Selasa, 09 November 2010

Hubungan Hati dan Pikiran dalam Menghadapi Masalah

Oleh: Rihan Musadik

Sebagai seorang manusia, tentunya kita tak akan pernah lepas dari yang namanya masalah. Saat kita sedang bergelut dengan aktivitas sehari-hari, atau tatkala kita hanya berpikir dari satu arah saja, yang kita lihat hanyalah sebuah masalah yang semakin lama kita memandangnya, maka masalah itu bagaikan bola salju yang terus membesar dan semakin bertambah.

Begitulah yang terjadi jika kita memandang suatu masalah hanya dari satu sudut pandang. Yang terlintas di pikiran kita hanya itu-itu saja, suatu hal yang justru semakin membebani diri kita. Tanpa disadari kita juga telah mempersempit kemampuan daya otak kita dalam berpikir dan menyelesaikan masalah. Karena kita telah dikaruniai Tuhan sebuah maha karya yang hanya dimiliki oleh seorang manusia yaitu otak (baca: akal pikiran). Dan tahukah anda, bahwa otak kita memiliki 200 milyar sel otak, otak kita juga mampu menyimpan informasi atau memori sekitar 100 milyar bit informasi, pikiran kita mengalir dengan kecepatan 540 km/jam, kemudian otak kita juga mempunyai 100 trilyun koneksi/sambungan, dan kita rata-rata melakukan 4000 ribu pemikiran setiap hari. Otak kita terus aktif dan bekerja, tak pernah istirahat. Bahkan sekalipun anda tertidur nyenyak, jutaan sel otak anda terus aktif dan bekerja, mengirim dan menerima informasi mengenai posisi badan dan suhu tubuh anda saat tidur. Yang jelas otak kita jauh lebih hebat dan jauh lebih dahsyat dari yang kita duga.

Inilah salah satu karunia Allah yang wajib kita syukuri. Allah menganugerahkan otak (baca: akal pikiran) hanya kepada manusia untuk membantu tugasnya sebagai khalifah di muka bumi untuk memakmurkannya. Melihat kenyataan bahwa kita telah dikaruniai Tuhan sebuah otak yang luar biasa. Kita menjadi bertanya-tanya, mengapakah kita tidak lebih baik dalam memandang, dalam menyelesaikan suatu masalah. Tapi, akhir-akhir ini banyak kita jumpai orang yang pintar, cerdas. Tetapi menggunakan kepintarannya itu untuk hal-hal yang tidak baik, hanya untuk kepentingannya sendiri dan tanpa dilandasi oleh norma-norma yang dibenarkan. Atau dalam istilah yang populer, “pinter tapi gak bener”. Mengapa hal ini bisa teradi?

Berbicara tentang masalah. Apabila kita berkontemplasi lebih dalam lagi, kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya setiap masalah hanyalah bagian kecil dari hidup ini. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita hanya bisa berkeluh kesah saja dan terus berpikir negatif. Ataukah kita akan memberikan sikap dan respon yang positif terhadap berbagai hal yang kita hadapi.

Menurut Ary Ginanjar, apa yang disebutnya dengan “berpikir melingkar”, yang artinya kita harus melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang sehingga kita akan menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menyikapai suatu masalah. Di samping itu, perlunya kita mendengar suara hati kita, karena disanalah berbagai kebijaksanaan dan kearifan berada, tetapi yang perlu kita ketahui suara hati haruslah timbul dari hati yang bersih, karena hati yang kotor akan menimbulkan bisikan-bisikan suara hati yang menyesatkan.

Berawal dari hati yang bersih dan suci akan berimplikasi pada pikiran yang positif dan cerdas yang selanjutnya akan melahirkan bisikan-bisikan suara hati yang membimbing dan memberi petunjuk kepada kita. Berbeda halnya bila hati kita kotor dan keruh, itu akan sangat berpengaruh terhadap otak kita, yang implikasinya adalah pikiran negatif dan suara-suara hati yang menyesatkan, yang bukan hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga akan merugikan orang-orang di sekitarnya. Inilah jawaban dari pertanyaan di atas, mengapa sekarang ini banyak orang yang pinter tapi gak bener, karena mereka tidak mengawali kecerdasan otaknya dengan hati yang bersih. Dan inilah makna dari sabda Rasulullah, “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuliah ia adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah ta'ala berfirman, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku”. Hal ini mengindikasikan bahwa kita harus selalu menjaga pikiran dan prasangka-prasangka kita setiap hari. Jika pikiran anda baik dan positif, maka anda akan beroleh hal-hal yang baik juga, begitu pula sebaliknya bila pikiran anda dipenuhi prasangka dan hal-hal yang negatif, maka hal-hal buruk akan menimpa hidup anda sesuai dengan pikiran anda.

Dalam hal ini kita menjadi bertanya-tanya, mengapa pikiran kita sangat mempengaruhi hidup kita? Sesuai yang Allah ta'ala nyatakan dalam hadits qudsi di atas. Pikiran kita akan menjadi sebuah doa, yang mana Allah akan mengabulkan sesuai dengan persangkaan-persangkaan kita, entah itu baik atau buruk bisa menjadi kenyataan.

Dalam buku populernya, motivator Stephen R. Covey mengatakan, "Taburlah pikiran, petiklah perbuatan; taburlah perbuatan dan petiklah kebiasaan; taburlah kebiasaan dan petiklah karakter; taburlah karakter, petiklah nasib". Itu berarti pikiran kita akan menjadi karakter yang nantinya akan menjadi nasib kita. Ingatlah bahwa karakter terbentuk dalam momen-momen kecil dari kehidupan kita, jadi lakukanlah yang terbaik dalam setiap detik yang kita lalui. Berusahalah untuk menjauhi pikiran dan prasangka-prasangka negatif, seperti pesimis, berkeluh kesah, marah, jengkel, putus asa, dan sebagainya.

Maka dari itu, kita menjadi maklum betapa pentingnya berpikir positif. Pikiran yang positif hanya akan keluar dari hati yang bersih. Hati yang bersih hanya akan diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Allah tabaraka wa ta'ala.
 

*Dimuat di buletin jum'at Oase

2 komentar: