Sabtu, 27 Agustus 2011

Nasihat Nabi

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Agama Islam itu mudah. Tiada seseorang yang memberat-beratkan diri dalam beribadah kepada Allah ta'ala, melainkan ia akan dikalahkannya. Kerjakanlah dengan benar dan kerjakanlah yang mendekati kesempurnaan, serta bergembiralah dengan pahala” (HR. Bukhari).

Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah bersabda, "Sebagian dari mengagungkan asma Allah ta'ala, yakni menghormati orang muslim yang sudah beruban, penghafal Al-Qur’an yang tidak berlebihan dan tidak pula gersang, serta menghormati penguasa yang adil" (HR. Abu Daud).

Dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Bukan dari golongan kami, orang yang tidak mengasihi yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, serta tidak memerintahkan yang ma'ruf dan tidak mencegah yang munkar" (HR. Tirmidzi).

Jumat, 26 Agustus 2011

Kiat Menuntut Ilmu yang Berkah

Baginda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Setiap sesuatu ada jalannya, dan jalan menuju surga adalah ilmu”. Kalau ilmu diibaratkan jalan menuju surga, maka kondisi ilmu sebagai jalan juga bermacam-macam. Ada ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik, cepat, dan bebas hambatan atau jalan tol, ada juga ilmu yang justru menjadi jalan terjal dan rusak. Ini adalah jalan yang membahayakan.

Ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan berkah. Ilmu semacam inilah yang akan membuahkan kebajikan dan kebahagiaan bagi pemiliknya secara khusus, dan bagi umat secara umum baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keberadaan ilmu semacam ini, kehidupan menjadi indah dan menyenangkan laksana surga. Ilmu yang akan bermanfaat dan membawa berkah adalah ilmu yang diperoleh dengan etika dan cara-cara yang benar. Sebaliknya, ilmu yang tidak disertai dengan etika hanya akan menjadi bencana.

Lalu, bagaimana etika dalam mencari ilmu? Apa saja etika yang harus dipegang teguh oleh para pencari ilmu? Dan bagaimana kita mencari ilmu agar berrmanfaat dan membawa berkah?

Perbedaan dalam Agama

Oleh: Rihan Musadik

Agama merupakan landasan pokok dalam berkehidupan dan berkebangsaan yang harus dipahami oleh setiap insan, agar tatanan kehidupan manusia dapat berjalan dengan teratur. Hal itu hanya bisa terwujud apabila setiap individu memahami agamanya masing-masing dengan benar dan berusaha untuk mengamalkannya, karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan, meskipun pada hakikatnya antara agama yang satu dengan agama yang lain berbeda dalam konsep ketuhanan.

Karena konsep ketuhanan yang berbeda inilah yang membuat seringkali antar berbagai agama terjadi pertikaian, itupun hanya terjadi pada orang-orang yang tidak memahami perbedaan atau orang awam yang mudah diprovokasi, yang dalam bahasa intelektual disebut pada level grass root ‘akar rumput’. Pertikaian dalam perbedaan agama tidak akan terjadi pada individu yang memahami agamanya dengan benar. Khususnya agama Islam, yang dalam fakta sejarah agama ini terbukti paling toleran. Bahkan Islam sangat mengakui perbedaan dalam segala aspek kehidupan yang dapat kita temukan dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-sunnah.

Pelita Hatiku

Wahai wanita pelita hatiku
yang menerangi ruang cinta hatiku
Engkau selalu mengisi bayang pikiranku
Dengan diri pesona kelembutanmu
Bak kain sutra terlembut di dunia

Taukah kau…
Aku merasakan getaran cinta
pada pandangan pertama
Pandangan kedua
Pandangan ketiga dan seterusnya
Pada dirimu
Dalam pertemuan kita di komunitas kesalehan


Rihan Musadik
Purbalingga, Juni 2011