Rabu, 27 Juni 2012

Petung Jawa dan Islam


Saya setuju dengan hadits riwayat di atas, karena itu praktek langsung Rasulullah dan beliau juga menyunahkannya di bulan Ramadhan. Untuk hari Sabtu, Rabu dan tanggal-tanggal yang lain, tidak ada landasan hadits yang kuat. Hal itu merupakan pendapat ulama dalam beberapa kitabnya, pendapat-pendapat seperti itu apakah masih layak untuk dipraktekan di zaman modern (logis dan rasional), kalau memang ajaran Islam mengadakan hari/bulan baik dan buruk, harus jelas dalil atau haditsnya (shahih). 

Sedangkan kepercayaan atau ilmu Jawa, itu hanya berdasarkan sangkaan 'dzan' dan belum tentu benar, malahan bisa bertentangan dengan Islam. Contohnya, apa hubungan antara hari dan pasaran meninggalnya (geblage) orang tua dari calon pengantin dengan hari baik atau buruk. Hal ini sama sekali tidak ada landasan yang kuat, logis dan ilmiah. Bahkan hal itu berarti meyakini ada sesuatu selain Allah yang mengatur hari baik atau buruk. Semua hari dan bulan semuanya baik, kecuali jika Allah menghendaki ada keburukan pada hari itu, singkatnya Allah-lah yang mengatur akan terjadi apa pada hari itu, entah baik atau buruk hanya Allah yang tahu.

Meskipun demikian, kita harus tetap menghargai orang yang masih menggunakan petung jawa, dan beberapa kitab yang dikarang ulama. Karena ini berkaitan dengan budaya dan kepercayaan seseorang, yang mana kepercayaan akan mempengaruhi hidup seseorang. Bukankah Rasulullah pernah bersabda dalam hadits qudsi bahwa Allah berkata, “Aku menurut persangkaan hambaku”. Ini juga berarti kalau kita selalu berprasangka baik kepada Allah, kita juga akan menerima hal-hal yang baik. Sebaliknya jika kita terus berprasangka buruk kepada Allah, maka kita juga akan mendapat hal-hal yang buruk. 

Berkaitan dengan petung Jawa dan referensi lain tentang adanya hari buruk, yang kita takutkan adalah kita menjadi tergantung kepada hal-hal yang tidak pasti, dan tergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa sedikitpun untuk mengatur kehidupan seseorang—kalau enggan berkata syirik—karena hanya Allah sajalah yang mengatur dan menguasai alam semesta dan kehidupan kita.


By Rihan Musadik

Senin, 25 Juni 2012

Berharap Cinta

Terus berharap tak kenal lelah
Walau tak tahu siapa cinta terakhirku
Pelabuhan hati yang menghunjam dalam
tak tergantikan

Terus berdoa tiada henti-hentinya
Walau tak tahu siap pendamping hidup sesungguhnya
Penuh cinta kasih dan pengorbanan
tiada lagi menggantikan

Terus merenung lagi membayangkan
dengan penuh senyuman
dan merasa akan segera tiba masanya
Masa yang selama ini dinantikan sangat
Tempat bertukar cinta
bertukar hati
Saling mengasihi hingga akhir hayat tiba

Dan saat temukan cinta sejatiku
hingga aku teramat yakinnya
Jikalau ini pilihan Tuhan yang terbaik
Diciptakan buat pendamping hidupku

Untuk hati yang berharap lama ini
Berharap ada cinta dalam hati yang sempurna
yang benar-benar nyata bagiku

Dan hidup dalam naungan cinta yang abadi
Bahkan setelah kita mati
Akan tetap hidup cinta kita
Bersama cinta Tuhan dan beribu-ribu cinta yang lain


Rihan Musadik
Yogyakarta, 24 Juni 2012

Kamis, 21 Juni 2012

Telaga Cinta

Saat-saat cinta menanti
Hati terasa bahagia
Indahnya tak terbayangkan sebelumnya

Ketika dering ponsel terdengar

Hati ini merekah berbunga-bunga
Bagaikan menerima pesan dari bidadari surga
yang isinya tentang cinta setulus hati
yang terpendam dari lubuk hati
Terpendam lama hingga memaksa keluar karena tak tahannya

Bibir ini terus tersenyum karena betapa indah dunia ini
Bersama cinta terus mengalir mengiringi kehidupan
laksana air segar dari telaga yang penuh nikmat
lalu aku teguk dengan nikmatnya melepas dahaga panjang selama ini

Sangat terasa berbinar seluruh tubuh ini
Meneguk air cinta dari telaga hati yang mengalir bersama kehidupan


R. Musadik
Yogyakarta, 22 Juni 2012