Aku lihat baju-baju bergantungan
celana-celana bergantungan di kamarku
seolah bersedih
ikut berduka atas apa yang menimpaku
Aku lihat ruangan kamarku
seakan bersedih atas kematianku
hari esok bagaikan harimau yang siap menerkamku
dan kuburan siap menyambutku
Tapi, aku masih punya Tuhan
yang aku jadikan sebagai sandaran dalam hidupku
Yang menguasai segala hidup
Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2011
Sabtu, 26 November 2011
Lari Pagi
Aku melangkahkan kaki
ketika matahari sepenggelahan naik
pagi yang sejuk disambut kendaraan berlarian
sekujur tubuhku terhempas angin pagi yang dingin
disambut hangatnya mentari
kucepatkan langkah kaki
organ-organ tubuhku mulai berpacu
mulai berkontraksi
lalu sampai di depan halaman mushola
dan pohon mangga seolah tersenyum padaku
Kuregangkan badan-badanku yang kaku
terasa nikmat badan ini kupunya
Aku bersyukur pada-Mu Tuhan
Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2011
ketika matahari sepenggelahan naik
pagi yang sejuk disambut kendaraan berlarian
sekujur tubuhku terhempas angin pagi yang dingin
disambut hangatnya mentari
kucepatkan langkah kaki
organ-organ tubuhku mulai berpacu
mulai berkontraksi
lalu sampai di depan halaman mushola
dan pohon mangga seolah tersenyum padaku
Kuregangkan badan-badanku yang kaku
terasa nikmat badan ini kupunya
Aku bersyukur pada-Mu Tuhan
Rihan Musadik
Yogyakarta, November 2011
Minggu, 20 November 2011
Sebuah Cinta dalam Hati
Duhai cintaku
Permata yang selalu indah bila kupandang
membuat hati merekah bahagia
saat tertentu
entah mengapa aku selalu ingat padamu
Duhai kasihku
Senyumanmu yang selalu membayangiku
aku tak tahu perihal dirimu
kita belum saling dekat
Duhai mutiaraku
aku juga tak tahu
apakah engkau mengingatku seperti aku mengingatmu
Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011
Permata yang selalu indah bila kupandang
membuat hati merekah bahagia
saat tertentu
entah mengapa aku selalu ingat padamu
Duhai kasihku
Senyumanmu yang selalu membayangiku
aku tak tahu perihal dirimu
kita belum saling dekat
Duhai mutiaraku
aku juga tak tahu
apakah engkau mengingatku seperti aku mengingatmu
Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011
Mendung Desa
Langit siang berselimut tebal
di atas gubuk-gubuk berderet
menyimpan kesahajaan hidup
menutup kesedihan yang meliput
Adzan pun berkumandang memecah suasana senyap
Desa yang rimbun penuh misteri
terbayang dalam benakku
dan sepi kembali menyelinap
Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011
di atas gubuk-gubuk berderet
menyimpan kesahajaan hidup
menutup kesedihan yang meliput
Adzan pun berkumandang memecah suasana senyap
Desa yang rimbun penuh misteri
terbayang dalam benakku
dan sepi kembali menyelinap
Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 November 2011
Sabtu, 12 November 2011
Puisi buat Kakak
Dari lubuk hati yang terdalam
Aku rindu keluargaku yang jauh di sana
Sementara aku hidup sendiri di sini
Kakakku tersayang
Aku kangen padamu
Lama kita tak jumpa
Mengingat dahulu kita sering tertawa bersama
Diam bersama dan pergi bersama
Cepat sembuh wahai kakakku tercinta
Aku sungguh berharap engkau akan sembuh selamanya
Tak ulangi lagi sakit yang kau derita ini
Cukuplah sudah tinggalkan sakitmu itu
Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan
Agar engkau wahai kakakku sembuh dari sakitmu
Dan cukuplah sudah sakit itu tak berulang padamu lagi
Wahai kakakku
Hiduplah dengan damai
Hiduplah dengan tenang
Hiduplah dengan hati, jiwa, dan pikiran yang jernih
Lakukanlah yang terbaik pada hari-hari hidupmu
Agar engkau bahagia dengan masa depanmu nanti
Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 Dzulhijah 1432 H
Aku rindu keluargaku yang jauh di sana
Sementara aku hidup sendiri di sini
Kakakku tersayang
Aku kangen padamu
Lama kita tak jumpa
Mengingat dahulu kita sering tertawa bersama
Diam bersama dan pergi bersama
Cepat sembuh wahai kakakku tercinta
Aku sungguh berharap engkau akan sembuh selamanya
Tak ulangi lagi sakit yang kau derita ini
Cukuplah sudah tinggalkan sakitmu itu
Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan
Agar engkau wahai kakakku sembuh dari sakitmu
Dan cukuplah sudah sakit itu tak berulang padamu lagi
Wahai kakakku
Hiduplah dengan damai
Hiduplah dengan tenang
Hiduplah dengan hati, jiwa, dan pikiran yang jernih
Lakukanlah yang terbaik pada hari-hari hidupmu
Agar engkau bahagia dengan masa depanmu nanti
Rihan Musadik
Yogyakarta, 16 Dzulhijah 1432 H
Seulas Kisah
Suatu hari aku berdiri di bawah tiang bendera merah putih yang berkibar dengan perkasa di lapangan SMP-ku dahulu. Aku teringat bagaimana dahulu melewati masa-masa yang berkesan di sekolah itu. Kebaikan dan keramahan teman-temanku serta pertemanan dan pergaulan yang aku alami bersama teman SMP-ku sungguh sangat sangat berkesan. Bagaimana dahulu aku sering bercerita dengan kawan-kawan, bahkan hingga sampai berdebat. Aku juga teringat guru-guru di sekolah itu mengajarkan sesuatu yang teramat penting bagiku dengan gayanya yang khas masing-masing, membuat kami tertawa, mengangguk, serius bahkan membuat kami begitu tegang, takut dan menyadarkan pikiran.
Langganan:
Postingan (Atom)