Bocah-bocah bermain bola
Di depan halaman tempat tinggalku
Memecahkan hening sore
Yang baru saja diguyur hujan
Tawa-tawa kelakar yang memekakan telinga
Mengusik qalbu yang tenang
Dan suara bola plastik amat berisik
Menggugah emosi jiwa
Kesendirianku yang sepi makin kurang sepi
Kurang sunyi, kurang hening
Dan sepi yang tak sempurna
Karena suara-suara bising
Tak karuan, tak beraturan, berantakan
Rihan Musadik
Yogyakarta, 25 Februari 2011
Jumat, 25 Februari 2011
Lewati Hari
Seharian ini
Panas matahari merembes ke bumi
Dan ketika matahari sembunyi
Hingga tiba malam hari
Panasnya masih terasa
Ketika mentari terbangun dan terbit
Isi dunia menyambutnya dengan berbeda
Ada yang ceria
Ada yang bersyukur
Ada yang menyambutnya dengan penuh semangat
Bahkan ada yang menyambut dengan penuh ketegangan
Karena prasangkanya terpenuhi takut dan cemas
Apa yang terjadi hari nanti
Menghadapi tugas kerjaan jadi beban
Yang sebenarnya mudah dilalui
Dengan kegembiraan
Keceriaan
Seperti senyumnya mentari menyambut pagi
Dan sejatinya rasa takut hanyalah khayalan
Hanyalah ancaman yang tidak realistis
Yang melekat di pikiran
Oh matahari
Sinarmu menghidupi tumbuhan
Mengeringkan pakaian
Dan menerangi bentang dunia
Oh mentari
Mari, jadikan teladan buat kehidupan
Rihan Musadik
Yogyakarta, 21 Februari 2011
Panas matahari merembes ke bumi
Dan ketika matahari sembunyi
Hingga tiba malam hari
Panasnya masih terasa
Ketika mentari terbangun dan terbit
Isi dunia menyambutnya dengan berbeda
Ada yang ceria
Ada yang bersyukur
Ada yang menyambutnya dengan penuh semangat
Bahkan ada yang menyambut dengan penuh ketegangan
Karena prasangkanya terpenuhi takut dan cemas
Apa yang terjadi hari nanti
Menghadapi tugas kerjaan jadi beban
Yang sebenarnya mudah dilalui
Dengan kegembiraan
Keceriaan
Seperti senyumnya mentari menyambut pagi
Dan sejatinya rasa takut hanyalah khayalan
Hanyalah ancaman yang tidak realistis
Yang melekat di pikiran
Oh matahari
Sinarmu menghidupi tumbuhan
Mengeringkan pakaian
Dan menerangi bentang dunia
Oh mentari
Mari, jadikan teladan buat kehidupan
Rihan Musadik
Yogyakarta, 21 Februari 2011
Jumat, 18 Februari 2011
Pakaian Maksiat
Ketika aku berada dalam ketaatan
Dengan hati yang bersih
Qalbu yang jernih
Dan jiwa yang penuh kesejukan
Aku melihat tubuh-tubuh para wanita
Semula kuanggap biasa
Yang ditutup pakaian, tapi janggal...?
Pakaian itu membentuk tubuhnya yang indah
Bukankah pakaian buat menutup auratnya
Menutup keindahan tubuhnya
Namun dengan pakaiannya
Justru semakin nampak kemolekannya yang indah
Seolah-olah ingin menonjolkan tubuhnya
Berbangga dengan lekuk tubuhnya
Dan mengeluarkan perhiasannya
Membuat semua mata tertuju padanya
Hanya wanita-wanita terasinglah
Yang tak sungkan dalam bergaul
Dengan tetap menjaga kebenaran
Melaksanakan perintah Tuhan
Menutup aurat pintu maksiat
Menutup keindahan perhiasannya
Kecuali pada orang-orang yang dibolehkan-Nya
Rihan Musadik
Yogyakarta, 18 Februari 2011
Dengan hati yang bersih
Qalbu yang jernih
Dan jiwa yang penuh kesejukan
Aku melihat tubuh-tubuh para wanita
Semula kuanggap biasa
Yang ditutup pakaian, tapi janggal...?
Pakaian itu membentuk tubuhnya yang indah
Bukankah pakaian buat menutup auratnya
Menutup keindahan tubuhnya
Namun dengan pakaiannya
Justru semakin nampak kemolekannya yang indah
Seolah-olah ingin menonjolkan tubuhnya
Berbangga dengan lekuk tubuhnya
Dan mengeluarkan perhiasannya
Membuat semua mata tertuju padanya
Hanya wanita-wanita terasinglah
Yang tak sungkan dalam bergaul
Dengan tetap menjaga kebenaran
Melaksanakan perintah Tuhan
Menutup aurat pintu maksiat
Menutup keindahan perhiasannya
Kecuali pada orang-orang yang dibolehkan-Nya
Rihan Musadik
Yogyakarta, 18 Februari 2011
Senin, 14 Februari 2011
Nilai Burukku
Tak kusangka aku tersandung batu
Luka, ngilu, pedih, perih
Karena itu, aku harus mengulang berjalan
Agar tak tersandung lagi
Sandungan yang menyakitkan
Karena kukira tak ada batu satu pun
Kalaupun ada mampu kulewati
Inilah yang harus kuterima
Tapi sudah mau apa lagi
Tinggal pilih berhenti atau maju
Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011
Luka, ngilu, pedih, perih
Karena itu, aku harus mengulang berjalan
Agar tak tersandung lagi
Sandungan yang menyakitkan
Karena kukira tak ada batu satu pun
Kalaupun ada mampu kulewati
Inilah yang harus kuterima
Tapi sudah mau apa lagi
Tinggal pilih berhenti atau maju
-Tak kusangka nilai renangku D-
Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011
Masalah Bukan Abadi
Kemarin, aku bergelut dengan gelisah
Sebuah masalah yang menimpaku
Yang membuat hampir aku putus harapan
Di tengah jalan
Yang mengusik hati dan pikiranku jadi susah
Sekarang telah lewat
Dan usai selesai
Dan ternyata masalah akan berakhir jua
Problem bukanlah abadi
Yang tak dapat dituruni
Tapi hanya sementara
Yang akhirnya berhenti sendiri
Lalu usai selesai
Apatah lagi terlanjur basah aku kuliah
Tinggal pilih berhenti atau maju
Tanpa bimbingan-Mu
Tentu aku sudah berhenti
Tapi dengan pertolongan-Mu
Aku akan berusaha maju
Karena itu, Robbi
Aku mohon karunia-Mu selalu
Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011
Sebuah masalah yang menimpaku
Yang membuat hampir aku putus harapan
Di tengah jalan
Yang mengusik hati dan pikiranku jadi susah
Sekarang telah lewat
Dan usai selesai
Dan ternyata masalah akan berakhir jua
Problem bukanlah abadi
Yang tak dapat dituruni
Tapi hanya sementara
Yang akhirnya berhenti sendiri
Lalu usai selesai
Apatah lagi terlanjur basah aku kuliah
Tinggal pilih berhenti atau maju
Tanpa bimbingan-Mu
Tentu aku sudah berhenti
Tapi dengan pertolongan-Mu
Aku akan berusaha maju
Karena itu, Robbi
Aku mohon karunia-Mu selalu
-Keterlambatan KRS (kartu rencana studi)-
Rihan Musadik
Yogyakarta, 14 Februari 2011
Rabu, 09 Februari 2011
Aku Akan...
Aku butuhkanmu
Aku rindukanmu
Aku melayang terbang
Aku tergopoh-gopoh
akan kumulai
akan kuawali
dari batu loncatan
ke kesuksesan
Rihan Musadik
Purbalingga, 8 Februari 2011
Aku rindukanmu
Aku melayang terbang
Aku tergopoh-gopoh
akan kumulai
akan kuawali
dari batu loncatan
ke kesuksesan
Rihan Musadik
Purbalingga, 8 Februari 2011
Menahan Keluhan
Hendak kucurahkan semua rasa dan keluhanku
Tapi aku takut menambah duka dan nestapa dalam hidupku
Hanya bisa aku berdoa
Harap tuk bahagia
Rihan Musadik
Purbalingga, 3 Februari 2011
Tapi aku takut menambah duka dan nestapa dalam hidupku
Hanya bisa aku berdoa
Harap tuk bahagia
Rihan Musadik
Purbalingga, 3 Februari 2011
Senin, 07 Februari 2011
Bait Rindu Kyai
Ini dari lubuk hati
Yang ingin bertemu kyai
Di pengajian pagi
Tapi tak jadi
Tuhan
Kiranya aku diberi kendaraan
Yang nyaman
Agar aku bisa bepergian
Dalam hal kebaikan
Tuhan
Mungkin hari ini Kau tak ijinkan
Dan aku tak tahu, Tuhan
Hikmah apa dibalik kejadian ini
Aku hanya bisa berpasrah dan bersabar diri
Semoga Tuhan beri
Pertolongan dari kejadian ini
Rihan Musadik
Purbalingga, 28 Januari 2011
Yang ingin bertemu kyai
Di pengajian pagi
Tapi tak jadi
Tuhan
Kiranya aku diberi kendaraan
Yang nyaman
Agar aku bisa bepergian
Dalam hal kebaikan
Tuhan
Mungkin hari ini Kau tak ijinkan
Dan aku tak tahu, Tuhan
Hikmah apa dibalik kejadian ini
Aku hanya bisa berpasrah dan bersabar diri
Semoga Tuhan beri
Pertolongan dari kejadian ini
Rihan Musadik
Purbalingga, 28 Januari 2011
Di Hotel Sepi
Cahaya lampu kuning
Yang bersinar terang
Diantara pohon-pohon rindang
Gelap malam sepi
diramaikan jangkrik bernyanyi
Membuat pikiranku melayang terbang
Dan terbayang desa sepi
Di antara pepohonan
Dalam sebuah cerita
Suasana batin yang berlarian
Tenang seketika
Dengan hotel malam yang sepi
Bagaikan nyepi
Rihan Musadik
Baturaden, 4 Februari 2011
Yang bersinar terang
Diantara pohon-pohon rindang
Gelap malam sepi
diramaikan jangkrik bernyanyi
Membuat pikiranku melayang terbang
Dan terbayang desa sepi
Di antara pepohonan
Dalam sebuah cerita
Suasana batin yang berlarian
Tenang seketika
Dengan hotel malam yang sepi
Bagaikan nyepi
Rihan Musadik
Baturaden, 4 Februari 2011
Rabu, 02 Februari 2011
Mantel
Oh tak kubawa mantel
Dikala hujan begini
Terpaksa aku pulang
Dengan diguyur hujan
Ditiup angin terpendam
Udara yang dingin
Malam kelam
Malah menambah kebekuan
Tubuhku yang kurus
Semakin mengurus
Menyusut karena dinginnya
Malam kelam
Hujan ditiup angin dingin
Rihan Musadik
Purbalingga, 2 Februari 2011
Dikala hujan begini
Terpaksa aku pulang
Dengan diguyur hujan
Ditiup angin terpendam
Udara yang dingin
Malam kelam
Malah menambah kebekuan
Tubuhku yang kurus
Semakin mengurus
Menyusut karena dinginnya
Malam kelam
Hujan ditiup angin dingin
Rihan Musadik
Purbalingga, 2 Februari 2011
Alam Pagi Kota
Langit yang cerah berpadu mendung
Dan di bawah
Pohon-pohon bersenandung
Pagi yang indah
Kulihat sawah ladang jadi lapang
Burung-burung terusik oleh deru manusia
Tiada lagi lahan sepi menikmati ranum padi
Kulihat alam pucat
Semakin hari hilang alam
Hilang keindahan
Yang tergantikan dengan perkotaan
Dan alam pun hanya tersenyum di pedesaan
Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011
Dan di bawah
Pohon-pohon bersenandung
Pagi yang indah
Kulihat sawah ladang jadi lapang
Burung-burung terusik oleh deru manusia
Tiada lagi lahan sepi menikmati ranum padi
Kulihat alam pucat
Semakin hari hilang alam
Hilang keindahan
Yang tergantikan dengan perkotaan
Dan alam pun hanya tersenyum di pedesaan
Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011
Menikmati Alam
Burung-burung terbang tinggi di awan
Di antara bebatuan bukit dan tumbuhan
Disinari cahaya mentari hangat
Anginpun ikut bermain sepoi-sepoi
Menghembuskan kedamaian
Meniupkan ketenangan
Dan deru debu berterbangan berlarian
Diramaikan kokok ayam
Dan cicit burung pipit
Menambah cita rasa hati yang sempit
Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011
Di antara bebatuan bukit dan tumbuhan
Disinari cahaya mentari hangat
Anginpun ikut bermain sepoi-sepoi
Menghembuskan kedamaian
Meniupkan ketenangan
Dan deru debu berterbangan berlarian
Diramaikan kokok ayam
Dan cicit burung pipit
Menambah cita rasa hati yang sempit
Rihan Musadik
Purbalingga, Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)