Kamis, 15 Januari 2015

Pengertian dan Perbedaan Naluri, Insting, Feeling, Firasat, Intuisi, Nurani, Emosi, Inspirasi, Ilham

A. Naluri 

Naluri ialah pembawaan alami yang tidak disadari atau tidak perlu dipelajari karena memang sudah bawaan (fitrah atau kodrat) dari Allah Sang Pencipta, yang mendorong untuk berbuat sesuatu, dan terdapat pada semua jenis makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia. Biasanya kata naluri digunakan untuk menunjuk sesuatu berupa pembawaan khas suatu makhluk atau berupa kasih sayang induk pada anaknya.

Contoh: Naluri keibuan ataupun naluri kebapakan akan muncul dengan sendirinya; Secara naluri seorang ibu pasti memiliki kasih sayang dan ikatan batin dengan anaknya; Sepasang suami-istri secara naluri pasti akan melakukan hubungan badan meski mereka tidak pernah mempelajarinya; Secara naluri laki-laki tertarik dengan perempuan, begitu pula sebaliknya; Secara naluri induk ayam akan melindungi anaknya; Secara naluri laki-laki memiliki sifat maskulin, sedangkan wanita memiliki sifat feminin; dan sebagainya.

B. Insting

Insting hampir sama dengan naluri, dimiliki manusia dan juga hewan. Bedanya, kata insting lebih sering dipakai untuk menunjuk kemampuan khusus tertentu pada hewan atau manusia. Misalnya: Taekwondoin tersebut memiliki insting yang tajam dalam mengantisipasi serangan lawan; Petinju itu memiliki insting bertinju di atas rata-rata lawannya; Pesilat itu mengandalkan insting hewaninya untuk menumbangkan lawannya; Anjing pelacak polisi memiliki insting yang sangat tajam dalam mencari sesuatu; Pada diri manusia ada insting hewani yang harus dikendalikan dengan benar; dan lain-lain. 

C. Feeling

Feeling merupakan kata dalam bahasa Inggris yang sudah lazim dipakai oleh orang Indonesia, meskipun dalam KBBI tidak atau belum terdaftar. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata feeling bisa berarti perasaan, dari kata dasar feel yang artinya merasa. Kata feeling juga sering digunakan untuk menunjuk suatu prediksi atau perkiraan. 

Contoh: Pada saat mengendarai atau memarkir mobil, harus punya feeling yang tepat agar tidak nabrak; Magician itu feeling-nya sangat tepat ketika menebak suatu angka; Kalau membuat tabel pakai feeling (perasaan) donk, biar nggak menceng-menceng kayak gini; dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.

D. Firasat

Firasat adalah suatu perasaan atau kata hati yang muncul sebelum terjadinya sesuatu. Firasat hanya dimiliki pada manusia, tidak pada hewan. Dalam KBBI dijelaskan bahwa perasaan akan terjadinya sesuatu tersebut, muncul setelah melihat adanya indikasi, keadaan, ataupun gelagat. Sebenarnya penjelasan tersebut ada benarnya namun kurang tepat, karena firasat seseorang bisa saja terjadi tanpa melihat ada indikasi sebelumnya. 

Misalnya: Firasat dari seorang ibu akan terjadi kecelakaan pada anaknya dengan mengatakan, “Perasaan saya koq nggak enak?” Atau firasat seorang ibu terjadi hal yang buruk pada anak atau suaminya setelah ada indikasi, yaitu gelas pecah, terkena irisan pisau saat memasak; Firasat seorang ulama pada saat berdzikir akan terjadinya sesuatu; dan sebagainya.

E. Intuisi

Intuisi, makna atau penggunaan kata intuisi beda tipis dengan firasat dan feeling. Dalam KBBI, intuisi diartikan dengan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan dan dipelajari, diartikan juga dengan bisikan hati atau gerak hati. Perbedaannya dengan firasat atau feeling, kata intuisi lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang bersifat metafisika atau di luar jangkauan rasional, biasanya dipakai untuk menyebut indera keenam. 

Contoh: Kemampuan intuisi yang dimiliki anak indigo sangat tepat dalam memprediksi terjadinya suatu peristiwa; Pengusaha itu lebih banyak menggunakan kekuatan intuisinya dalam mengambil sebuah keputusan daripada menggunakan logikanya; Pesulap itu mempertunjukkan kemampuan intuisinya di hadapan ribuan penonton. 

F. Nurani

Nurani adalah perasaan atau lubuk hati terdalam yang selalu membisikkan dan mendorong pada kebaikan. Kata nurani biasanya disejajarkan dengan hati, sehingga menjadi hati nurani. Karena memang nurani erat kaitannya dengan hati (perasaan). Nurani selalu menunjuk pada hal-hal yang positif, berbeda dengan hati atau perasaan yang bisa digunakan untuk sesuatu yang positif ataupun negatif. Misalnya: kebusukan hati, ketenangan hati, perasaan bahagia, perasaan dengki, dan sebagainya. 

Kalau nurani hanya bisa digunakan untuk sesuatu yang positif saja, tidak mungkin negatif. Contoh: Sejahat apapun orang itu, pasti ia masih punya nurani (perasaan kebaikan); Karena bisikan hati nuraninya, akhirnya preman itu insaf dan segera bertaubat. Kalau kata nurani dikalimatkan dengan kenegatifan, tentu sangat tidak tepat. Contoh: Mahasiswa itu nekat berbuat jahat karena bisikan nuraninya; Orang itu tega menyakitinya karena rasa dengki yang timbul dari hati nuraninya. Tidak tepat bukan?

G. Emosi

Kata emosi, dalam KBBI dimaknai dengan beragam arti: (1) sebagai luapan perasaan yang dapat berkembang dan surut dalam waktu singkat, (2) keadaan psikologis, seperti marah, gembira, sedih, rindu, dll., (3) perasaan marah, (4) getaran jiwa. Pemaknaan tersebut bisa benar bisa juga salah, tergantung penggunaannya dalam suatu kalimat. Meskipun demikian, kata emosi paling sering digunakan untuk menyebut perasaan marah, dan ini yang lazim dimaknai oleh masyarakat Indonesia. Contoh: Tindakan Satpol PP tersebut memancing emosi para pedagang kaki lima; Kartu merah yang diberikan wasit membuat emosi sang pelatih; Kekalahan Persebaya membuat emosi “Bonek” semakin memuncak. 

Bisa juga kata emosi tidak dimaknai sebagai perasaan marah. Misalnya: Emosi keagamaan di kampung Kauman terasa begitu kental setelah ajaran Thariqah Qadiriyah mulai menyebar; Atlet itu tidak dapat mengendalikan emosinya setelah berhasil memenangkan medali emas olimpiade; Kedua sejoli itu terlihat meluapkan emosi karena rasa rindunya selama ini dapat terbayar lewat pertemuan di pantai. 

H. Inspirasi dan/atau Ilham 

Kata inspirasi dan ilham sebenarnya memiliki makna yang sama dan sah-sah saja digunakan sebagai padanan kata atau sinonim. Dalam KBBI pun kata inspirasi dan ilham dapat digunakan dalam pengertian yang sama. Contoh: Saya mendapat inspirasi/ilham untuk menulis novel setelah membaca kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an; Syaikh Ahmad Yasin telah menginspirasi/mengilhami jutaan umat muslim untuk tidak menyerah meski dalam kondisi fisik yang terbatas; Film Titanic terinspirasi/terilhami dari kejadian nyata tenggelamnya kapal Titanic.

Hanya saja, untuk kata ilham ada makna khusus seperti yang djelaskan dalam KBBI, yaitu petunjuk dari Tuhan yang timbul melalui bisikan hati. Contoh: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mendapat ilham untuk berkhalwat di Gua Hira; Ibunda Nabi Musa 'alaihissalam mendapat ilham supaya memasukkan anaknya ke dalam peti lalu menghanyutkannya ke Sungai Nil.


By Rihan Musadik, S.Pd.

51 komentar:

  1. terimakasih atas infonya, sangat membantu

    BalasHapus
  2. terimakasih infonya sangat membantu pak.. kalau boleh minta sumber bacaannya dicantumkan pa.. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya itu salah satunya dari KBBI, sisanya menurut sepengatuhan saya

      Hapus
  3. Terima kasih infonya bapak rihan, saya ingin berdiskusi dengan bapak mengenai intuisi. Saya tertarik untuk mempelajari intuisi. Apakah bapak berkenan untuk berdiskusi dengan saya. Terima kasih pak rihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh, sepertinya menarik. Mau dibahas pake sudut pandang apa? Filsafat, psikologi, agama, bahasa, historis, sosiologi, atau apa?

      Kalau tulisan di atas dari kacamata kebahasaan.

      Hapus
    2. Pakai sudut pandang filsafat pak bisa tdk,

      Hapus
  4. Very good. This is very helpful in adding my insights

    BalasHapus
  5. Terimakasih atas penjelasannya yang singkat, padat dan jelas. Apalagi contoh kalimat dari masing-masing kata sangat membantu dalam penjelasannya. Jadi tau arti semua kata di atas. Kata yang paling jarang saya ucapkan/gunakan adalah intuisi... :)

    BalasHapus
  6. Bagus! Jika boleh saya simpulkan tentang perbedaan intuisi dg ilham, apakah intuisi merupakan pengetahuan yg bersifat langsung tanpa berpikir, namun tidak bersifat theologis (dari petunjuk Tuhan?) Sedangkan ilham merupakan pengetahuan langsung yg bersumber dari petunjuk Tuhan? Pertanyaan saya: ketika orang menggunakan intuisinya dimanakah eksistensi Tuhan saat itu?...apakah Tuhan tdk berperan dalam kehadiran intuisi itu?...

    BalasHapus
  7. Sifat Tuhan dalam asmaul husna antara lain: sl 'aliim : yg Maha Mengetahui, bagaimana peran dan posisi Tuhan dalam pengetahuan intuisi, ilham, firasat dan hati nurani?

    BalasHapus
  8. Dalam perspektif filsafat, Tuhan itu bersifat imanen (berada dalam ruang dan waktu) dan transenden (mengatasi ruang dan waktu) . Apakah Tuhan akan memilah-milah dalam memberikan petunjuk kpd manusia yg dikehendaki tentang beberapa jenis pengetahuan yg bersifat irrasional (tanpa berpikir terlebih dahulu)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau saya cermati semua benar. Bpk Rihan Musadik membahasnya menurut KBBI, dan Ibu Fadhilah M.Phil membahasnya menggunakan Filsafat. Dan untuk pertanyaan "Apakah Tuhan akan memilah-milah dalam memberikan petunjuk kpd manusia yg dikehendaki tentang beberapa jenis pengetahuan yg bersifat irrasional (tanpa berpikir terlebih dahulu)?" Maka menurut saya benar sekali, karna Tuhan memberikan petunjuk sesuai dengan kapasitas manusianya. Contohnya adalah petunjuk yg diberikan pada manusia-manusia pilihan (Nabi dan Rosul) tidak akan sama dengan petunjuk yg diberikan kepada saya atau anda atau pak Rihan Musadik. >> Perlu diketahui bahwa semua yang ada di dunia ini adalah VERSI saja, dan untuk mengetahui kebenarannya adalah berfikir menggunakan insting terendah anda sendiri. Dan TULISAN ini hanyalah menurut/versi saya sudah benar. Selanjutnya terserah versi anda sendiri, dari sudut mana anda memandang ?! apakah sudut positif atau negatif ?! terima kasih.

      Hapus
  9. Apakah cerita di bawah ini insting? Kok tidak ada definisi di atas yang cocok ya?

    INSTING

    Saya tidak yakin apakah ini istilah yang tepat. Disebut insting, naluri, atau apalah istilahnya. Yang saya maksutkan adalah, bagaimana seseorang itu tiba-tiba melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan sebelumnya, tidak direncanakan, tidak disengaja, namun belakangan dia baru sadar bahwa tindakannya itu sangat tepat. Seperti ada sesuatu yang menggerakkannya melakukan hal itu.
    Ceritanya begini, ini memang menyangkut pengalaman pribadi. Suatu ketika, entah tahun berapa, saya bersama teman wartawan sedang keliling-keliling pinggiran kota untuk mengamati suasana pergantian tahun. Ya, malam menjelang tahun baru. Sengaja kami menelusuri daerah-daerah yang sepi, jauh dari pusat kota, entah mengapa, pokoknya waktu itu pingin mengetahui dan merasakan sesuatu yang berbeda dengan kemeriahan di tengah kota.
    Berdua mengendarai motor, saya membonceng Abdul Bari Aliasri (ahh, dimana sekarang kawanku satu ini) ke berbagai tempat tanpa tujuan yang pasti. Sampai suatu ketika kami sampai di sebuah jalan yang sepi, agak gelap, hanya diterangi lampu jalan yang tidak seberapa banyak. Setelah sekian lama saya merasakan jalanan kok makin sepi, tidak ada rumah di kanan kiri, hanya semacam tambak atau tanah kosong. Tiba-tiba ada sepeda motor menyalip kami. Penumpangnya dua orang pemuda. Saya tidak merasakan firasat apa. Namun tiba-tiba saya putar balik arah, dan akhirnya saya sampai di kantor redaksi yang masih buka karena teman-teman begadang nunggu koran dicetak. (Terus terang, bagian ini saya lupa, apakah kami pulang ke rumah atau kemana. Maklum sudah amat lama sekali. Tahun baru kok koran terbit ya? Entahlah. Lupa).
    Yang kemudian saya masih ingat, Bari (itu panggilan kawanku tadi) beberapa hari kemudian menceritakan pengalaman malam tahun baru itu.
    “Hen, kamu ingat nggak, waktu malam-malam itu kita disalip motor.”
    “Iya kenapa?”
    “Mereka tanpa lampu, mencurigakan.”
    Saya tak menyahut, kemudian Bari melanjutkan:
    “Mereka mau membegal kita.”
    “Kok kamu tahu”
    “Gelagatnya mencurigakan, motornya tanpa lampu, jalanan sepi dan agak gelap. Dan itu jalanan buntu.”
    “Kok kamu diam saja?”
    “Saya mau bilang, tapi kamu sudah balik arah, jadi ya sudah.”
    Saya diam saja, tapi membenarkan dugaan kawan satu ini. Dia memang saya tahu banyak kenalan orang-orang yang berperilaku kriminal, setidaknya dia bisa membaca gelagat tidak baik dari orang lain.
    Nah, tindakan saya tiba-tiba balik arah yang saya ceritakan tadi, apakah itu namanya insting? Yang jelas, karena “insting” itulah saya kemudian terselamatkan dari pembegalan yang mungkin saja terjadi. Terima kasih Bari.

    BalasHapus
  10. Sangat membantu bagi sy yg lagi cari tau tentang arti dalam sebuah nama istilah

    BalasHapus