Logo DMI (Dewan Masjid Indonesia) |
Alhamdulillah saya mengawali hari ini dengan shalat shubuh berjama'ah, dan menjalani hari Senin ini (23/12/2013) dengan hati yang ceria. Pada sore harinya saya berangkat ke masjid Manhajul Hidayah Samirono untuk melaksanakan shalat jama'ah di situ, karena sekalian ngaji hadits dengan Habib Sayyidi bin Abdurrahman Baraqbah. Sepulang dari masjid Manhajul Hidayah, di halaman depan kostku sudah ada beberapa orang di tratag untuk pengajian yang sudah disiapkan sejak siang tadi. Kebetulan kostku satu halaman dengan mushola Ar-Rahmat, dan malam itu sedang diadakan acara pengajian sekaligus sosialisasi DMI (Dewan Masjid Indonesia) Kecamatan Gondokusuman. Saya memilih mendengarkan pengajian dari kamar kost saja, dan puji Tuhan saya disuguhi snack oleh Pak Midun salah satu jama'ah mushola Ar-Rahmat yang juga sedang menjadi panitia acara tersebut.
Acara dibuka oleh Bapak Sukiman salah satu jama'ah sekaligus pengurus takmir mushola Ar-Rahmat yang sudah lama saya tahu. Kemudian turut hadir dalam acara tersebut, Ketua DMI Kecamatan Gondokusuman, Ketua DMI Kelurahan Klitren, dan tokoh ulama Samirono KH. Drs. Muhammad Nawawi, M.Si. Acara dihadiri oleh jama'ah mushola Ar-Rahmat dan juga warga Samirono, khususnya Kelurahan Klitren, Dusun Kepuh. Sambil menunggu sambutan-sambutan, saya yang berada di kamar kost sembari menikmati kopi panas dan snack. Sebelumnya telah dilantunkan bacaan Al-Qur’an oleh salah seorang qari’ yang bacaannya sungguh indah.
Pengajian diisi oleh KH. Drs. Muhammad Nawawi, M.Si., membicarakan tentang siapa yang paling berhak atau paling pantas menjadi imam shalat jama'ah, mungkin tema ini dibahas karena berkaitan dengan tarik-ulur siapa yang lebih pantas menjadi imam shalat jama'ah di mushola Ar-Rahmat depan kostku. Kyai membawakan sebuah hadits yang isinya bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang berhak menjadi imam bagi suatu kaum adalah yang paling baik bacaan Al-Qur’annya, jika ternyata bacaannya sama baiknya, maka yang lebih berhak adalah yang lebih paham terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, dan jika ternyata mereka sama alimnya, maka yang didahulukan adalah yang lebih tua, dan jika ternyata usia mereka sama, maka yang didahulukan adalah yang lebih dahulu keislamannya”. Kyai Nawawi juga menambahkan, bahwa sebaiknya yang menjadi imam yang sudah lama mukim atau menetap di tempat tersebut, agar tidak terjadi gonjang-ganjing atau kekagetan pada para jama'ah.
Setelah pengajian, acara dilanjutkan dengan sosialisasi DMI (Dewan Masjid Indonesia) yang dibawakan oleh Ketua DMI Kecamatan Gondokusuman yang saya lupa namanya. Jadi pada intinya, DMI adalah ormas independen yang tujuannya sebagai media untuk mempererat tali silaturrahim antara masjid-masjid yang ada di Indonesia, mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan masyarakat, serta pembinaan dan persatuan umat. Acara yang dimulai pada ba'da shalat isya sekitar pukul 19.30 hingga 21.30 WIB, ditutup dengan bacaan hamdalah ‘Alhamdulillahi rabbil ’alamiin’.
Secara keseluruhan acara berlangsung lancar, meskipun banyak yang tidak hadir dari perwakilan masjid-masjid yang ada di Gondokusuman, mungkin karena tidak adanya undangan ke masjid-masjid tersebut. Penulis mengira acara ini terselenggara karena adanya perselisihan atau tarik-ulur pada saat rapat beberapa waktu yang lalu soal mbah kaum (pemimpin agama) dusun Kepuh yang biasa menjadi imam shalat di mushola Ar-Rahmat. Semoga acara ini bisa menjadi starting poin untuk menggiatkan dan mengistiqomahkan para jama'ah dalam melaksanakan shalat secara berjama'ah di masjid atau di mushola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar