Senin, 30 September 2013

Analisis Sepakbola Indonesia

Logo PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)
Beberapa hari yang lalu, masyarakat Indonesia, khususnya para pecinta sepakbola tanah air patut berbangga, pasalnya Timnas Indonesia U-19 berhasil merebut gelar juara pada ajang Piala AFF U-19 setelah pada partai final sukses menaklukan Vietnam dengan drama adu penalti yang sangat dramatis dan menegangkan. Skor kacamata menjadi hasil babak pertama hingga babak kedua, bahkan skor tetap tidak berubah setelah wasit memberikan extra time ‘babak tambahan waktu’, sehingga akhirnya diadakan penalti untuk menentukan siapa yang berhak menyandang predikat Juara 1 Piala AFF U-19.

Dan masyarakat Indonesia pun bersorak bangga, lebih-lebih para suporter dan pemain yang berada di Stadion Delta Sidoarjo lebih bersemarak lagi. Euforia kemenangan, selebrasi, dan atmosfer kebanggaan sangat terasa sekali. Ketegangan yang bercampur kecemasan sirna sudah setelah Timnas Indonesia lewat eksekutor terakhir berhasil membobol gawang Vietnam, dan membawa Indonesia menjadi Juara 1 Piala AFF U-19 tahun 2013 ini.

Minggu, 29 September 2013

Hari Pertama PPL, Ya Begitulah...

Pamflet Setiyaki (2012)
Pada hari Sabtu (28/9/2013) untuk pertama kalinya dalam hidup (wow...dramatis banget) saya membantu melatih dojang Setiyaki di hall beladiri UNY, padahal saya sudah enam semester kuliah di UNY ngambil program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) konsentrasi cabang olahraga taekwondo, tapi baru kali ini sekonyong-konyong (tanpa koder) saya berangkat ke dojang tersebut untuk ikut melatih (kalau nonton sambil duduk sih pernah). Ini pun boleh dibilang sedikit terpaksa, karena ada mata kuliah Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang mengharuskan saya berangkat. Mungkin (dugaan saya), teman-teman yang biasa nglatih Setiyaki terbersit, “Koq tumben yah bocah iki (maksudnya saya) ujug-ujug berangkat mau nglatih?” Ini sih prasangka saya saja, padahal sepertinya sangat jauh panggang daripada api, kayaknya tanggapan mereka biasa saja (gue kan udah terkenal, ya, terkenal inactive di taekwondo UNY, ya sudahlah).

Pertama kali saya berangkat, dan berniat untuk melatih di dojang Setiyaki, ya biasa-biasa saja, karena saya sudah sering melihat sebelumnya, yang nglatih di situ juga terlihat banal, karena memang saya sudah terkenal (bagi yang kenal). Hanya saja saya masih bingungan, karena memang belum terbiasa. Jadi, saya ikuti saja dengan pelatih di situ yang juga teman saya, intinya saya harus banyak belajar cara melatih anak-anak yang baik, materi latihan seperti apa yang baik, manajemen klub, dan sebagainya, saya merasa perlu untuk memperkayanya. Di dojang ini yang latihan hanyalah anak-anak usia TK, SD hingga SMP, dan sepertinya tidak ada yang SMA. Setahu saya, dojang Setiyaki ini memang didirikan untuk membina taekwondo pada usia-usia dini, kanak-kanak, dan anak-anak saja.

Selasa, 24 September 2013

Filosofi Jabat Tangan

Ada pengalaman unik yang saya alami beberapa waktu yang lalu, dan bisa diambil nilai filosofisnya untuk dijadikan hikmah dan pelajaran bagi kehidupan, yaitu saat saya melakukan “salaman/jabat tangan” selesai shalat berjama'ah lima waktu. Memang ada perbedaan di antara para ulama tentang hukum jabat tangan usai shalat berjama'ah. Ada yang mengatakan sunnah, ada yang bilang mubah, bahkan ada yang menghukumi bid’ah, masing-masing dengan dalil dan argumennya. Saya pun kadang-kadang tidak melakukan jabat tangan usai melaksanakan shalat jama'ah, itu tergantung dimana saya shalat. Kalau di mushola depan kostku, sudah menjadi kebiasaan sehabis shalat pasti saling bersalaman, kecuali yang enggan melakukannya karena pahamnya yang berbeda. Tapi kalau di masjid lain yang terkadang tidak melakukan jabat tangan, maka saya pun tidak melakukannya, kecuali kalau di sebelah saya menyalami, tentu akan saya balas salamnya/jabat tangannya. 

Tapi hukum bersalaman usai shalat berjama'ah tidak ada akan saya bahas di sini, karena itu merupakan pembahasan fiqih yang butuh penjelasan panjang lebar. Kali ini saya akan membahas nilai filosofisnya saja berkaitan dengan pengalaman saya selama ini. Ketika akan melakukan jabat tangan terutama sehabis shalat berjama’ah, adakalanya kita ragu akan berjabatan tangan dengan sebelah kita persis atau sebelahnya lagi yang nomor dua, karena masing-masing menyodorkan tangannya. Jika kita ragu, maka salamannya pun menjadi ragu semuanya, tidak ada ketegasan untuk bersalaman dengan siapa dulu. Maka akhirnya, salamannya pun menjadi tarik-ulur tak mengenakan hati, bahkan adakalanya dua telapak tangan menyalami satu tapak tangan (wah, jadi nggak etis dilihatnya, salamannya pun jadi kurang mantap karena ragu-ragu, dan nggak  jelas). 

Senin, 23 September 2013

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 6)

Oleh: Rihan Musadik

Setelah membahas proses munculnya cinta antara dua hati, atau yang saya sebut "muqaddimah cinta" di tulisan Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 5), kali ini saya akan membahas beberapa pertanyaan yang saya anggap cukup penting untuk dikaji. Pertanyaannya: Apakah cinta pada seseorang itu hanya soal fisik semata (cantik, imut, tampan, ganteng, kaya, terhormat, dsb.)? Bagaimana cara menjaga hubungan cinta yang tulus dan suci tetap awet? Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin sangat subjektif, karena berdasarkan pendapat pribadi saya. Kendati demikian, saya akan berusaha menjawabnya dengan argumen yang logis. Di samping itu, saya juga akan menjawabnya atas dasar pengalaman yang pernah saya alami sendiri (untuk pertanyaan yang pertama), dan pengetahuan yang saya dapat dari berbagai sumber.

Kalau kita perhatikan, banyak di antara pasangan-pasangan suami-istri yang terkadang kita anggap kurang klop, kita anggap tak secocok romeo and juliet. Mungkin kita melihat ada seorang wanita yang cantik jelita, eh ternyata, suaminya tak se-ganteng yang semestinya. Begitu juga sebaliknya, ada seorang pria cakep, tampan, gagah, dan bla bla bla, lha koq istrinya kayak gitu sih, tak se-ideal yang kita harapkan. Lalu kita berpikir, “koq bisa ya, wajah pas-pasan kayak gitu, dapat istri cantik menawan hati”. Bagi yang wanita mungkin berkata dalam hati, “Perasaan nggak cantik-cantik amat deh, tapi jodohnya kaya, tampan, cakep, gagah, dan keren, koq bisa ya”.

Sabtu, 21 September 2013

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 5)

Oleh: Rihan Musadik

Pada obrolan ringan tentang cinta di bagian yang keempat, ada dua tema besar yang saya bahas, yaitu cinta pada pandangan pertama, dan cinta yang timbul karena seiring berjalannya waktu. Untuk cinta pada pandangan pertama, sedikit banyak telah saya bahas, dan lebih banyak dikaji dari perspektif agama Islam. Sementara untuk cinta yang muncul tidak dengan pandangan pertama, tapi muncul karena suatu proses atau seiring dengan berjalannya waktu, belum saya bahas di bagian yang keempat. Oleh karena itu, pada bagian yang kelima ini akan saya bahas untuk muqaddimah cinta yang kedua ini, dan akan sedikit saya singgung lagi untuk cinta pada pandangan yang pertama.

Berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami (waduh, penjelajah cinta ni yee...), dan dari pengetahuan yang saya dapat dari berbagai sumber, cinta pada pandangan pertama itu biasanya lebih karena nafsu semata, lebih karena kekaguman, keterpesonaan, dan juga lebih karena melihat bentuk fisik yang dianggap menarik (cantik, imut, tampan, cakep, dsb). Lalu dari pandangan pertama yang biasanya karena ada unsur ketidaksengajaan ini, dilanjutkan dengan pandangan (kedua, dan seterusnya) yang lebih elaboratif, lebih serius, dan pada akhirnya timbul chemistry yang menyentuh hati, sehingga lahirlah sebuah cinta. Ini argumen saya, yang sangat mungkin banyak pembaca yang tidak sependapat.

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 4)

Oleh: Rihan Musadik

Pada tulisan saya yang sebelumnya, sudah dibahas beberapa pertanyaan berkaitan dengan permasalahan cinta, seperti kenapa kita bisa mencintai seseorang? Kenapa saya bisa jatuh cinta pada seorang ikhwan/akhwat? Kenapa saya terus-menerus memikirkannya? Kenapa cinta ini membuat saya galau? Apakah cinta ini mendapat ridha Allah? Beberapa pertanyaan ini sedikit banyak sudah dijawab di tulisan Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 3). Pada tulisan kali ini, saya masih akan melanjutkan pembahasan berkaitan dengan cinta. Sebelum melangkah lebih jauh, perlu saya katakan di sini, bahwa obrolan ringan tentang cinta yang saya tuliskan selama ini, sedikit banyak adalah argumen/pendapat saya pribadi dengan raison d’etre yang saya anggap benar. Jadi, kalau misalkan ada di antara pembaca yang tidak setuju dengan argumen-argumen saya tentang cinta, maka itu sah-sah saja, dan sebaiknya tuliskan di komentar agar kita bisa berdiskusi lebih jauh, saling belajar, dan saling mengingatkan.

Pada tulisan saya yang pertama—Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 1)—ada pertanyaan: Proses seperti apa yang membuat cinta lebih membekas di hati? Apakah cinta pada pandangan pertama itu lebih membekas di hati? Ataukah cinta yang timbul seiring dengan berjalannya waktu yang lebih berkesan di hati? Jawabannya tentu akan sangat berbeda dari masing-masing individu, karena sifatnya yang personal berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya. Ada pasangan suami-istri yang hingga kini masih tetap harmonis dan mengawali cintanya lewat pandangan pertama; ada juga pasangan yang telah menikah, hingga kini masih mesra dan mengawali cintanya tidak pada pandangan pertama, akan tetapi lewat benih-benih cinta yang bermunculan seiring dengan berjalannya waktu.

Jumat, 20 September 2013

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 3)

Oleh: Rihan Musadik

Melanjutkan obrolan ringan dengan tema cinta, mungkin sebagian dari kita pernah bertanya, kenapa saya bisa mencintai seseorang? Kenapa saya bisa mencintai ayah dan ibu? Kenapa saya bisa jatuh cinta pada seorang wanita? Kenapa kita semua bisa saling mencintai? Jawabannya karena Allah mengaruniakan semua makhluknya rasa cinta dan kasih sayang, dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Allah itu mempunyai seratus rahmat (cinta), namun Dia menangguhkan sembilan puluh sembilan rahmat-Nya, dan hanya menurunkan satu bagian rahmat (cinta) ke bumi. Dari satu bagian itulah seluruh makhluk saling mencintai dan mengasihi. Dari manusia, jin, tumbuhan, bintang buas, hingga kuda yang rela mengangkat tapak kakinya karena khawatir akan menginjak anaknya”.

Oleh karena itu, wajar saja dan merupakan sunnatullah jika kita sebagai umat manusia saling mencintai dan mengasihi, sebab cinta merupakan salah satu anugerah dan karunia yang Allah berikan kepada makhluk-makhluk-Nya. Bahkan disebabkan karena cinta dan kasih sayang kepada hewan bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, begitu juga dikarenakan tidak adanya rasa cinta dan kasih sayang kepada hewan—apalagi sampai menyiksanya—bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka.

Dalam sebuah riwayat dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam, dikisahkan bahwa ada seorang pelacur yang tengah kehausan dipadang pasir, lalu ia menemukan sebuah sumur yang cukup dalam, segeralah ia bersusah payah masuk ke dalam sumur tersebut untuk melepas dahaganya, dan menyudahi rasa hausnya. Setelah memanjat dengan susah payah, ia melihat seekor anjing kurus yang kehausan, pelacur tersebut pun merasa kasihan, dalam hatinya ia berkata, “anjing ini telah mengalami apa yang aku alami”. Tanpa pikir panjang, segera ia gunakan kedua sepatunya yang diikatkan dengan kerudungnya untuk mengambil air kedalam sumur itu lagi, setelah bersusah payah mengambil air, dan naik ke atas, diberinya anjing itu minum hingga terlihat bugar kembali, dan bisa melanjutkan hidupnya lagi. Walhasil, kata Nabi, pelacur tersebut mendapat ampunan dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan dimasukan ke dalam surga.

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 2)

Oleh: Rihan Musadik

Kalau pada tulisan sebelumnya saya membahas sedikit mengenai definisi cinta secara umum dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh cinta. Pada tulisan kali ini, saya masih akan melanjutkan bahasan tentang cinta, sebab masih ada hal yang ingin saya bahas terkait dengan beberapa pertanyaan tentang cinta yang saya ajukan pada tulisan sebelumnya. Tapi sebelumnya saya ingin mengatakan lagi, bahwa saya tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang cinta secara tuntas, detail, dan lengkap. Karena seperti kita ketahui bersama, bahwa membahas cinta itu tidak ada habisnya, banyak tokoh-tokoh besar yang sudah menghasilkan karya yang membahas tentang cinta, baik dari sudut pandang sastra, seni, agama, psikologi, maupun filsafat. Tetapi dari berbagai karya besar mereka, belum ada yang bisa membahas cinta secara tuntas, lengkap, dan detail. Diskursus cinta masih akan terus dideskripsikan, dibicarakan, dibahas, dan dituliskan ila yaumil qiyamah ‘hingga hari akhir’ dari berbagai sudut pandang, karena anugerah Tuhan yang besar ini memang demikian luas dan kompleks, sehingga di setiap generasi akan selalu ada karya-karya besar yang bertemakan cinta.

Ada pertanyaan mudah yang barangkali pernah terlintas di benak kita, darimana asalnya cinta? Jawabannya pun sangat mudah dan sederhana. Tentu saja dari Sang Maha Pencipta, Dialah yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini, baik yang profan maupun yang sakral, baik yang abstrak maupun yang konkret, baik yang ghaib maupun yang kasat mata. Nah, cinta ini merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang abstrak, dan tidak kasat mata. Cinta hanya bisa dirasakan, tidak bisa dilihat, tetapi cinta juga bisa diamati dari gejala-gejala yang ditimbulkannya, atau ekspresi-ekspresi yang ditunjukkan oleh orang yang mencintai. Walaupun kita tidak sepenuhnya tahu, apakah cintanya benar-benar tulus dan suci, atau hanya kamuflase belaka, sebab letak cinta yang sesungguhnya berada di dalam hati, dan yang bisa merasakan sinyal-sinyal cinta juga hanyalah hati.

Selasa, 17 September 2013

Obrolan Ringan Masalah Cinta (Part 1)

Oleh: Rihan Musadik

Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta di dalam hatinya, entah ia manusia sebejat dan sejahat apapun, pasti di dalam hatinya tetap ada rasa cinta, karenanya kebaikan mesti ada dalam diri setiap manusia. Karena cinta itu lebih banyak membawa kebaikan, kedamaian, ketentraman, ketenangan, dan kehangatan. Terkecuali cinta yang hanya didasari oleh hawa nafsu belaka, apalagi setan turut campur tangan di dalamnya, justru akan membawa keburukan tersendiri, bahkan bisa menjerumuskan pada dosa dan kenistaan. Contohnya saja seorang laki-laki dan perempuan (kita asumsikan orang Islam) yang sedang dirundung asmara, mereka pun sering sekali berduaan tanpa ada mahram yang menemaninya, apalagi hingga terjadi kontak fisik, bersentuhan, lalu meningkat menjadi bercumbu, berciuman; ujung-ujungnya karena hawa nafsu sudah menguasai pemuda dan pemudi ini, perbuatan nista pun mereka lakukan, yaitu making love alias zina.

Terkadang pemuda-pemudi para pelaku zina yang tidak sedikit beragama Islam itu, mereka sebenarnya tahu bahwa zina itu dilarang oleh agama Islam (yang saya tahu semua agama itu melarang perbuatan zina), zina itu dosa besar, zina itu melanggar norma di masyarakat, zina itu aib yang memalukan, zina itu hanya kenikmatan sesaat. Akan tetapi mereka tetap melakukannya, karena tidak adanya landasan iman yang kokoh, sehingga mereka tidak bisa mengendalikan hawa nafsu mereka, tidak bisa menolak godaan setan. Apa mungkin para pelaku zina—apalagi beragama Islam—tidak tahu bahwa perbuatannya itu dilarang? Rasanya sangat tidak mungkin di era informasi ini ada orang Islam yang tidak tahu kalau perbuatan zina itu dosa besar, mereka pasti tahu, karena secara kultural di masyarakat kita, zina itu perbuatan yang amat tidak boleh dilakukan. Bahkan orang yang tidak sekolah pun akan tahu dengan sendirinya dari perkataan-perkataan yang menyebar di masyarakat bahwa zina itu perbuatan dosa, nista, dan dilarang.

Senin, 16 September 2013

Kontroversi Hati - Membuat Hati Tidak Nyaman

Hari ini, Senin (16/9/2013), ada suatu kejadian yang bisa saya ambil pelajaran. Ternyata kalau kita sedang dikerjain oleh teman, atau kalau istilah Jawa disebut lagi digarapi konco, dan kita terus menanggapinya dengan gugup, dengan berapi-api, teman yang sedang ngerjain kita justru malah tambah senang, karena kita terus terpancing, artinya teman tersebut berhasil membuat wajah kita memerah. Seperti yang saya alami pada hari ini, walaupun ini kejadian yang benar-benar sangat menjengkelkan. Bagaimana tidak, ketika saya sedang ngobrol dengan seorang teman, dan saya bertanya kepadanya, “Apakah si fulanah sudah punya pacar?” Teman saya tersebut justru malah menganggap saya suka pada si fulanah tersebut, padahal saya hanya sekedar bertanya iseng saja ketika lagi ngrasani teman wanita satu kelas tersebut.

Dan lebih parah lagi ketika kami sedang ngobrol bersama dengan si fulanah tersebut, dan juga teman yang lain, karena kebetulan satu kelompok untuk tugas mata kuliah bisnis olahraga. Teman saya tersebut melakukan hal konyol, bertanya secara langsung kepada si fulanah, dan saya berada disitu sesudah membahas tugas kuliah. Ia menanyakan kepada si fulanah bahwa saya (fulan) bertanya kepadanya apakah sudah punya pacar apa belum. “Fulan (maksudnya saya) mau tanya, kamu sudah punya pacar apa belum? Jawabanmu ditunggu lho sama si fulan,” kata teman saya. Ini hal yang sungguh amat menjengkelkan, karena pertanyaan tersebut membuat si fulanah merasa canggung, saya pun merasa ada “kontroversi hati” (meminjam istilahnya Vicky Prasetyo, sang intelek abal-abal), dan merasa tidak nyaman, walaupun kami berdua dengan si fulanah bisa mengantisipasi sikap jahil teman saya yang resek ini.

Minggu, 15 September 2013

Komunikasi Kepelatihan - Pengalaman Melatih Taekwondo

Oleh: Rihan Musadik

Manusia yang secara kodrat merupakan makhluk sosial, sangat membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Hal ini karena tanpa komunikasi, manusia tidak akan bisa melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain. Oleh karena itu, tanpa komunikasi manusia tidak akan bisa saling bertegur sapa, saling menolong, saling membantu, saling bercengkerama yang semua itu merupakan kebutuhan manusia sebagai homo homini socius ‘manusia yang membutuhkan manusia yang lain’.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, pikiran, gagasan, atau ide antara dua pihak atau lebih untuk sampai pada suatu pemahaman. Dengan demikian, komunikasi memiliki tujuan untuk saling memahami, memberikan penjelasan, memberikan pemahaman, saling bertukar informasi, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Dalam buku yang pernah saya baca—kalau tidak salah judulnya “Sukses Tanpa Gelar” tulisan Andrias Harefa—dikatakan bahwa orang yang lebih sering berkomunikasi lebih panjang umur daripada orang yang jarang berkomunikasi. Ini dibuktikan dari penelitian atau pengamatan di penjara; tahanan (misalnya dihukum seumur hidup) yang sering berkomunikasi dengan tahanan lainnya terlihat lebih gembira, lebih bisa menghapus kesedihannya, dan lebih awet hidup daripada tahanan yang jarang berkomunikasi. Misalnya di dalam sel seorang sendirian dan jarang berkomunikasi dengan tahanan di sel sebelahnya, ia akan lebih mudah sedih, murung, frustrasi, dan lebih cepat mati.
 

Duel Floyd Mayweather Jr. vs Saul Canelo Alvarez

Pertarungan antara Floyd Mayweather Junior versus Saul Canelo Alvarez dianggap sebagai pertarungan bergengsi dengan bayaran yang mahal pada kedua petinju, khususnya bagi Floyd Mayweather yang dikabarkan mendapat bayaran yang sangat tinggi dari Golden Boys Promotion. Menurut Johny Asodama, komentator pada acara Tinju Dunia TV One, bayaran Mayweather pada pertarungan ini per detiknya 12,5 milyar. Ini berarti mengalahkan atlet-atlet tingkat dunia dari olahraga lain, bahkan Mayweather dianggap sebagai atlet terkaya versi majalah “Forbes” tahun 2012.

Pada awal ronde, kedua petinju bertarung rapat dan sangat hati-hati. Ini terlihat dari kedua petinju yang tidak mau melakukan jual beli pukulan dan jarang melakukan pukulan-pukulan mubazir. Tapi di pertengahan dan di akhir-akhir ronde, terlihat Mayweather menguasai jalannya pertandingan. Gaya counter boxer yang menjadi ciri khasnya, sangat sulit untuk dihadapi Alvarez, terbukti dari pukulan-pukulan Alvarez yang mudah diatasi Mayweather, meskipun pada beberapa momen Alvarez juga melakukan perlawanan yang sengit, dan beberapa kali mengenai Mayweather.

Sabtu, 14 September 2013

Ngaji - Ujian dalam Hidup

Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
Kalau pada hari Jum’at kemarin saya ngaji di masjid Jenderal Sudirman pada ba’da maghrib hingga isya. Hari ini, Sabtu (15/9/2013) saya sempatkan untuk ngaji di masjid Gedhe Kauman. Saya berangkat dari tempat kost sekitar pukul 17.17 WIB, dan sampai di masjid ketika adzan maghrib berkumandang pada pukul 17.40, jadi kira-kira butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Salah satu masjid bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Jogja, juga merupakan masjid dimana KH. Ahmad Dahlan berjuang membesarkan Persyarikatan Muhammadiyah yang hingga kini masih tetap eksis dan berjaya. Semoga saja ke depannya Muhammadiyah bisa lebih maksimal, lebih baik dalam menyebarkan dakwah, dan amal-amal shaleh yang berkontribusi nyata bagi bangsa Indonesia.

Sesudah melaksanakan shalat maghrib berjama'ah, membaca wirid sesudah shalat, berdoa, dan mengerjakan shalat sunnah ba’diyah; saya langsung menuju ke serambi masjid, karena pengajian akan segera dimulai di serambi masjid ini. Pengajian malam hari ini diisi oleh Ustadz Abdussalam Busyro, Lc. yang biasa mengisi tafsir Al-Qur’an pada minggu pertama dan minggu kedua di masjid ini setiap malam Minggu. Kebetulan ini kali pertama saya datang setelah dua bulan lebih tidak menghadirinya karena ada tugas KKN. Kebetulan sekali pada pengajian kali ini, kedatangan tamu seorang ulama dari Yaman (saya tidak tahu namanya, mungkin kurang memperhatikan).

Jumat, 13 September 2013

Al-Qur'an - Buku Panduan Kehidupan

Dr. Shofiyullah
Hari Jum’at, 13 September 2013, merupakan hari yang membahagiakan bagi saya, karena pada hari itu saya bisa memulai lagi untuk mandi di akhir malam dan melaksanakan shalat tahajjud, setelah sekian lama meninggalkan amalan yang mulia ini. Mudah-mudahan Allah ta'ala selalu memberikan taufiq dan hidayah-Nya agar saya bisa istiqomah mengerjakan qiyamul lail. Amiin.

Pada sore harinya, setelah mandi—ini adalah mandi yang ketiga kalinya pada hari Jum’at, karena sebelum shalat Jum’at saya mandi dulu—saya makan, atau yang biasa orang Jawa sebut nyore untuk makan malam atau makan sore, kalau makan pagi disebut sarap/nyarap, kalau makan siang biasa disebut madang. Itu bahasa Jawa ngoko, yaitu bahasa Jawa yang kasar.

Seperti biasanya, pada hari Jum’at sebelum adzan maghrib, atau pada saat adzan maghrib, saya bergegas untuk berangkat ke masjid Jenderal Sudirman untuk shalat maghrib di sana, dan tentunya karena ba’da maghrib ada pengajian rutin. Sebenarnya saya belum lama ngaji di masjid ini, sekitar semester lima atau enam saya lupa, yaitu pengajian Jum’at malam ba’da maghrib, dan pengajian selasa malam ba’da magrib dua minggu sekali. Untuk pengajian Jum’at malam ini kebetulan diisi oleh oleh Dr. Shofiyullah, beliau selain mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, juga merupakan salah satu pengajar di Ponpes Wahid Hasyim. Ini juga pertama kali saya berangkat pengajian Jum’at malam setelah dua bulan lebih tidak menghadirinya karena tugas KKN.

Selasa, 10 September 2013

Shalat Sunnah Qabliyah dan Ba'diyah

Masjid Jenderal Sudirman, Demangan Baru, Yogyakarta
Alhamdulillah. Hari ini, Selasa (10/9/2013) saya bisa menghadiri pengajian rutin dwi minggu di masjid Jenderal Sudirman yang diisi oleh Habib Sayyidi bin Abdurrahman Baraqbah. Kajian rutin yang membahas kajian hadits ini, diadakan setiap hari Selasa ba'da maghrib, pada minggu kedua dan minggu keempat. Kebetulan ini yang pertama kali dimulai semenjak vacuum selama bulan suci Ramadhan.

Hari itu, saat saya datang ke masjid Jenderal Sudirman, suara adzan maghrib masih sempat terdengar beberapa saat. Langsung saya bergegas mengambil air wudhu di sekitar masjid, dan menunggu beberapa detik, tanpa melakukan shalat sunnah, karena “papan waktu” yang terpasang di ruang utama masjid menunjuk sebentar lagi akan iqomat.

Ketika shalat saya sedikit kaget bercampur kagum, karena imam shalat maghrib, yaitu Ustadz Yasir Arafat membaca Al-Fatihah dan surat pendek dengan lagu khas jawa. Ini baru pertama kalinya saya dengar selama ini, ada imam membaca bacaan ketika shalat dengan lagu bercirikan khas jawa. Biasanya Ustadz Yasir yang masih mengambil S-2 Antropologi di UGM ini membaca bacaan Al-Fatihah dan surat pendek dengan lagu biasa saja, tapi kali ini beliau membacanya dengan lagu khas Jawa, benar-benar ustadz yang asli Sumatera ini cinta budaya Jawa.

Minggu, 08 September 2013

Energi Ekstra dalam Tubuh

Ketika kita sedang dalam keadaan lelah, letih, lesu, capek, dan tak bertenaga karena sehabis melakukan suatu aktivitas berat, ataupun sehabis melakukan aktivitas ringan tetapi dalam durasi waktu yang lama dan kurang istirahat, misalnya saja kurang tidur. Tentu kita akan merasa enggan untuk melakukan kegiatan yang lain, padahal kita sangat perlu untuk melakukan kegiatan atau menyelesaikan tugas kita. Tapi apa boleh buat, tubuh kita yang lesu ini bawaannya ingin segera berbaring di atas tempat tidur.

Tapi tahukah anda, tubuh kita ternyata memiliki cadangan energi yang cukup besar, yang apabila kita gunakan dengan maksimal hasilnya akan sangat bermanfaat, dan rasa lelah pun akan segera berganti menjadi semangat lagi. Meskipun harus diakui, pada saatnya tubuh kita juga nantinya akan merasa lelah kembali, dan ini merupakan pertanda agar kita segera mengistirahatkan tubuh kita. Dengan istirahat yang cukup, dengan tidur yang nyaman akan mngembalikan energi kita yang hilang, menghilangkan rasa capek, memperbarui sel-sel dalam tubuh kita, dan bila kita tidur dengan cukup dan nyaman, jelas kita akan bangun dalam keadaan sehat dan bugar.

Jumat, 06 September 2013

Obrolan dengan Penjual Dawet Hitam

Es Dawet Ireng
Beberapa hari yang lalu, pada saat perjalanan pulang dari Jogja ke Purbalingga, tepatnya Kamis (5/9/2013). Saya sempat mampir untuk sekedar istirahat sejenak di daerah Bayan, Purworejo. Itu pun saya lakukan ketika melihat ada warung dawet hitam yang berjejer di pinggir jalan, karena badan semakin lelah, saya putuskan untuk berhenti di salah satu warung dawet hitam tersebut. Pertama kali berhenti, saya disambut oleh penjual dawet tersebut yang berjalan ke arah warung yang saya singgahi, Monggo Mas,” katanya. “Nggih Bu, dawete setunggal,” kataku sambil duduk di kursi warung, sembari melepas jaket, tas, dan sarung tangan.

Ibu yang menjaga warung itu pun segera mengambilkan semangkuk dawet hitam segar dengan segala kekhasannya. Lalu saya pun menikmati dawet hitam yang baru saja disuguhkan, rasanya manis dan segar karena dicampur es, apalagi di terik panas mentari yang amat membakar kulit, rasanya benar-benar melepas dahaga yang kehausan. Ibu itu pun duduk di kursi depanku sambil menungguiku menikmati segarnya sajian dawet hitam. Sementara kendaraan berlarian dengan suara-suara bisingnya seolah ikut meramaikan hari itu.

Kamis, 05 September 2013

Filosofi Film "Ted"

Persahabatan Ted dan John Bennet
Kalau dua hari yang lalu saya ingin menuliskan filosofi film “Ted”, tapi malahan nyasar jadi nulis sinopsisnya. Kali ini saya coba mengangkat filosofi, pelajaran dan pesan dalam film “Ted” ini. Seperti pembaca lihat sendiri dalam film “Ted”—atau kalau belum sempat menonton filmnya, bisa baca sinopsisnya dulu di blog ini—bahwa film ini kalau kita amati bersama, lebih banyak berkutat pada masalah percintaan antara John dan Lori, serta yang dianggap menjadi stumbling block hubungan mereka berdua, yaitu boneka beruang ajaib yang dinamakan Ted oleh John Bennet ketika kecil.

Dalam film ini, kita melihat dua orang sahabat (yang satu orang, yang satu bukan orang, tapi boneka ajaib) yang semenjak kecil hingga mereka beranjak dewasa, selalu menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, bercanda bersama, dan tempat curhat yang paling pas bagi John. Pacar John yang bernama Lori Collins pun sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan mereka berdua, sudah tahu seluk beluk kelakuannya, karena Lori pun sering menghabiskan waktu bersama dengan John dan Ted ketika tidak sedang bekerja.

Sinopsis Film "Ted"

John Bennet, Ted, dan Lori Collins dalam film "Ted"
Siang hari selepas shalat dhuhur pada Rabu (4/9/2013), saya pergi ke warung untuk membeli kopi, lalu saya seduh dengan air panas dispenser. Sambil menunggu air panas, saya hidupkan laptop. Selesai itu, saya membuka beberapa dokumen laporan KKN. Setelah selesai mengecek dokumen yang akan saya kumpulkan itu, saya membuka file film. Ya, siang ini saya berniat nonton film (salah satu hobi saya, yaitu nonton film). Dan pilihannya jatuh pada film yang baru saja saya copy dari teman kost sebelah berjudul “Ted”. Di file-nya film ini tertulis tahun 2012, dan memang benar, setelah saya lihat film ini memang rilis tahun 2012. Aktor utama dalam film ini yaitu Mark Wahlberg yang berperan sebagai John Bennet, lalu Mila Kunis yang berperan sebagai Lori Collins, pacar John Bennet, dan tidak lupa tokoh utama dalam film ini, yaitu boneka Ted.

Film ini jelas tergolong sangat absurd, tapi juga mengasah kepekaan kita untuk berimajinasi, dan mengambil nilai filosofi di balik kisah film ini. Ada pesan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari alur cerita film ini. Diawali dengan sebuah prolog, bahwa keajaiban sudah lama hilang dari dunia kita, sehingga banyak harapan-harapan kita yang tidak tercapai. Film ini mengisahkan seorang anak kecil yang kesulitan mencari teman. Ketika di hari natal teman-teman yang lain bermain asyik gembira, sementara John Bennet kecil kesepian, karena merasa tidak memiliki teman.

Selasa, 03 September 2013

Bocah itu...

Pagi itu sekitar pukul 10.30, saya pergi ke bengkel motor, dekat bangjo pertigaan UNY. Ini kali pertama ke bengkel tersebut untuk ganti oli, dan servis lampu send kiri yang mati. Ketika menunggu motor yang sedang di servis, saya dikejutkan dengan seorang anak kecil sekitar kelas 4 SD (kalau sekolah). Saya memang sedikit terkejut heran, karena bocah sekecil itu menjual koran di jalanan lampu merah pertigaan UNY. “Siapakah gerangan yang mengurusmu wahai bocah kecil? Dimana gerangan orangtuamu? Engkau tidak seperti bocah pada umumnya, yang pagi hari berangkat sekolah, siang dan sore hari bermain, tertawa riang gembira dengan kawannya, duhai malangnya nasibmu bocah kecil,” gumamku dalam hati sambil menunggu motor selesai diperbaiki.

Ketika di rumah, lebih tepatnya kamar kost (ini kamar kost bagiku sudah seperti surga, tempat sejuk buat menenangkan diri, pokoknya kamarku surgaku, halah…), saya termenung, alangkah beruntungnya saya, dan teman-teman saya yang lain, ketika masih kecil bisa hidup enak, bisa merasakan sekolah, merasakan kasih sayang orangtua, bermain, tertawa riang gembira dengan teman-teman sebaya, sementara bocah kecil yang saya lihat di pertigaan lampu merah tersebut sudah nekat (atau kepepet alias terpaksa) mencari uang dengan cara menjual koran, dan entah darimana ia mendapatkan koran tersebut.

Senin, 02 September 2013

Malam Perpisahan KKN UNY Kelompok 28 dengan Warga Dusun Graulan

Tepat malam Minggu (31/8/2013), KKN UNY kelompok 28 yang ditugaskan di dusun Graulan mengadakan perpisahan dengan warga dusun Graulan. Undangan dilakukan secara terbuka lewat pengeras suara di masjid Nurul Huda pada ba’da ashar dan ba’da maghrib. Acara berlangsung di halaman koperasi sebelah utara masjid Nurul Huda pada pukul 20.00 sampai pukul 22.00 WIB. Acara perpisahan ini dibantu oleh pemuda Karangtaruna Marsedes.

Acara berlangsung sangat sederhana dengan menggelar tikar di halaman, dan memasang lampu di sekitarnya, serta di depan ada layar proyektor untuk pemutaran foto selama KKN berlangsung. Meskipun undangan hanya dilakukan lewat pengeras suara, warga dusun tetap banyak yang menghadiri, begitu juga tokoh-tokoh masyarakat dusun Graulan.

KKN di Dusun Graulan - Sebuah Kerinduan

Entah kenapa, hari Senin ini (2/9/2013) saya merasa kangen dengan suasana KKN di dusun Graulan. Sebenarnya rasa sedih, rasa haru, dan rasa rindu sudah saya rasakan ketika kami meninggalkan dusun tersebut kemarin siang. Mungkin ini hal yang wajar sekali, karena waktu dua bulan tinggal di dusun tersebut secara total, bukanlah waktu yang singkat, meskipun ada jeda waktu untuk pulang beberapa hari. Tapi tentu saja, ini merupakan pengalaman berharga yang boleh dibilang tak terlupakan, karena ada banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa saya ambil untuk mengarungi kehidupan yang lebih baik ke depannya.

Secara jujur, saya sangat senang dan bersyukur sekali kepada Allah yang telah menempatkan saya KKN di dusun Graulan bersama dengan teman-teman yang Allah ta'ala pilihkan untuk saya. Semoga ke depannya kalian menjadi lebih baik (barakallahu fikum).