Sabtu, 17 Desember 2011

Pemimpin yang Ideal

Adalah suatu hal yang ironis, jika saja presiden kita terlalu mementingkan urusan pejabat-pejabat tinggi; sementara banyak rakyat yang kelaparan, sengsara, dan tidak semua anak mengenyam pendidikan yang layak. Jika hal ini masih saja terus dilakukan oleh presiden kita, itu berarti tidak merepresentasikan sebagai seorang pemimpin yang baik.

Menurut para pakar pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu berempati terhadap apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Akan tetapi, seorang pemimpin yang ideal bukan hanya sampai pada tataran model, tetapi harus sampai pada tataran praksis. Sehingga implementasi dari model pemimpin yang cerdas akan langsung dirasakan oleh rakyat.

Ada suatu hal yang perlu diingat oleh para pemimpin, bahwa teori-teori tentang leadership harus benar-benar terinternalisasi dalam diri pribadi, bukan hanya sebatas teori atau wacana saja. Akan tetapi, harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga setiap perilaku/tindakan mencerminkan pemimpin yang ideal.

Senin, 05 Desember 2011

Pohon yang Ingin Belajar

Pohon-pohon berdiri tegak melihat aku belajar
seakan ingin masuk ke kelas ini mengikutiku
tapi aku yang disini terus didera rasa malas
seolah aku sudah sangat cerdas
yang kenyatannya aku masih bodoh
dan masih harus belajar banyak

Di Warung Makan

Ketika saya sedang makan disebuah warung makan, tak kusangka datang seorang temanku yang juga akan makan di warung itu. Kulihat rambutnya panjang di bagian belakangnya, tubuhnya tinggi, dan aku seakan merasa pikiran negatif menyelimuti otaknya. Kami bertemu dan bercakap-cakap, dia bilang aku jarang kelihatan alias “ndekem” terus di kost, tidak pernah main ke kost sebelah. Saat itu aku benar-benar bingung akan menjawab apa. Aku hanya menjawab enteng, “Ya, di kostku sudah ada TV dan laptop”. Temanku itu balas mejawab, “Jangan begitu, silaturahmi itu penting”.

Aku serasa mendapat jawaban yang memukulku, dan memang kuakui jika aku jarang ke kost sebelah. Aku tak suka untuk menghabiskan waktu dengan percuma di kost itu. Aku mulai bingung juga, kenapa aku enggan sekali ke kost sebelah untuk kumpul bersama teman-teman, seperti dahulu waktu pertama kali menginjakkan kaki di kost ini. Atau aku memang lebih suka sendiri, hidup bersama Tuhan. Entahlah! Tapi yang jelas aku juga sangat senang hidup bersosialisasi, berbaur dengan masyarakat, hamba-hamba Tuhan dan bergaul dengan orang-orang shaleh.

Aku merasakan lebih pas untuk hidup bersama orang shaleh, tetapi hingga hari ini, aku belum juga dapat berkumpul, bersahabat dekat dengan para orang shaleh. Dan aku juga amat menginginkan sahabat shaleh yang cocok denganku. Sekali lagi entahlah! Atau mungkin aku terlalu menikmati kesendirian, atau mungkin Tuhan akan memberikan teman, seorang istri yang shalehah.

Sabtu, 26 November 2011

Duka Hidup

Aku lihat baju-baju bergantungan
celana-celana bergantungan di kamarku
seolah bersedih
ikut berduka atas apa yang menimpaku

Aku lihat ruangan kamarku
seakan bersedih atas kematianku
hari esok bagaikan harimau yang siap menerkamku
dan kuburan siap menyambutku

Tapi, aku masih punya Tuhan
yang aku jadikan sebagai sandaran dalam hidupku
Yang menguasai segala hidup


Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2011

Lari Pagi

Aku melangkahkan kaki
ketika matahari sepenggelahan naik

pagi yang sejuk disambut kendaraan berlarian
sekujur tubuhku terhempas angin pagi yang dingin
disambut hangatnya mentari

kucepatkan langkah kaki
organ-organ tubuhku mulai berpacu
mulai berkontraksi

lalu sampai di depan halaman mushola
dan pohon mangga seolah tersenyum padaku

Kuregangkan badan-badanku yang kaku
terasa nikmat badan ini kupunya
Aku bersyukur pada-Mu Tuhan


Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2011

Minggu, 20 November 2011

Sebuah Cinta dalam Hati

Duhai cintaku
Permata yang selalu indah bila kupandang
membuat hati merekah bahagia
saat tertentu
entah mengapa aku selalu ingat padamu

Duhai kasihku
Senyumanmu yang selalu membayangiku
aku tak tahu perihal dirimu
kita belum saling dekat

Duhai mutiaraku
aku juga tak tahu
apakah engkau mengingatku seperti aku mengingatmu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011

Mendung Desa

Langit siang berselimut tebal
di atas gubuk-gubuk berderet
menyimpan kesahajaan hidup
menutup kesedihan yang meliput

Adzan pun berkumandang memecah suasana senyap
Desa yang rimbun penuh misteri
terbayang dalam benakku
dan sepi kembali menyelinap


Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011

Sabtu, 12 November 2011

Puisi buat Kakak

Dari lubuk hati yang terdalam
Aku rindu keluargaku yang jauh di sana
Sementara aku hidup sendiri di sini

Kakakku tersayang
Aku kangen padamu
Lama kita tak jumpa
Mengingat dahulu kita sering tertawa bersama
Diam bersama dan pergi bersama

Cepat sembuh wahai kakakku tercinta
Aku sungguh berharap engkau akan sembuh selamanya
Tak ulangi lagi sakit yang kau derita ini
Cukuplah sudah tinggalkan sakitmu itu
Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan
Agar engkau wahai kakakku sembuh dari sakitmu
Dan cukuplah sudah sakit itu tak berulang padamu lagi

Wahai kakakku
Hiduplah dengan damai
Hiduplah dengan tenang
Hiduplah dengan hati, jiwa, dan pikiran yang jernih
Lakukanlah yang terbaik pada hari-hari hidupmu
Agar engkau bahagia dengan masa depanmu nanti


Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 Dzulhijah 1432 H

Seulas Kisah

Suatu hari aku berdiri di bawah tiang bendera merah putih yang berkibar dengan perkasa di lapangan SMP-ku dahulu. Aku teringat bagaimana dahulu melewati masa-masa yang berkesan di sekolah itu. Kebaikan dan keramahan teman-temanku serta pertemanan dan pergaulan yang aku alami bersama teman SMP-ku sungguh sangat sangat berkesan. Bagaimana dahulu aku sering bercerita dengan kawan-kawan, bahkan hingga sampai berdebat. Aku juga teringat guru-guru di sekolah itu mengajarkan sesuatu yang teramat penting bagiku dengan gayanya yang khas masing-masing, membuat kami tertawa, mengangguk, serius bahkan membuat kami begitu tegang, takut dan menyadarkan pikiran.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Indonesiaku Tercinta

Sudah lama aku merindukan kemakmuran
Orang-orang dapat hidup sejahtera
Tak ada lagi pengemis, gelandangan dan pelacur bertebaran

Sudah lama aku merindukan keadilan
Tak ada lagi hakim berbuat curang, pejabat dianak-emaskan dan orang kecil ditindas

Sudah lama pula aku merindukan kejujuran melekat pada bangsaku
Tak ada lagi korupsi, kolusi, nepotisme dan kecurangan

Duhai negeriku tercinta
Tempat aku lahir dan tempat aku mati
Berapa lama lagi bangsa ini keluar dari kemiskinan
Terbebas dari kebobrokan moral, kriminal
Berapa lama lagi korupsi dan kawan-kawannya akan musnah

Oh Tuhanku yang kucintai
Berilah kekuatan, kemampuan pada bangsa ini untuk sadar dan menyadari akan nasib yang dialami, sehingga kami dengan pertolonganmu dapat keluar dari berbagi kemelut hidup yang menyebabkan bangsa ini terbelakang, rusak dan tak pernah maju

Sekali lagi Tuhan, beri kesadaran dan pertolongan pada bangsa ini menuju kejayaannya
Sadarlah wahai bangsaku, bangsa Indonesia !!!
Berubahlah wahai bangsaku, bangsa Indonesia !!!
Amiin…


Rihan Musadik
Yogyakarta, 30 Oktober 2011

Keindahan Wanita

Dalam setiap bentuk wajahmu
Putih berseri, indah dilihat dan menyenangkan hati
Model rambutmu yang menawan
Yang membuat kau jadi bidadari
Dan keindahan tubuhmu yang sempurna
Sangat menarik untuk aku pandang
Kau memang wanita cantik yang pernah kulihat
Walau kita tak pernah kenal


Rihan Musadik
Yogyakarta, 30 Oktober 2011

Selasa, 25 Oktober 2011

Syair Kekesalan

Di masjid UIN aku menunggu
yang kutekadkan dari kostku untuk mengaji sirah nabi

Dan aku berangkat sangat awal hingga menunggu beberapa menit
dan sang guru sudah datang, namun sayang tak ada murid yang berangkat, hingga menunggu dan akhirnya pengajian ditiadakan

Oh Ya Allah, apakah harus seperti ini
kosong dan sepi, hendak mengaji sirah nabi kekasih-Mu dan teladan para pemuda

Ya Allah, apakah akan sepi terus minggu berikutnya atau hanya sementara waktu

Dan aku berharap kajian ini hanya sepi hari ini dan minggu berikutnya akan ramai dan lancar sebagaimana mestinya

Oh Ya Allah, hamba ini senang dalam menuntut ilmu agama dan ingin lebih tahu kisah kehidupan baginda Nabi Muhammad


Rihan Musadik
Selasa, 18 Oktober 2011
Masjid UIN Sunan Kalijaga

Mari kita pelajari agama kita....

Saya termasuk yang senang membaca buku, apapun saya baca asalkan hal itu menarik dan menambah pengetahuan, terlebih lagi jika bacaan tersebut menginspirasi, memotivasi, dan menyadarkan diri kita tentang hidup ini. Mulai dari agama, filsafat, psikologi, sosiologi, olahraga, seni bahkan hingga ke ranah ekonomi dan hukum pun pernah saya baca, tetapi dari semua itu, saya paling gemar membaca buku atau berbagai tulisan yang berkaitan dengan agama. Mungkin karena didikan dari orang tua yang menanamkan ajaran agama sejak kecil, disamping orang tua juga gemar membaca buku-buku agama. Dan saya sangat mensyukuri hal tersebut, karena pada kenyataannya banyak anak-anak muda yang kurang tertarik – kalau enggan berkata tidak tertarik – pada bidang agama. Padahal ilmu-ilmu agama lebih penting, bahkan teramat penting dibanding dengan ilmu-ilmu yang lain. Karena hanya dengan agamalah orang menjadi tenang, damai, bahagia, hidup mulia, dan tentunya akan menjadi bekal kita di akhirat kelak dengan amal-amal kebaikan yang kita lakukan.

Akhirnya saya menghimbau kepada para kawula muda atau orang-orang yang jarang bersentuhan dengan agama. Mari kita pelajari agama kita, kita kaji, kita pahami, kita hayati dan kita amalkan. Ada ratusan guru agama yang menunggu kita hadir, ada ribuan buku agama yang menunggu kita baca dan ada jutaan amal kebaikan yang menunggu kita laksanakan.

Minggu, 09 Oktober 2011

Euforia Wacana

Terpaut aku di dalam euforia wacana
yang terlanjur lekat dalam ilmuku

Kutuliskan setiap yang keluar dari pikiran
Sebuah wacana per kata yang kadang tak bermakna
Hanya melintas bagaikan guntur setelah hujan reda

Dan tetap kuakui ada beribu wacana
yang tentunya bermanfaat pada diriku
Menambah khazanah bagi ilmuku

Yang semoga bukan hanya dalam tataran teoritis
tapi mampu kuaplikasikan dalam tataran praksis


Rihan Musadik
Yogyakarta, 2 Oktober 2011

Sabtu, 03 September 2011

Hisab Wujudul Hilal dan Menyikapi Perbedaan

Oleh: Rihan Musadik

Sebenarnya yang menjadi perbedaan antara Muhammadiyah dengan kebanyakan ormas-ormas Islam dalam menentukan 1 Syawal 1432 H di Indonesia adalah bahwa kebanyakan ormas-ormas Islam--selain Muhammadiyah--mematuhi hadits Nabi yang memerintahkan untuk berpuasa kalau melihat hilal, walaupun mereka juga tahu bahwa kriteria masuknya bulan baru sudah terpenuhi secara hisab/astronomis, yaitu pada saat maghrib posisi bulan sudah di atas ufuk, tetapi karena terhalang, artinya hilal secara astronomis belum dapat dirukyat, maka kebanyakan ormas Islam itu menaati hadits-hadits shahih yang banyak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim untuk menyempurnakan 30 hari (istikmal).

Hal ini berbeda dengan Muhammadiyah yang memakai kriteria hisab wujudul hilal (hilal telah ada), yakni asal bulan sudah di atas ufuk, maka sudah memenuhi kriteria memasuki bulan baru dan tidak perlu dilakukan rukyatul hilal, sehingga otomatis akan mengabaikan kriteria hisab imkanur rukyat (visibilitas hilal dengan menghitung kemungkinan hilal dapat diamati). Berikut hadits yang berkenaan dengan penetapan bulan berdasarkan rukyatul hilal:

Sabtu, 27 Agustus 2011

Nasihat Nabi

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Agama Islam itu mudah. Tiada seseorang yang memberat-beratkan diri dalam beribadah kepada Allah ta'ala, melainkan ia akan dikalahkannya. Kerjakanlah dengan benar dan kerjakanlah yang mendekati kesempurnaan, serta bergembiralah dengan pahala” (HR. Bukhari).

Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah bersabda, "Sebagian dari mengagungkan asma Allah ta'ala, yakni menghormati orang muslim yang sudah beruban, penghafal Al-Qur’an yang tidak berlebihan dan tidak pula gersang, serta menghormati penguasa yang adil" (HR. Abu Daud).

Dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Bukan dari golongan kami, orang yang tidak mengasihi yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, serta tidak memerintahkan yang ma'ruf dan tidak mencegah yang munkar" (HR. Tirmidzi).

Jumat, 26 Agustus 2011

Kiat Menuntut Ilmu yang Berkah

Baginda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Setiap sesuatu ada jalannya, dan jalan menuju surga adalah ilmu”. Kalau ilmu diibaratkan jalan menuju surga, maka kondisi ilmu sebagai jalan juga bermacam-macam. Ada ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik, cepat, dan bebas hambatan atau jalan tol, ada juga ilmu yang justru menjadi jalan terjal dan rusak. Ini adalah jalan yang membahayakan.

Ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan berkah. Ilmu semacam inilah yang akan membuahkan kebajikan dan kebahagiaan bagi pemiliknya secara khusus, dan bagi umat secara umum baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keberadaan ilmu semacam ini, kehidupan menjadi indah dan menyenangkan laksana surga. Ilmu yang akan bermanfaat dan membawa berkah adalah ilmu yang diperoleh dengan etika dan cara-cara yang benar. Sebaliknya, ilmu yang tidak disertai dengan etika hanya akan menjadi bencana.

Lalu, bagaimana etika dalam mencari ilmu? Apa saja etika yang harus dipegang teguh oleh para pencari ilmu? Dan bagaimana kita mencari ilmu agar berrmanfaat dan membawa berkah?

Perbedaan dalam Agama

Oleh: Rihan Musadik

Agama merupakan landasan pokok dalam berkehidupan dan berkebangsaan yang harus dipahami oleh setiap insan, agar tatanan kehidupan manusia dapat berjalan dengan teratur. Hal itu hanya bisa terwujud apabila setiap individu memahami agamanya masing-masing dengan benar dan berusaha untuk mengamalkannya, karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan, meskipun pada hakikatnya antara agama yang satu dengan agama yang lain berbeda dalam konsep ketuhanan.

Karena konsep ketuhanan yang berbeda inilah yang membuat seringkali antar berbagai agama terjadi pertikaian, itupun hanya terjadi pada orang-orang yang tidak memahami perbedaan atau orang awam yang mudah diprovokasi, yang dalam bahasa intelektual disebut pada level grass root ‘akar rumput’. Pertikaian dalam perbedaan agama tidak akan terjadi pada individu yang memahami agamanya dengan benar. Khususnya agama Islam, yang dalam fakta sejarah agama ini terbukti paling toleran. Bahkan Islam sangat mengakui perbedaan dalam segala aspek kehidupan yang dapat kita temukan dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-sunnah.

Pelita Hatiku

Wahai wanita pelita hatiku
yang menerangi ruang cinta hatiku
Engkau selalu mengisi bayang pikiranku
Dengan diri pesona kelembutanmu
Bak kain sutra terlembut di dunia

Taukah kau…
Aku merasakan getaran cinta
pada pandangan pertama
Pandangan kedua
Pandangan ketiga dan seterusnya
Pada dirimu
Dalam pertemuan kita di komunitas kesalehan


Rihan Musadik
Purbalingga, Juni 2011

Minggu, 10 Juli 2011

Cinta Suci

Kudengar alunan cinta memanggilku
Dari hati yang dipenuhi iman
Kurasa suara hati memikatku
Dari hati yang suci

Terseret pikiranku tuk slalu membayangimu

Dari senyummu yang paling indah
Dan jiwaku tergugah
Hatiku merekah

Dari wajahmu yang indah
Kurasakan ada secercah kebahagiaan di hatiku


Rihan Musadik
Bis Efisiensi, dalam perjalanan pulang
Juni 2011

Sabtu, 16 April 2011

Terasing

Dalam kesendirianku yang sepi
Aku sungguh malu
Tapi tak tahu malu apa
Malu yang tak berguna

Dan selalu ku merasa tersendiri
Dari kelompoknya yang terasing

Kecuali, dalam hal kebaikan
Kewajiban yang mendekat pada tuhan

Dan aku Akan berusaha tak canggung
Memenuhi kewajiban orang beriman


Rihan Musadik
Yogyakarta, Maret 2011

Doa Seorang Mahasiswa

Wahai Tuhanku
Aku akan tetap berusaha ikhlas
Ridha akan semua pemberian-Mu
Syukur atas segala nikmat-Mu
Sabar atas segala ujian dan cobaan-Mu
Istiqomah menjalankan perintah-Mu
Menjauhi segala larangan-Mu

Tapi, Ya Rabb
Hamba ini manusia lemah tak berdaya
Jika tanpa kekuatan dan karunia-Mu

Hamba-Mu yang hina dina ini mohon, Ya Rabbi
Karuniakan hamba kemudahan dalam setiap urusan
Kasih hamba solusi atas segala persoalan
Ringankanlah hamba mengarungi kehidupan
Kuatkanlah hamba untuk selalu istiqomah di jalan-Mu

Dan hamba-Mu yang kotor ini mohon Ya Allah
Karuniakanlah hamba kendaraan
Agar hamba lebih mudah dalam berpergian. Amiin.


Rihan Musadik
Yogyakarta, 4 April 2011

Berjalan tuk Sebuah Penantian

Tiap hari kuberjalan
Melewati teriknya panas mentari

Kupatahkan rasa lemah dan lelah
Kubiarkan patah semangat
Yang mendera merong-rong hatiku

Kubersihkan hati pikiranku
Dari kufur nikmat

Walau kadang lelah
Aku tetap bersyukur bersemangat

Meski harus kutempuh jalanan
Untuk penantian masa depan
Atau untuk sebuah kebaikan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 4 April 2011

Batagor Tanpa Sambal

Sore hari yang cerah
Kududuk bersarung di atas kasur tipis
Kuselesaikan wiridanku

Lalu aku dengar suara-suara tak mengenakkan
Aku khawatir mereka akan gaduh dan menggangguku
Hatiku lega ternyata mereka pergi
Dan sore menjadi tenang
Hanya suara ibu-ibu pengajian di musholla

Saat kududuk sambil membaca buku
Batagor datang menghampiriku
Meski tanpa sambal, tapi gratis
Oh, nikmatnya
Terima kasih Kang Abbas


Rihan Musadik
Yogyakarta, 2 April 2011

Jumat, 18 Maret 2011

Karina

Jika kau berada di depanku
Aku selalu terbuai dengan kecantikanmu
Terlena karena paras indahmu

Dan sesekali kau melangkahkan kaki
Jantung ini berdebar
Hati ini merekah mekar
Dan tubuh ini bergetar
Menikmati derap langkah kakimu
Dan dirimu yang begitu indah

Lalu teringat aku
Saat pertama kita bertemu
Ketika kau menyalamiku
Masih dapat kurasakan
Kelembutan lentik jemari tanganmu

Dan aku terkagum padamu

Karena kehadiranmu
Bagaikan sekuntum bunga indah mewangi
Di taman hati yang gersang
Lalu kau basahi taman hati ini
Dengan selaksa cinta seribu maha karya


Rihan Musadik
Yogyakarta, 1 Maret 2011

Natalia

Keindahan wajahmu
Pesona auramu
Rambutmu yang terurai indah kemerahan
Dan betis indahmu yang kau singkapkan

Lalu seulas senyum keluar dari bibirmu yang menawan
Membuat hati ini ikut tersenyum gembira
Langkah kakimu dan lekuk tubuhmu
Membuat mata ini tak ingin berkedip
Dan selalu tertuju padamu
Seolah tak ada pandangan lain selain dirimu

Lalu kau sentuh aku
Dengan sentuhan lentik jemarimu yang begitu lembut
Membuat tubuhku tak bergerak
Karena begitu terasa
Merasakan hanya sentuhanmu
Bagaikan disentuh bidadari yang turun ke bumi
Dan menggugah birahi yang tertidur

Tak ingin aku beranjak pergi
Inginku tetap di sini melihatmu
Merasakan aura pesonamu
Menikmati keindahan dirimu

Dan aku hanyalah pengagummu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 1 Maret 2011

Jumat, 25 Februari 2011

Sepi yang Terusik

Bocah-bocah bermain bola
Di depan halaman tempat tinggalku
Memecahkan hening sore
Yang baru saja diguyur hujan

Tawa-tawa kelakar yang memekakan telinga
Mengusik qalbu yang tenang
Dan suara bola plastik amat berisik
Menggugah emosi jiwa

Kesendirianku yang sepi makin kurang sepi
Kurang sunyi, kurang hening

Dan sepi yang tak sempurna
Karena suara-suara bising
Tak karuan, tak beraturan, berantakan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 25 Februari 2011

Lewati Hari

Seharian ini
Panas matahari merembes ke bumi

Dan ketika matahari sembunyi
Hingga tiba malam hari
Panasnya masih terasa

Ketika mentari terbangun dan terbit
Isi dunia menyambutnya dengan berbeda

Ada yang ceria
Ada yang bersyukur
Ada yang menyambutnya dengan penuh semangat

Bahkan ada yang menyambut dengan penuh ketegangan
Karena prasangkanya terpenuhi takut dan cemas
Apa yang terjadi hari nanti

Menghadapi tugas kerjaan jadi beban
Yang sebenarnya mudah dilalui
Dengan kegembiraan
Keceriaan
Seperti senyumnya mentari menyambut pagi

Dan sejatinya rasa takut hanyalah khayalan
Hanyalah ancaman yang tidak realistis
Yang melekat di pikiran

Oh matahari
Sinarmu menghidupi tumbuhan
Mengeringkan pakaian
Dan menerangi bentang dunia

Oh mentari
Mari, jadikan teladan buat kehidupan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 21 Februari 2011

Jumat, 18 Februari 2011

Pakaian Maksiat

Ketika aku berada dalam ketaatan
Dengan hati yang bersih
Qalbu yang jernih
Dan jiwa yang penuh kesejukan

Aku melihat tubuh-tubuh para wanita
Semula kuanggap biasa
Yang ditutup pakaian, tapi janggal...?

Pakaian itu membentuk tubuhnya yang indah
Bukankah pakaian buat menutup auratnya
Menutup keindahan tubuhnya

Namun dengan pakaiannya
Justru semakin nampak kemolekannya yang indah
Seolah-olah ingin menonjolkan tubuhnya
Berbangga dengan lekuk tubuhnya
Dan mengeluarkan perhiasannya
Membuat semua mata tertuju padanya

Hanya wanita-wanita terasinglah
Yang tak sungkan dalam bergaul
Dengan tetap menjaga kebenaran
Melaksanakan perintah Tuhan
Menutup aurat pintu maksiat
Menutup keindahan perhiasannya
Kecuali pada orang-orang yang dibolehkan-Nya


Rihan Musadik
Yogyakarta, 18 Februari 2011

Senin, 14 Februari 2011

Nilai Burukku

Tak kusangka aku tersandung batu
Luka, ngilu, pedih, perih
Karena itu, aku harus mengulang berjalan
Agar tak tersandung lagi

Sandungan yang menyakitkan
Karena kukira tak ada batu satu pun
Kalaupun ada mampu kulewati

Inilah yang harus kuterima
Tapi sudah mau apa lagi
Tinggal pilih berhenti atau maju

-Tak kusangka nilai renangku D-

Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011

Masalah Bukan Abadi

Kemarin, aku bergelut dengan gelisah
Sebuah masalah yang menimpaku
Yang membuat hampir aku putus harapan
Di tengah jalan
Yang mengusik hati dan pikiranku jadi susah

Sekarang telah lewat
Dan usai selesai
Dan ternyata masalah akan berakhir jua

Problem bukanlah abadi
Yang tak dapat dituruni
Tapi hanya sementara
Yang akhirnya berhenti sendiri
Lalu usai selesai

Apatah lagi terlanjur basah aku kuliah
Tinggal pilih berhenti atau maju

Tanpa bimbingan-Mu
Tentu aku sudah berhenti
Tapi dengan pertolongan-Mu
Aku akan berusaha maju
Karena itu, Robbi
Aku mohon karunia-Mu selalu

-Keterlambatan KRS (kartu rencana studi)-

Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011

Rabu, 09 Februari 2011

Aku Akan...

Aku butuhkanmu
Aku rindukanmu

Aku melayang terbang
Aku tergopoh-gopoh

akan kumulai
akan kuawali
dari batu loncatan
ke kesuksesan


Rihan Musadik
Purbalingga, 8 Februari 2011

Menahan Keluhan

Hendak kucurahkan semua rasa dan keluhanku
Tapi aku takut menambah duka dan nestapa dalam hidupku
Hanya bisa aku berdoa
Harap tuk bahagia


Rihan Musadik
Purbalingga, 3 Februari 2011

Senin, 07 Februari 2011

Bait Rindu Kyai

Ini dari lubuk hati
Yang ingin bertemu kyai
Di pengajian pagi
Tapi tak jadi

Tuhan
Kiranya aku diberi kendaraan
Yang nyaman
Agar aku bisa bepergian
Dalam hal kebaikan

Tuhan
Mungkin hari ini Kau tak ijinkan
Dan aku tak tahu, Tuhan

Hikmah apa dibalik kejadian ini
Aku hanya bisa berpasrah dan bersabar diri
Semoga Tuhan beri
Pertolongan dari kejadian ini


Rihan Musadik
Purbalingga, 28 Januari 2011

Di Hotel Sepi

Cahaya lampu kuning
Yang bersinar terang
Diantara pohon-pohon rindang

Gelap malam sepi
diramaikan jangkrik bernyanyi

Membuat pikiranku melayang terbang
Dan terbayang desa sepi
Di antara pepohonan
Dalam sebuah cerita

Suasana batin yang berlarian
Tenang seketika
Dengan hotel malam yang sepi
Bagaikan nyepi


Rihan Musadik
Baturaden, 4 Februari 2011

Rabu, 02 Februari 2011

Mantel

Oh tak kubawa mantel
Dikala hujan begini

Terpaksa aku pulang
Dengan diguyur hujan
Ditiup angin terpendam
Udara yang dingin

Malam kelam
Malah menambah kebekuan

Tubuhku yang kurus
Semakin mengurus
Menyusut karena dinginnya

Malam kelam
Hujan ditiup angin dingin


Rihan Musadik
Purbalingga, 2 Februari 2011

Alam Pagi Kota

Langit yang cerah berpadu mendung
Dan di bawah
Pohon-pohon bersenandung
Pagi yang indah

Kulihat sawah ladang jadi lapang
Burung-burung terusik oleh deru manusia
Tiada lagi lahan sepi menikmati ranum padi

Kulihat alam pucat
Semakin hari hilang alam
Hilang keindahan
Yang tergantikan dengan perkotaan
Dan alam pun hanya tersenyum di pedesaan


Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011

Menikmati Alam

Burung-burung terbang tinggi di awan
Di antara bebatuan bukit dan tumbuhan
Disinari cahaya mentari hangat

Anginpun ikut bermain sepoi-sepoi
Menghembuskan kedamaian
Meniupkan ketenangan

Dan deru debu berterbangan berlarian
Diramaikan kokok ayam
Dan cicit burung pipit
Menambah cita rasa hati yang sempit


Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011

Minggu, 30 Januari 2011

Secawan Anggur

Jika secawan anggur mampu membawaku tinggalkan dunia yang penuh risau ini dan membawaku ke alam surgawi, akan kucari dan kutenggak dengan penuh keikhlasan tanpa ada keraguan.


Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011

Masa Depan

Menatap masa depanku
Walau di kebunku
Tertanam bunga-bunga semerbak
Yang tak dapat kutebak

Rihan Musadik
Purbalingga, 29 Januari 2011

Di Bukit Merapi

Memuncak mendaki
Bukit-bukit merapi

Kurasakan hawa sejuk
Embun dingin berpadu
Dengan nafas yang tak henti
Menghirup udara bersih dari alam

Mengembang dan mengempis
Paru-paru yang perlahan menghayati
menikmati energi segar alami

Kurasakan denyut nadi alam yang hidup
Dengan energi-energi yang berkeliling
Mengitar meraba dan membaurku
Terkadang menakutkan

Merapi yang penuh misteri
Ketika kuturuni bukit-bukit merapi
Dan satu hari telah lewat
Lalu sehari lagi menanti

Dan merapi
Muntahkan lelehan api dan abu
Menyapu membakar menghanguskan semuanya
Dahsyat besar berkobar
Dan aku pun selamat tanpa kuduga


-Untuk kawan-kawanku yang selamat dari merapi, ketika berkemah di lereng merapi tanggal 23 - 24 Oktober 2010, dan merapi meletus tanggal 26 Oktober 2010-

Rihan Musadik
Yogyakarta, 24 januari 2011

Jumat, 21 Januari 2011

Dua Perang Terjadi

Ya Allah
Jika dua perang ini benar-benar terjadi
Atas kehendak-Mu

Hamba mohon Ya Allah
Agar hamba dapat melaluinya
Dengan selamat dan penuh semangat

Hamba pasrahkan segalanya kepada-Mu
Apakah menang apakah kalah

Jika hamba menang
Itu atas ijin-Mu
Kehendak-Mu
Dan kekuatan dari-Mu

Jika hamba kalah
Itu atas kehendak-Mu
Kebijaksanaa-Mu
Dan hamba akan menerimanya
Dengan lapang dada dan hati yang ikhlas

Engkaulah yang lebih mengetahui
Apa yang baik dan mana yang baik
Bagi hamba


Rihan Musadik
Yogyakarta, 21 Januari 2011

Nurani Petarung

Aku bertanya pada mereka
Tentang perang
Mereka berkata
Menang di medan perang
Adalah tujuan utama

Mereka rela bersakit-sakitan
Bersusah payah sungguh
Hanya demi penghargaan
Kebanggaan dan kepuasan
Hingga menjadi pekerjaan

Berlatih hanya untuk mengalahkan lawan
Memang rejeki mereka terima
Sepadan dengan darah keringat
Dengan nafas semangat
Yang tercurah susah sungguh

Bahkan tak jarang batin menangis
Sembari meronta-ronta

Tapi karena hasrat kuat
Terus semakin menguat
Jadilah mereka, jadilah ia
Petarung yang selalu menang di medan perang

Ketika aku bertanya
Bagaimana dengan hati nuranimu
Tentang perang
Mereka bahkan tak menjawab
Hingga diam seribu bahasa


Rihan Musadik
Kamar kost, pukul 21.07
Yogyakarta, 20 Januari 2011

Kamis, 20 Januari 2011

Para Pengacau

Apakah itu
Bangkai busuk di negeriku
Buat hawa jadi tak sedap
Bahkan amat bau busuk
Hingga menusuk ke relung jiwa

Mereka itu tak sadar
Apa yang mereka buat
Semakin menambah kebusukan
Hingga hidung pun tak mampu bedakan
Mana busuk dan mana harum

Kalau saja mereka sadar
Bau yang mereka buat itu
Membunuh ribuan jiwa
Ataupun dirinya sendiri

Tentu mereka tak akan buat bangkai berserakan
Hingga kacau suasana
Bahkan semakin balau


Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 Januari 2011

Dua Perang

Sedih memang
Sungguh haru pilu
Akupun lelah campur bimbang

Dua hal harus kuhadapi
Dan aku jalani

Tapi kukira Tuhan berkehendak lain
Yang mengerti apa yang baik bagiku

Mungkin jika kujalani
Dua perang besar itu
Aku akan lelah lesu
Bahkan kalah pilu

Segala daya upaya telah kujalani
Tapi tetap tak bisa kulalui
Tak bisa aku bergelut dengan dua perang
Yang berbeda tempat dan berbeda orang

Dan ternyata Tuhan memilihkan umtukku
Salah satu diantara dua
Agar aku bisa fokus pada satu titik
Yang mana bila kutatap dua titik
Tak mungkin aku fokus
Justru malah kapiran
Yang tak dapat kuraih duanya

Oh Tuhan
Jika engkau memilihkan satu perang ini untukku
Bimbinglah hamba
Tolonglah hamba
Untuk melaluinya
Untuk memenangkannya


Rihan Musadik
Yogyakarta, 18 Januari 2011

Selasa, 11 Januari 2011

Untuk Para Umat

Dan merekapun bersatu menyembah Yang Satu
Tak ada lagi beda dan permusuhan
Hanya beda pemahaman

Setelah masuk ke alam dunia
Berbasah ria dengan ideologi dan politik
Merekapun bertengkar dan berpecah belah
Seolah tak mengenal saudara sendiri

Mereka saling tuduh saling bunuh
Kedepankan emosi, fanatisme dan harga diri
Tapi tak pedulikan harga diri saudaranya

Sedikit beda saling hujat
Keinginan yang tak sesuai harapan orang banyak
Mereka paksakan hingga buat keonaran

Dan tukar pikiranpun menjadi senjata ampuh
Untuk saling tuduh saling membunuh

Sampai kapan berlanjut
Hampir tak ada lagi titik temu

Kami orang-orang yang lemah dan tak bergerak
Selalu berharap
Pandanglah Tuhan Yang Satu

Bukalah pintu hatimu
Bukalah penglihatanmu
Bukalah pendengaranmu
Bukalah dan bukalah pikiranmu

Bersatulah di dunia ini
Seperti engkau bersatu di akhirat nanti
Dan kamipun akan bersatu bersamamu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 10 Januari 2011

Jilbab Hitam Bidadari

Kain lembut yang menutupmu
Membuat cantik parasmu bertambah indah
Tubuhmu yang putih memancarkan cahaya bidadari

Dan bila kau lepas jilbab hitammu
Kau bagaikan permaisuri yang anggun
Yang keluar dari taman kerajaan surga

Dan kau bawa aura pesona surga
Menebar aroma wangi sekelilingmu

Langkahmu yang membuat setiap mata tertuju
Dan selaras detak jantung yang melihat
Lalu kau berikan tawamu yang merdu
dan senyummu yang syahdu

Bila ada mawar merekah indah itulah kau
Bila ada melati mekar mewangi itulah dirimu

Aku tunggu engkau wahai bidadari
Di taman ini
Taman hati yang penuh cinta


Rihan Musadik
Yogyakarta, 10 Januari 2011

Jumat, 07 Januari 2011

Alam yang Berbicara

Kuputuskan tuk bercengkerama dengan hujan
Yang ditatap mendung gelap
Seolah tanda tak setuju

Mendung berkata bahwa dirinya marah
aku bertanya kenapa
Ternyata ia kesal pada manusia-manusia
Asap tebal, polusi mesin, pencemaran
Dan hal lain ulah-ulah manusia yang degil

Dan hujan pun turun ke bumi dengan sabar menebar
Menyejukkan mendinginkan bumi yang panas
Bumi yang sudah muak seakan ingin memuntahkan perutnya
Dan menelan para perusak bumi yang tak bernurani

Lihatlah gunung-gunung yang berdiskusi dengan bumi
Dan disetujui mendung gelap yang gagah
Gunung memuntahklan lahar dan bumi bergerak menggertak
Memuntahkan pula sebagian rasa muaknya

Laut pun ikut berbicara dan geram
Ia kerahkan pasukannya berlari
Menjadi sapu raksasa tsunami yang mematikan
Yang memberangus habis pasukan-pasukan manusia didekatnya
Sekaligus mengingatkan manusia yang lolos darinya
Agar tidak melukai bumi dan menyakiti alam

Gunung-gunung, lautan, bumi, hujan, langit dan semesta alam
Mereka terus berbicara
Mereka tak henti-hentinya memanjatkan doa
Mereka berkata
Wahai manusia jagalah kami, lestarikan kami, lestarikan alam ini


Rihan Musadik
Yogyakarta, 3 Januari 2011

Putri, Gadis Shalehah

Paras wajahmu cantik ditambah kau berjilbab
Apalagi aku merasa diperhatikanmu ketika dipagi hari
Dan memang benar kau melihatku seolah kau tertarik padaku

Dan aku pun tertarik padamu karena kau cantik
Di samping kau berjilbab menunjukkan wanita baik-baik
Meski usiamu di atasku dua tahun

Tapi dipagi hari yang lain aku melihatmu berbeda
Kau tanpa jilbab becelana pendek dan olahraga pagi
Tak apa buatku itu urusanmu
Dan bukan berarti kau tidak shalehah lagi
Mungkin kau punya pemikiran lain atau apa

Mungkin kita sudah saling tahu
Cuma belum saling kenal

Aku hanya ingin katakan
Kau pernah singgah di hatiku
Dan aku pun merasa pernah menyentuh hatimu
Hanya saja kita tidak saling kenal

Harap tinggalah harap
Jika harap tak mau tak usah sedih
Jika harap memang mau tak usah gelisah
Pasti kan kutemukan yang sejati


Rihan Musadik
Yogyakarta, 1 Januari 2011

Masjid

Dalam masjid sebuah mimbar terpampang
Al-Qur’an yang suci tergeletak
Buku-buku tertata rapi di rak
Karpet panjang terbentang

Bukan indahnya masjid yang buat tenang qalbu
Tapi karena hawa rasa yang buat tenang
Aura di dalam masjid menggema hingga ke qalbu
Membuat suasana hidup damai tenang

Gemercik air wudhu membuat kita ingat
Lantunan suara adzan yang tak seindah musisi
Membuat iman jadi menguat
Hati menjadi suci teringat pada Ilahi

Dan masuk ke dalam masjid
Lepaslah semua jabatan lepaslah pangkat
Semua sama tak ada beda

Laksana prajurit tunduk pada raja
Hanya takwa yang buat beda di hadapan raja
Cukuplah engkau rumah semua umat

Yang tiap hari memenggil menyeru
Agar semua ingat
Agar semua menghadap
Sebagai seorang hamba yang taat


Rihan Musadik
Yogyakarta, 1 januari 2011

Sabtu, 01 Januari 2011

Gadis Elok

Dalam dinginnya malam sepi
Aku menulis untukmu dan untukku sendiri

Aku kira dulu kau mengenalku dan punya rasa cinta
Ternyata akulah yang punya rasa cinta itu padamu

Tapi sesungguhnya sampai sekarang pun aku belum tahu
Mungkin kau juga punya perasaan yang sama
Atau tidak sama sekali

Kita bertemu dan itu membekas di hatiku
Lalu kita berpisah dan itu membuatku rindu
Sekali kita bertemu aku mencarimu
Tanpa pikir panjang aku merasakanmu

Aku melihatmu ternyata kuanggap kau cantik
Meski ribuan cantik menandingimu

Entah mengapa kau terus membayangiku

Aku berniat mendekatimu jadi bunga hatiku
Tapi aku bahkan sangat ragu
Tak ada tanda yang kulihat padamu
Apa kau ingin aku jadi bunga hatimu

Atau mungkin aku yang tidak peka
Aku yang tidak berbuat sesuatu padamu
Hingga kau pun terus berdiam diri padaku

Dan apa mungkin kau berdiam diri
Karena tak ada rasa cinta dihatimu padaku

Aku katakan pada diriku bahwa aku tak tahu

Tapi aku yakin gadis elok
Kau punya cinta padaku
Meski aku tak tahu seberapa besar cintamu
Ada di ruang hatimu untukku

Sampai kapan kita terus berdiam diri dalam keakraban
Apa kau dan aku rela hanya sebatas teman
Atau mungkin kau akan memetik bunga hati yang lain

Aku hanya bisa berkata dalam hati

Tuhan…
Dimana bunga hatiku sesungguhnya
Bagaimana aku mendapatkannya dan kapan
Aku pasrahkan pada-Mu Tuhan…


Rihan Musadik
Kamar kost, pukul 23.57
Yogyakarta, 29 Desember 2010

Bertolaklah dari Tempatmu

Kalau kau masih terus di tempatmu
Pohon-pohon juga masih tetap di situ
Matahari pun terus bercahaya seperti biasa
Dan atmosfirnya pun masih tetap sama

Wahai kawanku
Berpindahlah dari tempatmu
Maka pohon-pohon yang kau lihat
Akan berbeda dan beraneka ragam
Sinar matahari pun akan kau rasakan tidak seperti biasanya
Bahkan kau akan merasakan atmosfir lain dalam hidupmu

Wahai kawanku
Janganlah kau terdiam membisu di situ
Kenapa harus mendekam terus di tempatmu
Sementara dunia menunggumu
Tempat-tempat lain pun menunggu karyamu
Menunggu tebaran senyummu
Menunggu lambaian tanganmu yang berbudi

Wahai kawanku
Bertolaklah dari kediamanmu
Keluarlah dari kandangmu
Lihatlah dunia yang luas ini

Bergeraklah, berbuatlah, berkaryalah
Ciptakanlah perubahan
Buatlah pergerakan
Gerakanlah tanganmu untuk berbuat kebaikan
Dan sambutlah kemuliaan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 24 Desember 2010

Tangisan Rindu dalam Dzikir

Ya Allah
Aku menangis pada-Mu dalam dzikir

Cahaya matahari yang Engkau ciptakan
Membuatku teringat masa lalu
Membuatku rindu hingga ke dalam batinku

Tiba-tiba batinku menangis
Akan apa yang pernah saya lalui
Entah itu diwaktu saya sendiri dalam sepi
Atau ketika aku bersama orang-orang dekatku

Ya Allah
Aku merindukan-Mu
Aku merindukan nabi-nabi-Mu
Aku merindukan kekasih-Mu Muhammad
Aku rindu orang-orang dekat-Mu

Ya Allah
Aku teringat masa lalu
Aku merindukan segala sesuatu
Bahkan aku membayangkan hari depanku

Aku benar-benar menangis hari ini
Semua ini ada dalam kesendirian bersama-Mu
Ketika sinar matahari memancarkan rasa rindu
Tak bisa aku ungkapkan rasa ini

Ya Allah
Aku menangis pada-Mu dalam dzikir
Aku rindu
Aku rindu pada-Mu
Aku ingin selalu hidup bersama-Mu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 25 Desember 2010