Jumat, 19 April 2013

Taktik Attack dan Counter-Attack dalam Taekwondo

Pendahuluan

Taekwondo semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas karena sosialisasi yang dilakukan  lewat berbagai event kejuaraan ataupun melalui demonstrasi pada acara-acara tertentu. Kejuaraan taekwondo sering diselenggarakan di berbagai daerah, baik kejuaraan tingkat kabupaten, provinsi, maupun tingkat nasional. Kejuaraan yang paling sering diselenggarakan adalah kategori kyorugi (pertarungan), tetapi akhir-akhir ini seringkali sebuah event kejuaraan taekwondo digabung antara kyorugi dan poomsae (jurus).

Biasanya peserta atau atlet yang mengikuti kyorugi lebih banyak dari poomsae. Mungkin karena kapasitas pelatih yang hanya ahli di bidang kyorugi saja, atau bisa juga pelatih melihat potensi atletnya, atau karena pertimbangan-pertimbangan lainnya. Tetapi yang perlu dicatat pada kejuraan taekwondo kategori kyorugi; umumnya lebih meriah, ramai, dan menghibur dibanding dengan poomsae. Di samping itu, atlet yang mengikuti kyorugi lebih merasa bangga dan puas ketika menjadi seorang juara atau memperoleh medali. Dengan perkataan lain, prestise-nya lebih besar daripada poomsae.

Sabtu, 13 April 2013

Komponen Biomotorik Taekwondo

Oleh: Devi Tirtawirya, M.Or.

Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang mempunyai beberapa komponen biomotorik yang sangat diperlukan dalam menunjang gerakan dan teknik dalam berlatih taekwondo. Olahraga taekwondo selama ini yang sering dipertandingkan adalah pertarungan (kyorugi), dan seperti kita ketahui, kalau kita bertarung pasti akan memerlukan kekuatan otot, kecepatan, power, keseimbangan, fleksibilitas, daya tahan, serta keterampilan gerak (teknik dan taktik). Komponen-komponen biomotorik tersebut mutlak diperlukan dalam pertarungan taekwondo.

Kekuatan otot merupakan keadaan tubuh mampu mengatasi beban dalam jumlah tertentu. Kondisi tubuh harus cukup kuat jika sedang melakukan pertarungan, sebab cedera patah tulang, terkilir atau yang lainnya bisa terjadi jika otot tidak cukup kuat. Oleh karena itu, dalam latihan taekwondo selalu diberikan latihan fisik berupa kekuatan. Latihan kekuatan dalam taekwondo ada bermacam-macam, misalnya: push-up, sit-up, back-up, leg press, leg curl, dan lain-lain. Latihan kekuatan ini tidak harus dengan alat tetapi bisa berpasangan dengan teman.

Jumat, 12 April 2013

Cara Mengatasi Mental Atlet (Taekwondo) yang Buruk

A. Pendahuluan

Taekwondo merupakan olahraga yang membutuhkan kualitas mental yang baik, di samping kualitas fisik yang juga harus mumpuni. Dikatakan membutuhkan kualitas mental yang baik, karena dalam prakteknya seringkali ditemui seorang atlet yang sudah siap secara fisik, teknik, dan taktik. Tapi menjelang pertandingan dapat diamati dari body language dan mimik muka (facial ekspressions), terlihat gelisah, tidak tenang, kurang semangat, sense of humor berkurang, dan sebagainya. Terlebih lagi pada saat pertandingan, akan sangat terlihat mana atlet yang memiliki ketegaran mental (mental thougness), dan mana atlet yang mentalnya down.

Hal ini tentu saja mengundang pertanyaan dari seorang pelatih, mengapa keadaan demikian bisa terjadi pada diri atlenya, sementara dari segi fisik, teknik, dan taktik sudah dilatihkan sedemikian rupa. Tetapi pada saat bertanding teknik dan taktiknya terlihat buruk atau tidak maksimal, padahal pada saat sesi latihan terlihat sangat baik. Dari sini pelatih harus segera menyadari, bahwa kualitas fisik, teknik, dan taktik saja belumlah cukup. Ada satu aspek lagi yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni mental atau psikologi. Karena betapapun hebatnya seorang atlet, kalau mentalnya down, tentu akan sangat menggangu penampilan atlet. Artinya, atlet tidak bisa menunjukan kemampuannya dengan maksimal. Dan latihan teknik, taktik, dan fisik yang selama ini dilatihkan akan sia-sia dan terbuang percuma, karena pada saat bertanding tidak bisa maksimal akibat keadaan mental yang buruk.

Urgensi Latihan Mental dalam Taekwondo

Oleh: Rihan Musadik

A. Pendahuluan

Taekwondo merupakan olahraga yang membutuhkan kualitas mental yang baik, di samping kualitas fisik yang juga harus mumpuni. Dikatakan membutuhkan kualitas mental yang baik, karena dalam prakteknya seringkali ditemui seorang atlet yang sudah siap secara fisik, teknik, dan taktik. Tapi menjelang pertandingan dapat diamati dari body language/gestures dan mimik muka (facial ekspressions), terlihat gelisah, tidak tenang, kurang semangat, sense of humor berkurang, dan sebagainya. Terlebih lagi disaat pertandingan, akan sangat terlihat mana atlet yang memiliki ketegaran mental (mental thougness), dan mana atlet yang mentalnya down.

Hal ini tentu saja mengundang pertanyaan dari seorang pelatih, mengapa keadaan demikian bisa terjadi pada diri atlenya, sementara dari segi fisik, teknik, dan taktik sudah dilatihkan sedemikian rupa. Tetapi pada saat bertanding teknik dan taktiknya terlihat buruk atau tidak maksimal, padahal pada saat sesi latihan terlihat sangat baik. Dari sini pelatih harus segera menyadari, bahwa kualitas fisik, teknik, dan taktik saja belumlah cukup. Ada satu aspek lagi yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni mental atau psikologi. Karena betapapun hebatnya seorang atlet, kalau mentalnya down, tentu akan sangat menggangu penampilan atlet. Artinya, atlet tidak bisa menunjukan kemampuannya dengan maksimal. Dan latihan teknik, taktik, dan fisik yang selama ini dilatihkan akan sia-sia dan terbuang percuma, karena pada saat bertanding tidak bisa maksimal akibat keadaan mental yang buruk.

Rabu, 10 April 2013

Tugas Taekwondo! Cara Mengatasi Mental Atlet yang Buruk

Oleh: Devi Tirtawirya, M.Or.

Bagaimana jika kalian menjadi seorang pelatih, menemui atlet yang selalu kalah dalam suatu pertandingan? Dengan kata lain, bagaimana cara seorang pelatih memperbaiki mental atlet yang buruk. Contoh studi kasusnya atlet yang selalu kalah dengan atlet tertentu, mungkin karena takut, nervous, dsb. Bagaimana cara mengatasi ketakutan atlet tersebut, yaitu strategi pelatih untuk membuat atlet menjadi lebih berani, khususnya pada saat pertandingan fight, model latihan seperti apa yang tepat. Kalau bisa dari pengalaman anda melatih, buat model latihan, narasikan atau tuliskan dengan sebaik mungkin, karena itu akan menjadi sesuatu (produk) yang berharga (bahkan bisa untuk bahan skripsi), sebab banyak pelatih yang mungkin tahu caranya, tetapi tidak bisa menuliskannya secara ilmiah (logis, analitis, sistematis, dan runtut) dengan baik.

Identifikasi Pemikiran Para Filsuf


A. Ciri Berpikir Filosofis:

1. Bersifat Mendasar (Radikal)

Berpikir secara mendasar dan mendalam hingga ke akar-akar persoalan, hingga ditemukan landasan dasar dari sebuah persoalan, sehingga lebih mudah untuk mencari solusinya (problem solving). Selain itu juga mencari arti kebenaran itu sendiri dengan berbagai kriterianya.

2. Bersifat Spekulatif

Berpikir secara spekulatif, artinya pengetahuan dimulai dengan cara berpikir yang spekulatif untuk menghasilkan probability (memperkirakan secara logis berdasarkan pertimbangan tertentu), sehingga dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan dan sebagai starting point untuk mengeksplorasi pengetahuan.

3. Bersifat Menyeluruh (Holistik)

Berpikir secara menyeluruh, artinya berpikir dengan berbagai sudut pandang yang berbeda (berpikir melingkar), berani keluar menyebrang dari kebiasaan lama (out of the box), berdialog melintasi batas-batas dogmatis (passing over), dan mengaitkan sebuah pemikiran dengan aspek-aspek yang lain, dengan ilmu-ilmu yang lain, sehingga menghasilkan output atau pemikiran yang lebih komprehensif.

B. Cara Berpikir Filsuf:
  1. Kritis, logis, sistematis, analitis, dan runtut.
  2. Mempertanyakan segala sesuatu yang dihadapinya, baik itu sebuah persoalan/argumen/pernyataan/gagasan/ide/opini/tulisan, dsb. Sepanjang hal itu masih bisa dipikirkan dan dipertanyakan.
  3. Cara berpikir seorang filsuf banyak diawali dengan sebuah pertanyaan, lalu debat, dialog, diskusi, membahas, menuliskan, bahkan kadang diakhiri dengan sebuah pertanyaan pula.
  4. Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan seorang filsuf: debat, dialog, diskusi, belajar, bicara, menulis, dll.
  5. Memandang segala sesuatu yang dihadapi atau dipelajari sebagai sebuah problematika  yang akan dicari jawabannya.
  6. Berpikir solutif, menghasilkan sebuah solusi, problem solving ‘pemecahan masalah’.
  7. Mencari-cari sebuah fenomena, keganjilan, keanehan, kuriositas, dsb.
  8. Berpikir secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
  9. Menyanggah, meragukan segala sesuatu yang dihadapi (skeptis), tetapi harus logis atau rasional.

By Rihan Musadik

Selasa, 09 April 2013

Pembinaan Anak Usia Dini

Oleh: Rihan Musadik

Salah satu elemen penting untuk memajukan sebuah bangsa adalah pendidikan anak usia dini (PAUD). Karena dari sinilah watak atau karakter anak akan mudah terbentuk yang nantinya akan terbawa hingga usia dewasa. Ibarat sebuah rumah, pendidikan anak usia dini merupakan pondasi, yang mana jika pondasi itu baik, maka pembuatan rumah selanjutnya juga akan baik dan tidak mudah runtuh. Begitu juga dalam olahraga, jika sejak usia dini anak sudah diajari berbagai keterampilan gerak, maka selanjutnya anak tersebut dapat mengikuti dengan baik cabang olahraga yang menjadi pilihannya kelak, misalnya cabang olahraga taekwondo.

Usia dini merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu, misalnya olahraga. Hal ini dikarenakan anak mudah dan cepat belajar. Di samping itu, tubuh mereka masih lentur, sehingga akan mudah bila diajarkan berbagai pengayaan gerak yang nantinya dapat mendukung cabang olahraga yang akan digelutinya. Kemudian anak juga senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas hingga terampil. Anak juga bersifat pemberani, sehinga tidak terhambat rasa takut kalau mengalami kesalahan atau diejek teman-temannya, sebagaimana ditakuti oleh anak yang lebih besar (Hurlock dalam Izzaty, 2008).

Menghindari Kesombongan

Puji syukur selalu saya panjatkan pada Allah yang telah memberikan nikmat hidup di dunia ini dengan berbagai fasilitas dan kesenangan yang ada di dalamnya. Tentunya nikmat hidup itu Allah buat agar manusia hanya menyembah kepada Yang Satu. Alhamdulillah, hari selasa ini bi idznillah saya bisa bangun pada sekitar pukul 3.20 WIB, karena memang sebelum tidur saya berniat untuk bangun malam buat nonton laga lanjutan Barclays Premier League yang mempertemukan derbi Manchester leg kedua, antara Manchester City kontra Manchester United. Dan saya merasa cukup senang, karena tim favoritku The Citizens bisa menang dengan skor 2-1, meskipun akan sangat sulit mengejar ketertinggalan poin dari MU yang sudah melaju sangat jauh dengan selisih poin 12 dari City. Oleh karenanya, sudah bisa diprediksi juara Liga Inggris musim ini adalah MU, dan City harus puas dengan posisi runner-up (gak papa lah, yang penting bisa masuk zona liga champion).

Pada hari ini, saya sangat bersyukur, karena bisa memulai lagi “menata hidup dengan rapi”, dan terus berjuang melawan diri sendiri, yaitu hawa nafsu, kemalasan, dan segala hal negatif yang ada dalam diri; yang semua itu kudu dilawan dan dipotong sehingga terbentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Kalau kebiasaan baik sudah tertanam dalam diri, maka akan membentuk karakter, dan karakter inilah yang ikut menentukan nasib kita.

Sabtu, 06 April 2013

Apa itu Berpikir Kritis?

Pada hari Minggu, seperti biasanya jam 6.15 saya harus bersiap untuk berangkat pengajian tafsir Al-Qur’an di masjid Kampus UGM bersama Ustadz Ridwan Hamidi, Lc., M.P.I., M.A. (doakan saya istiqomah, sobat). Saya harus segera bersiap karena memang terkadang sehabis shalat shubuh, baca Qur’an, lalu nonton TV di acara “Pintu-Pintu Surga”, dan pembicaranya masih tetap Prof. Dr. Nasharudin Umar, M.A. Pada saat nonton TV itulah, apalagi sehabis acaranya selesai, saya ngantuk dan ketiduran (huh, kebiasaan ya), tapi alhamdulillah masih bisa bangun lagi jam 6.15 atau lebih, meski biasanya saya telat 15 menit karena kajiannya dimulai pada pukul 06.30 WIB, tapi gak papa masih bisa ikut ngaji, di samping pahalanya super besar (cari sendiri haditsnya ya gan) ilmunya juga dapat. Akhirnya saya hanya bisa berkata, “Terima kasih Ya Allah, Engkau karuniakan hamba kesehatan dan keimanan, sehingga hamba bisa ikut mengkaji firman-Mu yang mulia ini, dan hamba berusaha untuk tetap istiqomah dalam mengaji dan beribadah kepada-Mu sebagai wujud rasa syukur hamba atas segala nikmat yang Engkau berikan kepadaku. Amiin”. Ketika hendak berangkat ngaji ke Maskam UGM, tiba-tiba saja saya mendapat inspirasi tentang apa itu berpikir kritis, mungkin inspirasi ini datang ketika saya membaca kalimat mutiara di dinding kamar kostku dan teringat kawan yang mengkritisinya. Inilah yang hendak saya tulis tentang “Apa itu berpikir kritis?”.

Proverba/Peribahasa

  • Sebatang korek api bisa membakar seluruh hutan
  • Sebuah pesawat terbang, jika menabrak burung yang kecil sekalipun bisa terjatuh
  • Duri yang kecil bisa sangat menyakiti dan berbahaya
  • Mungkin hanya percikan kecil, tapi bisa membuat kebakaran
  • Mungkin hanya percikan kecil, tapi harus segera disiram sebelum membesar menjadi api yang liar
  • Orang buta menyalahkan selokan
  • Ibarat bola salju yang terus membesar
  • Mungkin hanya langkah kecil bagi kita, tapi sebuah lompatan besar bagi kemajuan/perkembangan/sejarah umat manusia
  • Lebih baik menciptakan secercah cahaya, daripada menggerutu dalam kegelapan
  • Bagai diiris sembilu

Dimaknai sendiri ya, pasti bisa. Masih banyak peribahasa, ada ratusan bahkan ribuan peribahasa, cari sendiri ya sob...

Pola Konsumsi dan Gaya Hidup Anak Muda

Tadi malam, tepatnya Jum’at malam, seperti biasa di gedung rektorat lama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, diadakan diskusi ilmiah dengan pemakalah/pemateri dari dosen-dosen UIN, dengan moderator tetap Prof. Dr. H. M. Abdul Karim, M.A dan juga pendamping tetap diskusi ilmiah tersebut Dr. Muhammad Damami, M.Ag. Lalu pemateri pada acara diskusi ilmiah tersebut, yaitu Sulistyaningsih, S.Sos., M.Si. Beliau dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga. Tema pada malam itu cukup menarik, berkaitan dengan pola hidup anak muda di daerah pedesaaan, baik pola konsumsi, maupun life style-nya. Adalah sebuah penelitian yang dilakukan pemateri di Dusun Babadan, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.

Kamis, 04 April 2013

Terbersit

Indahnya kakimu
cantiknya paras wajahmu
lembutnya lentik jemarimu
halusnya kulit putihmu
merekahnya bibir manismu
meronanya pipimu
I love you…


Rihan Musadik
Yogyakarta, Jum'at (5/4/2013)
Ba'da shalat jum'at di Maskam UGM

Tanggapan status FB - Wacana Desakralisasi Kitab Suci

Oleh: Rihan Musadik

Menanggapi status FB ini, rasanya cukup menarik, dan tanggapan saya sepertinya lumayan panjang, jadi sengaja saya tulis di blog pribadi (sorry, bukan maksud menggurui atau sok pintar, hanya ingin comment aja). Menurut saya ini juga bagian dari kebebasan berpikir (semoga tidak kebablasan ya). Saya melihat ada komentar yang juga disetujui oleh penulis status, mengatakan bahwa, "Mau lurus mau belok, mau hitam, mau putih, biarin aja". Pertanyaannya, masa dibiarin sih? Bukankah tugas kita saling mengingatkan, mana yang benar dan mana yang salah? Kalau kita sudah menasihati dengan cara yang tepat, baik, dan benar, lalu dianya tetap tidak mau menerima, ya udah biarin, bukan tugas kita memberi hidayah, tugas kita hanya saling menasihati dan mengingatkan. Kata Allah, orang-orang dulu itu pada “binasa” karena orang-orangnya tidak saling mengingatkan, pokoknya biarin aja gak peduli (ini ada dalam Qur'an lho, bagi yang percaya, yang enggak ya monggo).

Terus komentar terakhir, “Karena kitab sucinya mungkin lagi sakit gigi, jadi gak bisa ngomong...” Katanya tidak boleh saling menyakiti hati, statement ini kalau dibaca orang-orang yang berhaluan tekstualis, bukan tidak mungkin akan menyinggung perasaannya, karena yang mereka pahami ya seperti itu, terpaku pada teks, mengganggap kitab sucinya yang paling benar, dsb. Seperti dalam komentar lain, “Semua kan punya sudut pandang yang berbeda”. Maka sebaiknya kita juga harus menghargai dan memahami pendapat masing-masing orang/kelompok. Kalau seandainya kita anggap pendapat orang lain itu salah dan pendapat kita yang lebih benar, ya sampaikan pendapat kita dengan cara yang tepat, argumentatif, dan persuasif; lantas kalau dia tetap tidak mau menerima. Ya sudah, selesai.

Lalu masalah “men-Tuhan-kan” kitab suci, ya silahkan masing-masing punya persepsi sendiri-sendiri. Tapi memangnya ada ya, di zaman post-modern seperti ini, orang yang senaif itu hingga menyetarakan kitab suci dengan Tuhan (Yang Absolut)? Ibaratnya orang bodoh pun juga tahu kalau yang namanya kitab suci itu firman Tuhan, dan bukan Tuhan itu sendiri. Oh ya, saya juga setuju dengan komentar lain, "Tersesat ke jalan yang benar". Okelah kalau begitu, semoga pada tersesat ke jalan yang benar. Amiin.

Terakhir sedikit tambahan (jangan bosen bacanya ya, tanggung nih, paragraf penutup). Dalam kajian teologi, menurut Sayyed Hossein Nasr, ada istilah “relatively absolute” (kalau gak salah, lupa-lupa inget). Artinya, kita harus "fanatik" bahwa mutlak yakin Tuhan, agama, dan kitab suci kita paling benar—kecuali yang memang tidak meyakinkan—tetapi juga harus relatif, artinya bahwa ada kemungkinan agama lain juga benar. Mungkin ini lebih proporsional. Kalau kita tidak haqqul yaqin kepada agama kita, berarti tidak usah beragama sekalian, tapi cukup seperti gerakan new age, yakni spiritual tanpa agama. Tapi bagaimana caranya, bukankah agama gudangnya spiritualitas. Spiritual tanpa agama, dikhawatirkan bukan spiritual yang akan didapat, hanya fatamorgana, maya dan semu. I’m sorry, sedikit membingungkan. Sampai di sini dulu ya, semoga bermanfaat (kalau ada). Kurang lebihnya mohon maaf. Wassalam.

Apa itu Kebahagiaan?

Seperti biasa saya awali CHIP hari ini dengan rasa syukur kepada Allah (alhamdulillah) yang telah mengaruniakan kenikmatan yang begitu banyak. Dalam firman-Nya Allah berkata “Seandainya manusia menghitung-hitung nikmat yang dikaruniakan, niscaya tidak akan dapat menghitungnya”. Begitulah saya merasakan kebahagiaan, karena masih diberikan hidup, masih dapat menghirup udara segar, dan masih bisa bangun untuk melaksanakan shalat shubuh berjama'ah di mushola depan kostku (gak nanya musholanya…), walaupun sedikit ketiduran setelah membaca Al-Qur’an (hafalan juz 30), tapi masih bisa bangun lagi jam setengah tujuh.

Kuliah Pembinaan Anak Usia Dini

Pagi hari ini saya terbangun tepat pada saat mushola di depan kostku mengumandangkan iqomat, tepatnya jam berapa saya tidak tahu, segera setelah mendengar iqomat, saya terbangun, dan langsung bangkit untuk memakai sarung, baju koko, dan ambil peci; lantas saya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, hal itu biasa saya lakukan karena terburu-buru. Alhamdulillah masih sempat shalat berjama'ah, meski tertinggal satu raka’at. Setelah wiridan singkat (biasanya agak panjang lho), saya baca Al-Qur’an, hanya surat Al-Balad, karena memang sedang menghafal surat ini. Program untuk saya sendiri insya Allah bisa menghafal juz 30 hingga hafal betul alias di luar kepala (doakan ana ya, karena setelah hafal juz 30, insya Allah mau menghafal surat Al-Mulk dan surat Yasin).

Jadwal kuliah hari ini diawali pada pukul 07.00 pagi, teman kostku yang juga teman satu kelas, tidak berangkat, karena ingin melanjutkan tidur nyenyaknya, bisa ditebak ia mengantuk karena semalam nonton Liga Champion antara Real Madrid vs Galatasaray. Dosen mata kuliah Psikologi Kepelatihan juga telat, prediksiku, jelas dia juga nonton bola (makanya kesiangan), karena dalam setiap mengajar, hampir selalu ada menyinggung bola, begitupun kuliah pagi hari ini.

Secara pribadi, saya juga agak sedikit menyesal (agak sedikit, gak banget menyesalnya lho) karena tidak bisa nonton bola, sedangkan yang main tim elite macam Madrid (Spanyol) dan Galatasaray (Turki), tapi itu no problem, lebih menyesal lagi tidak bisa bangun malam (sepertiga malam yang terkahir) untuk shalat tahajjud. Sebabnya ya seperti biasa, tidurnya terlalu malam (kayaknya sekitar pukul 22.15). Tapi ya sudahlah, tidak perlu disesali amat, karena itu juga kehendak Tuhan (masih saja cari alasan, dasar alibi), yang penting masih bisa shalat shubuh berjamaah, dan tidak kesiangan, soalnya saya pernah shalat shubuh siang banget, jam 7 pagi kalau tidak salah (keterlaluan, shalat shubuh kok jam 7), itu pada saat iman lagi down banget, lagi pas “gila-gilaan” (semoga tidak terulang lagi).

Rabu, 03 April 2013

Mengambil Hikmah


Berangkat kuliah pada jam 10.40, diawali dengan kuliah PPC (Pencegahan dan Perawatan Cedera), saat ini kuliahnya presentasi masing-masing cabang olahraga (jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, ada spesialisasi cabor) berkaitan dengan cedera, mengapa terjadi cedera, jenis cederanya, cara penyembuhan, cara mencegah dll. Entah kenapa kalau presentasi PPC saya kurang aktif speak alias bertanya, tidak seperti mata kuliah psikologi, boleh dibilang saya yang paling aktif dan kritis di kelas (masak sih, somse…), tapi kalau mata kuliah yang satu ini saya kurang aktif, kalau begitu akan saya coba menganalisis mengapa hal ini bisa terjadi (cuma spekulasi koq). Mungkin saya kurang menguasai, kurang baca, dan kurang memahami masalah cedera, anatomi tubuh, kinesiologi, dan biomekanika (kurang baca apa males, hayoo, kayaknya malesnya deh). Di samping itu, saya juga memang kurang tertarik dengan permasalahan cedera, kalau dipikir-pikir saya lebih tertarik pada masalah psikologi, filosofi, pendidikan, dan mata kuliah yang lain. Tapi yang jelas saya akan coba berusaha untuk lebih tertarik dan serius pada mata kuliah ini, karena mengetahui permasalahan cedera merupakan hal yang penting dalam dunia olahraga, apalagi jika kita bisa membantu setidaknya meringankan orang yang cedera, tentu ini merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama.

Selasa, 02 April 2013

Mengawali Hari dengan Berdoa

Segala puji bagi Allah ta'ala, Tuhan seru sekalian alam. Pagi hari ini saya dapat bangun dan melaksanakan shalat shubuh dengan badan segar dan sehat wal afiat. Meski tak dapat dipungkiri saya agak kecewa karena tidak bisa bangun malam untuk qiyamul lail (kecewa pada diri sendiri tentunya) dan tidak bisa nonton Liga Champion antara Barca vs PSG, padahal alarm sudah saya setel sesuai jam Liga Champion. Tapi apa boleh dikata, Tuhan menghendaki saya bangun shubuh (Tuhan yang menghendaki apa kesalahan sendiri? Gak tau lah, pusing), dan tepat ketika iqomat dikumandangkan. Lalu saya terbangun, buang urin, ambil air wudhu, dan sudah bisa ditebak, tidak bisa ikut shalat berjama'ah di mushola, akhirnya shalat munfarid walau diawali shalat qabliyah yang kata Nabi, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih baik dari seisi dunia” (keren banget ya).

Mengawali hari ini saya berdoa setelah shalat shubuh tadi, doanya: “Ya Allah, beri hamba kemudahan, kelancaran, kebahagian dalam menjalani hari ini; Ya Allah, beri hamba hati yang bersih, jiwa yang bersih, hati yang tentram, tenang, dan damai dalam menjalani hari ini; Ya Allah, jangan Engkau lepaskan hamba dari pertolongan-Mu, petunjuk-Mu, dan jalan keluar atas segala sesuatu yang hamba hadapi”. Kurang lebih doanya seperti itu, lalu saya tambah doa lain yang berbahasa Arab. Semoga Tuhan mengabulkan doaku ya, Amiin.

Manfaat Mandi di Akhir Malam

The Power of Water
Alhamdulillah, hari ini saya bisa bangun malam untuk melaksanakan qiyamul lail. Tepatnya pukul 3.30 WIB saya terbangun dari tidur nyenyak dengan bantuan alarm HP, lagunya shalawatan Habib Syekh. Kalau dulu-dulu, saya bangun malam terus ambil air wudhu, sekarang prepare-nya sudah berbeda. Mulai sekarang, tepatnya semester enam, diawali dengan mandi (bukan mandi junub lho).

Ini saya lakukan karena mendengar dari beberapa ceramah (khususnya di TVRI saat acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari tiap Minggu pagi) tentang keutamaan mandi malam di sepertiga malam yang terakhir. Saat acara di TVRI itu, seorang dokter muslimah (pembicara tamu, narasumber kedua setelah Dr. Ahmad Luthfi Fathullah) mengatakan bahwa pada waktu sebelum shubuh, kandungan air itu mengandung ozon (O3), ini sangat bagus untuk  kulit dan kesehatan.

Coba bayangkan, oksigen saja yang O-nya dua (O2) menyehatkan, ini ozon yang O-nya tiga, pasti lebih menyehatkan donk. Coba kalau cewek-cewek bisa mandi malam terus shalat tahajjud, dijamin bakalan cantik banget dech (koq larinya ke cewek sih, he...). Tapi kalau sesudah shubuh, kandungan ozon mulai menipis dan seterusnya hingga siang (bahkan mungkin hilang, muncul lagi di waktu sebelum shubuh).