Oleh: Al-Faqir Rihan Musadik
Sungguh
indah ajaran Islam, sungguh mulia bagi orang yang mengamalkannya. Agama Islam
yang dibawa sejak Nabi Adam ‘alaihissalam
hingga Rasulullah Muhammad shallallahu‘alahi wasallam, bukan hanya mengharuskan pemeluknya untuk bertauhid
sebagai landasan pokok dalam berislam, yaitu menyembah hanya kepada Allah ta’ala, bergantung dan berserah diri
hanya kepada Allah sang pencipta. Akan tetapi, letak keindahan Islam terletak
pada ajaran budi pekerti atau dalam terminologi Islam disebut akhlak. Sebab,
akhlak inilah yang menunjukkan kedalaman seseorang dalam beragama Islam.
Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku muslim, tetapi buruk perangainya.
Padahal
Rasulullah sendiri yang mengatakan, ”Sesungguhnya aku diutus ke muka bumi untuk
menyempurnakan akhlak”. Hal ini mengandung makna bahwa di dunia ini, dalam
kebudayaan-kebudayaan manusia, sesungguhnya telah terdapat perilaku-perilaku
yang baik, yang patut untuk dilakukan, akan tetapi Islamlah yang memiliki ajaran
budi pekerti yang paling mulia dan sempurna. Karena perilaku-perilaku yang
diajarkan Islam, bukan berasal dari budaya, hasil cipta, rasa, dan karsa
manusia, akan tetapi langsung diajarkan oleh Allah Tuhan semesta alam lewat
bimbingan para utusan-Nya.
Bahkan
kesempurnaan iman seorang muslim diukur dengan kebaikan akhlaknya, kata Nabi, “Orang
beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”.
Belum sempurna iman seorang muslim, sebelum ia memiliki akhlak yang baik. Allah
menjelaskan dalam firman-Nya tentang kebajikan yang sempurna diukur dengan
menafkahkan sebagian harta yang dicintainya. “Kamu sekali-kali tidak sampai
kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai” (Ali 'Imran: 92). Bukankah memberikan harta yang kita cintai kepada
orang lain adalah akhlak yang mulia? Kalau kita memberikan sesuatu kepada orang
lain yang memang tidak kita sukai karena bosan atau sebagainya, itu hal yang
biasa. Akan tetapi, Islam mengajarkan untuk memberikan kepada orang lain sesuatu
yang justru kita cintai. Itulah akhlak Islam yang luhur.
Lebih
tegas Rasulullah shallallahu‘alaihi
wasallam mengatakan, “Seorang muslim adalah yang orang lain selamat dari
lisan dan tangannya”. Artinya, orang yang memeluk agama Islam adalah orang yang
selalu menjaga lisan dan perbuatannya, agar jangan sampai menyakiti orang lain.
Karena betapa banyak manusia saling membenci dan bermusuhan hanya karena ucapan
yang keluar dari mulutnya kerapkali menyakiti orang lain meskipun ia tidak
menyadarinya. Dan betapa banyak perilaku-perilaku manusia tanpa disadari
menjadi pedang yang bisa melukai seseorang.
Oleh
karena itu, agama Islam sangat menekankan pentingnya akhlak mulia, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Bukan hanya akhlak kepada sesama muslim, akan
tetapi akhlak yang mulia kepada semua makhluk Allah, baik benda hidup maupun
mati, karena dalam pandangan Allah tidak ada pemisahan antara benda hidup
ataupun mati. Allah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Nabi
Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (Al-Anbiya’: 107).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar