Jumat, 19 April 2013

Taktik Attack dan Counter-Attack dalam Taekwondo

Pendahuluan

Taekwondo semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas karena sosialisasi yang dilakukan  lewat berbagai event kejuaraan ataupun melalui demonstrasi pada acara-acara tertentu. Kejuaraan taekwondo sering diselenggarakan di berbagai daerah, baik kejuaraan tingkat kabupaten, provinsi, maupun tingkat nasional. Kejuaraan yang paling sering diselenggarakan adalah kategori kyorugi (pertarungan), tetapi akhir-akhir ini seringkali sebuah event kejuaraan taekwondo digabung antara kyorugi dan poomsae (jurus).

Biasanya peserta atau atlet yang mengikuti kyorugi lebih banyak dari poomsae. Mungkin karena kapasitas pelatih yang hanya ahli di bidang kyorugi saja, atau bisa juga pelatih melihat potensi atletnya, atau karena pertimbangan-pertimbangan lainnya. Tetapi yang perlu dicatat pada kejuraan taekwondo kategori kyorugi; umumnya lebih meriah, ramai, dan menghibur dibanding dengan poomsae. Di samping itu, atlet yang mengikuti kyorugi lebih merasa bangga dan puas ketika menjadi seorang juara atau memperoleh medali. Dengan perkataan lain, prestise-nya lebih besar daripada poomsae.

Berbicara tentang kyorugi atau fight (tarung), tidak bisa dilepaskan dari teknik dan taktik yang menyertainya; baik itu menyerang (attack), bertahan (counter), maupun gabungan keduanya, yaitu bertahan menyerang (counter-attack). Teknik dan taktik dalam taekwondo—khususnya kyorugi—dapat diibaratkan dengan sebuah senjata, yang mana dengan senjata itu seorang atlet bisa mengalahkan lawannya, dan memenangkan sebuah kejuaraan. Teknik dan taktik sedemikian pentingnya bagi seorang atlet kyorugi, sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa teknik dan taktik lebih penting dari fisik ketika bertanding. Mungkin saja pendapat itu ada benarnya, walaupun tidak seratus persen benar. Entah didasarkan pada pengalaman, pengamatan, atau sekedar dugaan saja.

Tapi yang jelas baik teknik, taktik, maupun fisik sama-sama pentingnya bagi seorang atlet. Karena betapapun hebatnya teknik dan taktik seorang atlet, kalau fisiknya buruk, tentu akan mengurangi kemampuan dan konsentrasinya, dan ini bisa dimanfaatkan oleh lawan yang fisiknya lebih baik. Begitu juga sebaliknya, sehebat apapun kemampuan fisik atlet, jika teknik dan taktiknya buruk, maka sulit untuk memenangkan pertandingan. Karena pada kyorugi, hanya dengan waktu 2 menit untuk setiap ronde pada 3 ronde yang direncanakan, memang lebih dominan menggunakan teknik dan taktik untuk memperoleh poin dari lawan. Untuk itu kecerdasan atau skill atlet, dalam hal ini kemampuan teknik dan taktik, mutlak diperlukan untuk memenangkan sebuah pertandingan.

Pembahasan

Teknik merupakan bentuk gerakan-gerakan seperti tendangan, pukulan, tangkisan, langkah (step), maupun menghindar, sedangkan taktik merupakan cara untuk memenangkan pertandingan dengan menggunakan teknik (Tirtawairya, 2005: 4). Jadi, sebenarnya antara teknik dan taktik itu berbeda. Kalau teknik adalah cara melakukan suatu tendangan dengan benar, sedangkan taktik adalah bagaimana menggunakan teknik yang telah dikuasai untuk menghadapi lawan dalam sebuah pertandingan. Pada makalah ini penulis hanya akan membahas aspek taktik dalam taekwondo, khususnya taktik menyerang (attack) dan bertahan menyerang (counter-attack).

Taktik yang baik bukan berarti harus mempunyai teknik yang banyak. Akan tetapi, mempunyai kemampuan teknik yang matang, serta akan lebih baik lagi jika tekniknya banyak dan matang (Tirtawirya, 2005: 6). Ini menunjukkan bahwa sebelum berlatih taktik, tentu seorang atlet harus menguasai teknik terlebih dahulu. Karena hanya akan sia-sia saja jika seorang atlet diberi latihan taktik, sementara tekniknya belum menguasai, sebab teknik merupakan bagian dari taktik. Begitu juga latihan teknik, kalau kondisi fisiknya tidak mencukupi, tentu tekniknya juga tidak maksimal.

Beladiri taekwondo termasuk cabang olahraga terbuka (open skill), dikatakan keterampilan terbuka karena dicirikan dengan kondisi lingkungan dan objek yang selalu berubah atau bergerak. Artinya, bahwa pada pertandingan taekwondo (fight), seorang atlet tidak bisa menebak serangan yang akan dilakukan oleh lawan (Tirtawirya, 2005: 15). Jadi, seorang atlet hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan perhitungan dan pertimbangan yang matang, untuk selanjutnya melakukan antisipasi terhadap serangan lawan.

Taktik Menyerang (Attack)

Taktik menyerang dalam taekwondo sangatlah penting, dan harus dikuasai betul oleh seorang atlet, meskipun atlet tersebut lebih senang bertahan (tipe counter). Karena adakalanya pada situasi tertenu seorang atlet harus melakukan taktik serangan untuk mendapatkan poin. Misalnya saat tertinggal angka dari lawan, tentu seorang atlet akan berusaha memperoloeh poin dengan cara menyerang. Tidak mungkin hanya menunggu saja, sementara poin lawan lebih unggul dan waktu terus berjalan.

Dalam pertandingan fight, ada area badan yang boleh dikenai atau diserang untuk mendapatkan poin (legal scoring area), dan ada juga yang dilarang untuk diserang (ilegal scoring area). Yang dimaksud dengan legal scoring area adalah daerah sasaran yang mendapatkan poin apabila diserang atau dikenai tendangan, yaitu:
  • Badan, seluruh bagian tubuh yang ditutup body protector, kecuali sepanjang tulang belakang. 
  • Kepala, seluruh bagian muka termasuk telinga, kecuali bagian belakang kepala.
Lalu bagian tubuh yang tidak boleh diserang sama sekali atau ilegal scoring area, yaitu bagian kemaluan atau pinggang ke bawah, tulang belakang, dan kepala bagian belakang. Untuk serangan menggunakan pukulan sebenarnya juga diperbolehkan, akan tetapi sasarannya hanya pada body protector, tidak boleh memukul bagian wajah atau kepala.

Taktik menyerang dalam konteks pertandingan (kyorugi) sangatlah banyak, tetapi pemakaiannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Tidak mungkin atlet terus-menerus menyerang secara membabi-buta, sementara lawannya sudah siap dengan counter attack-nya. Tentu ini akan sangat membahayakan atlet. Oleh karena itu, taktik menyerang harus melalui perhitungan dan pertimbangan secara matang saat bertanding (taktis). Dan ini diperoleh melalui proses latihan yang panjang, baik melalui sparring partner, semi sparring, atau latih tanding. Semua ini juga tergantung bagaimana peran seorang pelatih membuat latihan taktik yang efektif dan efisien. Contoh taktik menyerang (attack) dalam taekwondo:
  • Memancing atau mengecoh lawan dengan menggunakan move, setelah mengetahui bahwa lawan terlihat akan melakukan back step, serang dengan nare chagi, step tiga dollyo, atau tendangan beruntun yang lain.
  • Pada saat musuh melakukan gerakan (move) dan terlihat tidak siap, langsung saja menyerang—secara mendadak—menggunakan dollyo langsung, atau tendangan yang lain.
  • Memancing atau mengecoh lawan dengan menggunakan body moving, setelah lawan mengeluarkan tendangan counter attack-nya, lakukan serangan atau tendangan yang efektif.
  • Menyerang dengan cara “jual-beli” tendangan, pada atlet yang lebih suka bertahan (tipe counter), misalnya potong dollyo chagi, berikan umpan dengan maju satu step, setelah terkena counter-nya, balas dengan dollyo chagi kepala atau bal chagi. Penyerang memang terkena momtong dollyo, tapi bisa membalas dengan sasaran kepala, dan itu poinnya lebih banyak. 

Taktik Bertahan Menyerang (Counter-Attack)

Taktik bertahan (counter-attack) dalam taekwondo sama pentingnya dengan taktik menyerang, karena untuk mendapatkan poin tidak hanya dengan menyerang saja. Adakalanya taktik counter-attack lebih efektif ketika menghadapi situasi tertentu, misalnya saat berhadapan dengan lawan yang lebih banyak menyerang (tipe attack). Menurut Hariono (2011), taktik bertahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bertahan aktif dan bertahan pasif.

Bertahan aktif adalah taktik bertahan yang dilakukan dengan membuat gerakan-gerakan (move) untuk memancing lawan agar melakukan serangan, sehingga saat serangan datang taekwondoin dapat melakukan serangan balasan (counter-attack). Contoh taktik bertahan aktif:
  • Memancing lawan dengan menggunakan body moving, pada atlet tipe attack biasanya memiliki naluri menyerang yang tajam, atlet tipe attack akan mencari peluang untuk menyerang pada saat tertentu. Misalnya pada saat kita sedang dalam keadaan move, lawan biasanya akan menganggap kita tidak siap, lalu melakukan serangan nare chagi. Untuk itu bagi atlet tipe counter dapat memancingnya dengan move, tetapi tetap siap dan waspada ketika serangan lawan datang, lalu pada saat serangan datang lakukan serangan balasan dengan langsung memotong dollyo chagi atau dwi chagi.

Bertahan pasif adalah taktik bertahan yang menunggu serangan lawan datang, lalu melakukan back step, selanjutnya melakukan serangan balasan, atau langsung memotong laju pergerakan lawan dengan menendang pada legal scoring area, atau menggunakan antisipasi-antisipasi yang lain. Bedanya dengan bertahan aktif adalah pada move atau gerakan-gerakan untuk memancing lawan, kalau pada gerakan pasif tanpa menggunakan move. Contoh taktik bertahan pasif:
  • Step mundur (back step) dilakukan saat lawan melakukan serangan, untuk selanjutnya dilakukan serangan balasan (counter-attack). Taktik ini efektif digunakan pada lawan yang memiliki tipe menyerang langsung. Misalnya pada lawan yang menyerang dengan dollyo langsung, antisipasinya dengan step mundur dollyo chagi atau eolgul peta chagi.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh taktik menyerang yang lain, bukan pada tempatnya penulis menuliskan semuanya di sini, karena keterbatasan makalah ini. Untuk lebih memahaminya lagi, perlu acuan buku yang lebih lengkap, atau berlatih taktik taekwondo pada ahlinya.

Kesimpulan

Pada pertandingan taekwondo, kategori kyorugi atau fight (tarung) tidak bisa dilepaskan dari teknik dan taktik yang menyertainya; baik itu menyerang (attack), bertahan (counter), maupun gabungan keduanya, yaitu taktik bertahan menyerang (counter-attack). Teknik dan taktik dalam taekwondo—khususnya kyorugi—dapat diibaratkan dengan senjata, yang mana dengan senjata itu seorang atlet bisa mengalahkan lawannya, dan memenangkan sebuah kejuaraan.

Taktik adalah upaya atau cara yang dilakukan atlet untuk memenangkan sebuah pertandingan. Peran atlet pada penggunaan taktik lebih banyak dibandingkan pelatih, karena taktik dilakukan atau digunakan oleh atlet ketika pertandingan sedang berlangsung, meskipun peran pelatih juga cukup besar dalam mengajarkan atau melatihkan taktik yang efektif dan efisien.

Untuk dapat memiliki taktik yang baik, seorang atlet harus menguasai teknik terlebih dahulu. Karena hanya akan sia-sia saja jika seorang atlet diberi latihan taktik, sementara tekniknya belum menguasai, sebab teknik merupakan bagian dari taktik. Begitu juga latihan teknik, kalau kondisi fisiknya tidak mencukupi, tentu tekniknya juga tidak akan maksimal. Jadi antara fisik, teknik, dan taktik saling berhubungan, serta perlu dimiliki oleh seorang atlet.


Daftar Pustaka

Hariono, Awan. 2011. “Metode Melatih Teknik dan Taktik dalam Pencak Silat”. Diakses dari situs http://staff.uny.ac.id/dosen/awan-hariono-mor pada tanggal 3 Januari 2013, pukul 16.04 WIB.

Tirtawirya, Devi. 2005. Metode Melatih Teknik dan Taktik Taekwondo. Yogyakarta: FIK UNY



Penulis                    :  Rihan Musadik  
Dosen pengampu    :  Devi Tirtawirya, M.Or.  
Mata Kuliah             :  Metode Melatih Teknik dan Taktik Taekwondo
 

13 komentar: