Kamis, 21 Maret 2013

Analisis Keterampilan Gerak Taekwondo

Oleh: Rihan Musadik

A. Pendahuluan

Keterampilan gerak dalam taekwondo merupakan hal yang sangat penting untuk selalu dilatihkan. Namun demikian, cara melatihnya harus dibedakan berdasarkan usia maupun tingkatan, baik itu pemula maupun tingkat lanjut. Karena kompleksitas gerakan akan berbeda-beda dari setiap tingkatan sabuk. Dimulai dari gerakan-gerakan dasar yang sederhana hingga ke gerakan-gerakan yang lebih kompleks.

Mengajarkan keterampilan gerak juga harus dipertimbangkan berdasarkan usia, misalnya saja melatih anak usia dini dengan usia remaja atau dewasa, tentu akan berbeda. Pada anak usia dini lebih diarahkan ke latihan gerak secara multilateral, kendati latihan-latihan khusus taekwondo juga diajarkan tetapi tidak boleh terlalu diforsir. Karena jika lebih dominan mengajarkan latihan-latihan khusus taekwondo dan mengabaikan latihan gerak multilateral, maka dikhawatirkan anak akan mengalami spesialisasi dini.

Dampak dari spesialisasi dini—ada yang menyebutnya matang dini—adalah anak akan kurang atau bahkan tidak bisa melakukan gerakan-gerakan lain yang lebih umum, di luar gerakan taekwondo. Artinya, anak tersebut—bahkan hingga usia dewasa—kurang menguasai olahraga-olahraga yang lain, ia tidak bisa mengaktualisasikan diri dengan baik pada cabang olahraga yang lain. Hal ini pernah penulis jumpai pada seorang taekwondoin yang gerakannya terlihat sangat kaku ketika melakukan olahraga di luar taekwondo. Di samping itu, anak juga akan lebih cepat mengalami kebosanan (boring), yang pada akhirnya justru akan keluar dari taekwondo sebelum mencapai prestasi optimal di usia-usia senior (golden age), itu berarti layu sebelum berkembang.

Oleh karena itu, penting bagi seorang pelatih untuk mengetahui perkembangan motorik atletnya, sehingga bisa membedakan dan mengajarkan keterampilan gerak yang sesuai dengan usia, maupun tingkatan. Dan diharapkan tidak akan terjadi kesalahan dalam mengajarkan gerak, serta menghindarai spesialisasi dini dari anak yang masih usia dini.

Selain perkembangan motorik, pelatih juga harus menguasai pembelajaran motorik, seperti yang sedang dibahas pada makalah ini. Hal ini diperlukan agar dalam melatih gerak bisa mengetahui dan menganalisis mana gerakan-gerakan yang efektif dan efisisen, serta mana gerakan-gerakan yang tidak efektif dan efisien alias membuang banyak waktu dan energi.

Selain itu pembelajaran motorik juga amat diperlukan agar sedari awal bisa mengajarkan gerakan-gerakan dasar yang benar, sehingga diharapkan anak latih dapat mempelajari gerakan atau teknik selanjutnya dengan benar pula. Karena apabila dari awal gerak dasar sudah salah, maka sangat mungkin dalam mempelajari teknik-teknik tingkat lanjut yang lebih kompleks akan mengalami kesulitan dan juga kesalahan.

B. Pembahasan

Dalam pembelajaran motorik, dibedakan antara gerak keterampilan kasar (gross motor skill), dan tahapan gerak keterampilan halus (fine motor skill). Selain itu, dibedakan juga antara gerak keterampilan diskrit, serial, dan kontinyu. Kemudian dibedakan pula berdasarkan arah gerak dan lingkungan atau situasi dari permainan, yakni: open skill (keterampilan terbuka) dan close skill (keterampilan tertutup).

1. Berdasarkan Tahap Belajar Gerak atau Penggunaan Otot

a. Gross motor skill

Tahapan belajar gerak gross motor skill adalah gerak kasar yang melibatkan otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya, seperti non-lokomotor, lokomotor, dan manipulatif (Sukamti, 2011: 53). Dalam beladiri kebanyakan gerakannya seperti menendang, memukul, menangkis termasuk dalam gerakan kasar karena melibatkan otot-otot besar. 

Berbeda dengan penjelasan di atas, menurut Tirtawirya (2005), dalam taekwondo secara teoritis tahapan latihan teknik meliputi: tahap pengembangan koordinasi kasar (gross coordination), tahap pengembangan koordinasi halus (fine coordination), tahap stabilisasi dan otomatisasi (stabilization and automatization).

Gross coordination merupakan tahapan belajar gerak, dimana atlet masih belum sempurna dalam melakukan suatu gerakan (Tirtawirya, 2005). Misalnya saat melakukan tendangan dollyo chagi, dari tahap ready position, yakni sikap kuda-kuda, lalu dilanjutkan implementation phase, secara biomekanika masih terlihat kaku. Kemudian impact tendangan juga belum terlihat sempurna yang diakhiri dengan follow through phase, yakni kembali ke posisi awal.

b. Fine motor skill

Tahapan belajar gerak fine motor skill adalah gerak halus yang tidak melibatkan otot-otot besar, artinya hanya melibatkan otot-otot halus atau kecil. Keterampilan ini juga sering disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh dari motorik halus (Sukamti, 2011: 54).

Dalam beladiri jarang sekali atau bahkan tidak pernah menggunakan gerak fine motor skill, yakni otot halus. Karena dalam prakteknya olahraga beladiri menggunakan otot-otot besar atau gross motor skill untuk taktik bertahan (counter-attact) maupun menyerang (attact), seperti gerakan menendang, memukul, menangkis, membanting, dsb. Dimana gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara eksplosif menggunakan power yang besar dan lebih dominan menggunakan otot-otot besar atau motorik kasar.

Sedangkan menurut Tirtawirya (2005), ditinjau dari tahapan teknik, yakni tahap pengembangan koordinasi halus (fine coordination) adalah tahapan belajar gerak, dimana atlet sudah mulai lancar dalam melakukan suatu gerakan. Hal ini terlihat dari gerakannya yang luwes, tidak kaku, dan secara biomekanika gerakannya juga benar, kemudian koordinasi dan fleksibilitas gerakannya juga mulai membaik dari sebelumnya.

Setelah tahapan fine coordination, akan berlanjut ke tahapan yang lebih sempurna, yaitu tahap otomatisasi gerak (automatization). Untuk mencapai tahap ini butuh waktu latihan yang lama dan kontinyu. Pada tahap otomatisasi gerak, misalnya tendangan dollyo (serong), gerakannya sudah sangat lancar tanpa melibatkan solusi mental yang terlalu lama. Tendangannya juga terlihat sempurna, baik dari segi biomekanika, keluwesan, koordinasi, dan fleksibilitas.

Tapi yang perlu ditekankan di sini bahwa sebenarnya dalam mempelajari dan melakukan gerak, tidak bisa dipisahkan secara mutlak antara motorik kasar dengan motorik halus. Karena untuk menghasilkan teknik gerak yang sempurna, di samping motorik kasar, yakni melibatkan otot-otot besar, juga butuh koordinasi dan ketepatan (precision) yang tinggi, dan ini tentunya menggunakan keterampilan motorik halus, yang bercirikan koordinasi neuromuscular dan akurasi gerak dengan derajat yang tinggi (Sukamti, 2011: 53-54).

2. Berdasarkan Jumlah Gerak yang Dilakukan

Keterampilan motorik diskrit, yaitu keterampilan gerak yang hanya melibatkan atau terdiri dari satu gerakan. Contohnya dalam cabang olahraga taekwondo: tendangan tunggal dollyo chagi, bal chagi, ap chagi, dsb. Kemudian pukulan tunggal seperti: momtong jireugi, area jireugi, dan eolgul jierugi.

Keterampilan motorik serial, yaitu keterampilan gerak yang melibatkan atau terdiri dari dua gerakan sekaligus atau berurutan. Contohnya dalam cabang olahraga taekwondo ialah: dobyon momtong jireugi (pukulan ke arah perut dua kali), momtong dollyo chagi sambung dwi chagi, tangkisan an makki sambung momtong jireugi (tangkisan lalu dilanjutkan pukulan).

Keterampilan motorik kontinyu, yaitu keterampilan gerak yang dilakukan lebih dari satu kali secara berurutan atau kontinyu, dan gerakannya relatif lebih cepat. Dalam cabang olahraga taekwondo contohnya adalah tendangan nare chagi, tendangan ini sebenarnya termasuk dollyo chagi hanya saja dilakukan secara berurutan kanan-kiri, dan pada atlet yang excellent bisa dilakukan hingga enam kali gerakan sekaligus secara cepat.

3. Berdasarkan Lingkungan dan Arah Gerak

Jenis keterampilan dalam berbagai cabang olahraga ditinjau dari lingkungan dan arah gerakannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: open skill (keterampilan terbuka) dan close skill (keterampilan tertutup). Open skill adalah jenis olahraga yang unpredictable, yaitu jenis olahraga yang arah gerakan dari lawan sulit diprediksi. Olahraga taekwondo, khususnya kategori kyorugi (tarung) termasuk dalam cabang olahraga yang open skill, karena arah gerak dan jenis gerakan yang dilakukan lawan tidak dapat diprediksi secara tepat. Sedangkan close skill adalah jenis olahraga yang predictable, yaitu jenis olahraga yang sudah diketahui arah atau jenis gerakannya, seperti renang, atletik, balap sepeda, dsb.

Gerakan-gerakan dalam taekwondo seperti menendang, memukul, menangkis dalam prakteknya dapat dilakukan baik pada saat latihan, maupun pertandingan (fight). Artinya, sebelum dilakukan pada saat bertanding, gerakan-gerakan tersebut dilatihkan dulu pada saat latihan, agar mencapai kematangan dalam gerak teknik dan taktik, yang sangat mendukung dalam pencapaian prestasi optimal.

C. Kesimpulan

Pembelajaran motorik diperlukan agar dalam melatih gerak bisa mengetahui dan menganalisis mana gerakan-gerakan yang efektif dan efisisen, serta mana gerakan-gerakan yang tidak efektif dan efisien alias membuang banyak waktu dan energi. Selain itu, pembelajaran motorik juga amat diperlukan agar sejak dari awal bisa mengajarkan gerakan-gerakan dasar yang benar, sehingga diharapkan anak latih dapat mempelajari gerakan atau teknik selanjutnya dengan benar pula.


Daftar Pustaka

Hariono, Awan. 2011. “Metode Melatih Teknik dan Taktik dalam Pencak Silat”. Diakses dari situs http://staff.uny.ac.id/dosen/awan-hariono-mor pada tanggal 3 Januari 2013, pukul 16.04 WIB.

Sukamti, Endang Rini. 2011. Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY

Tirtawirya, Devi. 2005. Metode Melatih Teknik dan Taktik Taekwondo. Yogyakarta: FIK UNY.

2 komentar:

  1. I am extremely inspired along with your writing skills as neatly as with the format in your weblog.
    Is this a paid theme or did you customize it
    yourself? Anyway stay up the excellent quality writing,
    it's rare to peer a nice blog like this one today..



    my web-site; how to get free gems in clash of clans []

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you very much for your comments, Greetings, I hope you happy

      Hapus