjadi pengusaha tidak ada
sekolahnya, sehingga trial and error menjadi salah satu metode yang
paling sering digunakan. Jika Anda lulus maka kesuksesan yang Anda
raih, jika belum juga maka kesuksesan Anda akan tertunda. Kesuksesan seorang
pengusaha ditentukan oleh berapa kali ia lebih banyak bangun dari
kegagalan.
Jika sampai di sini, masih ada keraguan untuk memulai usaha, saya
khawatir Anda belum memiliki mindset seorang pengusaha. Mindset
adalah pola pikir. Seorang pengusaha bisa melihat kendala sebagai peluang.
Ketika orang-orang perkotaan memiliki budaya malas dan memiliki waktu
terbatas untuk mencuci, seorang pengusaha mendirikan usaha laundry.
Dengan mindset ini, seorang pengusaha bisa struggle dan survive. Mulai
dari sekarang ubahlah mindset Anda. Jika mindset ini sudah terbangun,
maka Anda akan memiliki banyak akal, berpikir tidak hanya linier dan mampu
mengatasi segala masalah.
Ada pameo, lebih baik menjadi kepala semut daripada ekor gajah.
Dengan menjadi pengusaha, kita menjadi kepala, bukan ekor. Apakah
kemudian badan kita besar atau kecil, tentu tergantung bagaimana kita
mengelola usaha kita. Dengan makin majunya ilmu manajemen, makin mudah
mengelola manajemen perusahaan. Jadi, beranikan diri Anda menjadi kepala.
Sumber: copy-paste dari www.hipmi.org diakses pada tanggal 6 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar