Minggu, 26 Desember 2010

Sang Katak Meraih Mimpi

Dulu kita bersama untuk raih cita-cita
Kita saling kompak saling mendukung
Untuk capai satu tujuan
Meraih sebuah kemenangan

Dari seekor kecebong yang tak bisa apa-apa
Hanya bisa menunjukkan kelemahan dan ketakutan
Setelah itu berproses dan mulai berubah
Menjadi seekor katak kecil
Menjadi bancet yang mulai bisa melompat
Tapi masih lemah
Lama kelamaan bancet itu mulai bertumbuh dan berkembang
Mulai belajar dan mengalami perubahan

Lalu menjadilah katak remaja
Ia mulai melawan rintangan dan hambatan
Ia kalahkan musuh-musuhnya
Awal-awal ia menang lalu kalah tak sesuai harapan
Walau ada sedikit kemenangan
Ia banyak melakukan kesalahan
Mengalami kegagalan

Lalu mulailah ia tahu dan mulai belajar
Ia patuhi nasihat gurunya yang pernah ia acuhkan itu
Sesudah itu katak membawa semangat baru
Membawa tekad, keyakinan, dan ilmu baru
Yang telah ia pelajari dalam sanggarnya
Bersama sang guru dan rekan seperguruannya

Kemudian Sang katak mulai bisa mengalahkan musuh-musuhnya dengan mudah
Sang katak mulai bisa menghadapi kesulitan dengan baik
Katak remaja mulai handal
Ia menang
Ia juara, ia juara, dan juara

Ternyata rintangan dan hambatan yang selama ini ia kalahkan
Waktu demi waktu mulai menjadi sulit
Karena semakin hebat Sang katak
Makin hebat pula yang ia hadapi
Tapi ia tetap bermimpi tinggi
Walaupun ia akhirnya kalah

Atau mungkin karena mimpinya terlalu tinggi
Tanpa melihat fakta dan realita
Hingga katak jatuh dan lompatannya tak jauh

Sekarang ia bukan katak remaja lagi
Ia sudah masuk dewasa
Dan tantangan yang ia hadapi juga perkasa

Sekarang katak dewasa banyak mengalami kekalahan dan kegagalan
Bahkan kegagalannya lebih dalam lagi
Dibanding saat-saat ia gagal dulu
Tapi, seiring dengan berjalannya waktu
Semangatnya muncul kembali
Tekad dan kepercayaanya mulai menguat

Ia pindah ke lahan baru
Ia pindah ke area baru
Tentunya dengan semangat baru
Untuk meraih mimpinya yang tinggi
Untuk meraih citanya dulu yang tertunda
Ia mulai bangkit dari keterpurukannya dulu

Sekarang Sang katak akan berusaha
Berusaha melompat sejauh-jauhnya
Untuk capai tujuan
Untuk gapai sebuah kemenangan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 23 Desember 2010

Rindu Kemenangan

Sudah lama kita tak jumpa
Selama itu pula aku melupakanmu

Wahai kekasih di benakku
Tiba-tiba kau muncul dalam pikiranku

Aku termenung merenungimu
Ternyata kau adalah medali
yang sudah lama takku cari
Sudah lama takku dapat

Wahai medali...
Engkau adalah bukti
Bahwa aku dihargai
Aku berbangga diri
Dan tentunya aku sangat senang hati
Bahkan aku merasa tinggi
Merasa tinggi dari yang lain

Meski tiada lain
Aku hanyalah seekor kuda kecil
yang berusaha berlari
Berlari sekuat tenaga
Berlari secepat kubisa
Bagai kilat menyambar bumi
Menuju garis akhir kemenangan

Aku sadar...
Semua yang kubisa
Semua yang kuraih
Masa lalu
Masa kini
Masa depan
Tidak lepas dari rencana-Nya
Rencana yang amat teguh
Tak terbantahkan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 desember 2010

Sajak Cinta

Sejauh cinta sejauh itu aku kenang
Tak ada lagi senyum tanpa cinta
Tak ada lagi tangis tanpa cinta
Aku bukanlah musuh cinta
Tapi aku ini kawan abadi cinta


Rihan Musadik
Yogyakarta, Desember 2010

Gadis Mulia

Wahai wanita pujaan hati
Kulitmu menyentuh jiwaku
Senyummu membuat hatiku berbunga-bunga
Tubuhmu membuatku terdiam membisu

Pesonamu begitu terang bercahaya
Hingga orang-orang pun tertuju padamu

Kau bukan hanya sempurna dari fisikmu
Laksana kesempurnaan putri-putri dunia
Kau juga bahkan mendekati kesempurnaan hati
Laksana istri-istri para nabi

Terbersit di benakku
Andaikan kau jadi kekasihku
Tentu, aku kan bahagia

Walau begitu, aku ini orang beriman
yang hidup dalam naungan Al-Qur’an
Aku tahu kau memegang prinsip iman

Mataku tertuju padamu bukan hanya parasmu
Tapi lebih karena penilaianku
Bahwa kau wanita shalehah

Wahai para wanita
Semua yang cantik
Semua yang sempurna
Lambat laun kan menua

Kulitmu yang indah
Lambat laun kan keriput
Tak ada lagi yang berebut

Tubuhmu yang mempesonaku
Akan menua tak seindah kau muda

Tapi…
Meski usiamu bertambah
Meski kecantikanmu tak seindah mudamu

Ada sesuatu yang abadi

Itulah hatimu yang mulia
Itulah keanggunan sifatmu yang lemah lembut

Duhai… gadis mulia
Tunggulah jodohmu
Jodoh dari Tuhanmu


Rihan Musadik
Yogyakarta, Desember 2010

Aku Butuh Bukti

Aku tak butuh ucapanmu
Aku tak butuh jawabanmu
Aku hanya butuh tindakanmu
Aku hanya butuh perbuatanmu
Aku hanya butuh pembuktianmu


Rihan Musadik
Yogyakarta, Desember 2010

Aku Bukan Penganggur

Aku bukanlah penganggur
Selalu ingin hidup dalam mujur

Aku tak mau buat susah
orang-orang didekatku

Walau aku tahu
Mereka beri aku
Mereka itu ikhlas padaku

Aku tetaplah mandiri
Ingin selalu hidup dalam makmur


Rihan Musadik
Yogyakarta, Desember 2010

Shalat

Mereka yang berjuang melawan rasa lemah
Mereka yang tetap menjaga tiang cahaya
Mereka yang tetap kokoh berdiri

Hanya demi shalat
Demi mempertahankan syariat
Hanya demi Tuhannya

Mereka yang rela mendepak nafsunya
Mereka yang rela melawan kantuknya

Untuk ke mushola
Untuk berjama’ah

Untuk jalankan perintah Allah
Untuk jalankan perintah Rasulullah

Tunggulah kami Ya Allah…


Rihan Musadik
Yogyakarta, Desember 2010

Jemari Hidupku

Jemari setiap langkah hidupku
Ingin bahagia tanpa beban
Ingin akhir yang damai
Penuh kedamaian

Sayup-sayup sepi, ramai, dan gundah
Memanggilku

Ada sukses
Ada sengsara
Ada besar
Ada kecil

Tinggal kau pilih
Kemana jemari hidupmu
Kau langkahkan


Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2010

Rabu, 15 Desember 2010

Renungan

Setiap nikmat yang tidak membuat kita semakin dekat dengan Allah, sejatinya adalah siksa. Dan segala anugerah yang memalingkan kita dari Allah hakikatnya adalah bencana.

Rumus Aa Gym

Rumus 5-Us

Hati yang tulus
Ibadah yang bagus
Hidup yang lurus
Ikhtiar yang serius
Evaluasi terus-menerus

Rumus 3-M 

Mulai dari diri sendiri
Mulai dari hal-hal yang kecil
Mulai saat ini juga 

Rumus TSP

Tahan dari buang sampah sembarangan
Simpan sampah pada tempatnya
Pungut sampah Insya Allah sedekah 

Rumus 5-S 

Senyum
Salam
Sapa
Sopan
Santun 

Rumus BAL

Benar, Akurat, Lengkap

Minggu, 12 Desember 2010

Simpanan

Kemalasan adalah simpanan yang paling merugikan
Kunci sukses adalah amal dan takwa, kunci gagal adalah dosa dan maksiat
Kebahagiaan adalah ketika kau dapat membantu orang lain, kesengsaraan adalah ketika kau tidak dapat membantu orang lain
Hawa nafsu hanya bisa ditahan dengan paksaan

Harapan Saat Bosan

Aku bahkan tak tau berbuat apa
Niat buat katapun aku ragu

Kehendakku di dera rasa bosan
Rasa sumpek pikiran

Tapi, hati kecilku
Masih ada secercah cahaya semangat
Yang kapanpun bisa aku besarkan
Menjadi berkobar-kobar

Sebenarnya, aku tak suka
Terus menerus berkawan bosan

Aku ingin kegiatan
Aku ingin perubahan
Yang sejalan dengan kebahagiaan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 12 Desember 2010

Pria yang Kesepian

Hari Raya kan tiba
Aku melihat dua pelaksanaan
Aku bingung laksana orang asing

Hati kecilku berbisik lirih
Untuk ikuti penguasa negeri
Tapi logika dan pikiranku berkata lain

Ia memilih hari ini
Memilih hisab hakiki
Memilih Muhammadiyah
Walau hatiku, walau aku, cinta NU

Tapi apa kata, hari ini adalah mayoritas
Walau daerah lain minoritas

Tuhan pasti tahu niatku
Niat tuk mendekat pada-Nya
Niat tuk jalankan perintah-Nya
Niat tuk laksanakan sunnah kekasih-Nya

Duhai, semua telah usai
Semua telah jalani
Mengapa hati ini masih kosong
Masih hampa, masih berongga

Kepada siapa aku hendak berteriak
Kepada siapa aku hendak mengamuk
Aku justru bingung di tempat baruku

Kalau tahu begitu
Aku pasti, hari nanti ke sini

Tapi karena semangat pelajar yang menggebu
Dan keadaan yang mendesakku
Aku harus datang lebih awal di tempat baruku

Tak apa, aku tahu, aku paham
Wahai Tuhanku, Pengatur hidupku

Sekarang aku berkawan sepi
Berteman semut merah besar
Tak dapat aku ajak bicara
Bahkan aku aniaya karena kesepianku

Kulihat kawan temanku
Prasangkaku berkata
Begitu puas mereka berada di sana
Kenapa aku harus berada di sini
Berteman sepi


Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 November 2010

Sabtu, 11 Desember 2010

Prakata Syair

Berjuta-juta kata bermakna
Berwarna-warna kata tak terduga
Ribuan syair tergores
Dari jutaan kata


Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2010

Gelora Jiwa Membara

Darah dagingku mengalir
Menggelorakan semangat di dalam jiwa
Jiwa yang bosan gundah gulana

Tanah tempatku hidup
Tak mampu buatku tenang
Kau justru buatku linglung

Aku ingin bersemangat
Aku ingin percaya diri
Ingin membuat perubahan
Perubahan nan besar nan dahsyat

Dari suara-suara yang sepi
Dari suara-suara yang kosong
Dari hal-hal yang membosankan

Aku sudah muak melihatnya
Aku ingin buat perubahan
Perubahan...
Yang sedap nan indah dipandang mata


Rihan Musadik
Yogyakarta, 17 November 2010

Tangis di Kesepian

Tangisan batin dalam hatiku
tak mampu kulampiaskan
Entah karena apa
Mungkin karena sepi
Juga aku rindu kotaku

Tak ada teman
Tak ada penghibur

Hari-hari ini aku menangis dalam hati
meski ragaku tampak ceria
Lantunan takbir menambah sedihku
Sedih entah karena apa

Hatiku menjerit keras
karena gundah gulana
kan apa yang terjadi nanti

Kala begitu aku merindukan Tuhanku
Dialah tempat mengadu
Tempat berkeluh kesah
Tempat kedamaian dan kesejukan
Tiada tara Engkau Tuhanku

Aku pun butuh guru, butuh ulama
Butuh pembimbing
Butuh orang-orang shaleh
yang menyejukkan hatiku
Dikala susah, senang, atau sedih

Duhai, jiwa-jiwa yang tenang
Kembalilah kepangkuan Tuhanmu
dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya
Masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba Allah yang shaleh
Masuklah ke alam kedamaian
Surga yang penuh kenikmatan


Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 November 2010

Rinduku Pada Ibu

Terngiang jelas petuah ibuku
Betapa penuh perhatian ibu

Kasih sayang ibu
yang terkadang sulit kubaca
Sulit kupahami sulit kumengerti
Itu membuatku rindu

Betapa aku tak berbakti
Betapa aku berbuat dosa pada ibu
Tapi ibu tetap beri kasih sayang
sepanjang jalan padaku

Aku tak mau susahkannya
Tak mau aku buatnya marah

Kumau berbakti sepenuh hati
Bahagiakannya

Aku sudah terlampau buat dosa padanya
Aku ingin bahagiakannya
Duhai ibu sambut anakmu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 November 2010

Ketaksabaran Rezeki

Wahai hati wahai pikiran
Kenapa buruk yang kau keluarkan
Apa kau ingin murka Tuhan

Kau berprasangka buruk
Kau terlalu berharap
Tak sabar pada apa yang pasti
Dari bagianmu dari Tuhanmu

Ketika kau tak berharap sudah
Ketika kau puaskan tak sabarmu sudah
Justru yang pasti, datang sendiri
Menjemputmu dari Tuhanmu

Sungguh, hati prasangkamu
Turut tentukan hidupmu


Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 November 2010