Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri
Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa aalihi wasallam pernah bersabda, “Unshur akhaka zhaaliman au mazhluuman”. Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia zhalim atau dizhalimi. Maka, salah seorang sahabatnya pun bertanya, “Ya Rasulullah, aku harus menolong saudaraku ketika ia dizhalimi (ini masuk akal), tetapi bagaimana aku membela saudaraku dalam keadaan dia yang zhalim? Nabi menjawab, “Kau jaga dan cegah saudaramu berbuat zhalim, itulah pembelaan dan bantuanmu kepadanya”.
Jadi, nasihat Nabi agar kita menolong sesama kita ketika dizhalimi artinya jelas, kita mesti membela dan membantunya saat ia dizhalimi orang. Adapun menolong sesama kita yang zhalim, artinya kita mesti membela dan membantunya dengan menjaga dan mencegahnya agar tidak berbuat kezhaliman.
KH. Dr. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) |
Kezhaliman (ke-ngawur-an) pihak yang kuat senantiasa melahirkan kezhaliman di pihak yang lemah. Penguasa yang zhalim mau tidak mau akan menuai perlawanan baik dengan cara yang adil maupun zhalim (ngawur). Kezhaliman—lawan dari keadilan—yang diakibatkan oleh arogansi kekuasaan dan kekuatan, ataupun kezhaliman yang didorong oleh kekecewaan pihak yang terzhalimi, namanya tetap saja zhalim. Islam menyuruh menegakkan keadilan dan kebenaran, serta melawan kezhaliman. Islam juga menekankan pesan bahwa dalam menegakkan keadilan dan kebenaran tidak boleh meninggalkan prinsip keadilan yang artinya kezhaliman tidak boleh dilawan dengan kezhaliman. Kata Gus Dur, “Suatu aksi kekerasan itu akan melahirkan kekerasan balik yang mungkin lebih hebat”.
Dalam surah Fushshilat ayat 34-35, Allah berfirman, “Dan tidaklah sama antara kebaikan dan keburukan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, maka seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. Kemudian dilanjutkan ayat berikutnya, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan mempunyai keberuntungan yang besar”. Dari ayat ini dapat kita ambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk menolak atau melawan kejahatan dengan cara yang lebih baik, agar orang-orang yang bermusuhan itu dapat menjadi rukun dan damai, bahkan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Hal ini termasuk salah satu sifat terpuji yang tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan mempunyai keberuntungan yang besar.
Dalam surah Fushshilat ayat 34-35, Allah berfirman, “Dan tidaklah sama antara kebaikan dan keburukan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, maka seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. Kemudian dilanjutkan ayat berikutnya, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan mempunyai keberuntungan yang besar”. Dari ayat ini dapat kita ambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk menolak atau melawan kejahatan dengan cara yang lebih baik, agar orang-orang yang bermusuhan itu dapat menjadi rukun dan damai, bahkan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Hal ini termasuk salah satu sifat terpuji yang tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan mempunyai keberuntungan yang besar.
Jadi, siapapun yang berbuat kezhaliman, meski dengan dalih menegakkan kebenaran atau keadilan, tetap saja tidak dapat dibenarkan oleh Islam. Seandainya George Bush beragama Islam, tetap saja kezhalimannya terhadap rakyat Afghanistan—karena penyerangannya terhadap WTC—tidak bisa dibenarkan. Demikian pula seandainya ada ulama berbuat teror (apalagi teroris Indonesia), tetap saja tidak akan dibenarkan oleh Islam.
*Diedit oleh Rihan Musadik dengan sedikit penambahan dan pengurangan.
*Diedit oleh Rihan Musadik dengan sedikit penambahan dan pengurangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar