Oleh: Rihan Musadik
Wabah Vickynisasi Mulai Merebak |
Video ini baru
muncul ketika banyak diketahui—lewat infotainment—alias
terbongkar kedok Vicky yang dikatakan sering melakukan kebohongan, kamuflase, atau
hipokrit. Karena ada beberapa wanita yang mengaku pernah menjadi korban kebohongannya
Vicky, begitu pula ada beberapa teman SMA Vicky dan juga orang-orang yang
mengetahui Vicky, banyak yang membeberkan sisi negatifnya.
Nah, ditambah
lagi dengan gaya bicaranya yang asal-asalan dan tidak sesuai pada tempatnya ini, terekam dalam beberapa video.
Contohnya saja, Vicky banyak menggabungkan kata-kata yang konteksnya berbeda
alias tidak relevan dan tidak lazim, lalu disambungkan dengan kata-kata yang
lain. Begitu pula bahasa Inggrisnya yang sangat ngawur alias tidak terpola. Mungkin ia ingin menunjukkan eksistensi
dirinya sebagai seorang intelek, tapi kenyataannya sangat jauh panggang
daripada api. Malang tak dapat ditolak, ia justru tercoreng nama baiknya karena tindakan buruknya selama ini dan gaya bahasanya yang aneh. Ia malah
justru dianggap “intelek abal-abal”, bahkan ada yang mengatakan logikanya sudah
parah.
Kemudian yang
menjadi pertanyaan di benak kita, kenapa gaya bicara Vicky yang ngawur itu baru disadari setelah
dipublikasikan lewat video youtube? Ya, tentu
saja karena masyarakat tidak memperhatikan berita infotainment yang dianggap tidak penting itu. Lantas ketika Vicky
terekam dalam video sewaktu nyalon
kepala desa, mungkin banyak yang tidak menyadari pola bahasa Inggrisnya yang
banyak keliru. Ya, jelas saja, karena masih banyak yang tidak menguasai bahasa Inggris.
Dari kasus gaya
bicara Vicky ini, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran, bahwa ternyata
masih banyak di antara kita yang kurang memperhatikan saat seseorang berbicara
dengan menggunakan “bahasa tinggi”. Pada kasus Vicky ini, kita menjadi tersadarkan
dengan kesalahan berbahasa seseorang yang dianggap aneh, nyleneh, lucu, wagu bin nggak nyambung, tidak lazim, maupun
berantakan, setelah dipublikasikan di situs youtube
oleh seseorang. Ini menjadi hikmah bagi kita semuanya, untuk banyak mempelajari
bahasa Indonesia dengan baik, mengetahui arti dan makna kosa kata dalam bahasa
Indonesia (khususnya kosa kata serapan asing atau kata-kata yang berbau
akademis) maupun Inggris. Lalu yang terpenting, kita juga harus menguasai makna
kata, kalimat atau pernyataan yang kita ucapkan. Jangan asal bunyi saja,
sementara “kata-kata intelek” yang kita ucapkan tidak tahu artinya.
Lalu yang
menjadi bahan sorotan kita, ternyata gaya bahasa Vicky Prasetyo yang dianggap nyleneh dan lucu itu (penulis ketika
melihat videonya tertawa ngakak,
karena memang lucu sekali) justru malah menjadi populer di masyarakat. Ini terlihat
dari sering dipakainya kata-kata semisal "kontroversi hati", "labil ekonomi"
dalam sebuah sinetron, siaran radio, MC, maupun tulisan-tulisan populer yang
tidak/kurang ilmiah. Mungkin karena dianggap keren, lucu, gaul, dan sebagainya. Pertanyaan kita selanjutnya, apakah boleh kata-kata Vicky
yang kita anggap aneh ini digunakan dalam percakapan sehari-hari?
Jawaban dari
pertanyaan ini mengingatkan penulis pada saat kuliah bahasa Indonesia di
semester pertama. Waktu itu dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, Ibu Ari Kusmiatun, M. Hum
menjelaskan bahwa ciri bahasa di antaranya adalah konvensional dan arbitrer,
bahkan beliau mengatakan—kalau penulis tidak salah dengar—bahwa bahasa ialah sistem
lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional. Arbitrer sendiri artinya adalah
bebas, sesuka hati, atau sekehendak kita; sedangkan konvensional berarti
kesepakatan bersama, sudah disepakati, atau sudah sewajarnya. Artinya, apabila
bahasa/kata-kata Vicky yang cenderung kontroversial bagi para pakar bahasa;
semisal "labil ekonomi", "statusisasi kemakmuran" sudah sering digunakan oleh
banyak orang, dan sudah bisa dimaknai secara umum dan jelas, maka bisa saja
kata-kata tersebut menjadi kata-kata yang sah digunakan karena sejalan dengan
ciri bahasa, yaitu arbitrer dan konvensional.
Hanya saja
kata-kata Vicky tersebut akan lebih layak digunakan pada percakapan sehari-hari yang
tidak formal, dan non-ilmiah. Dan lebih cenderung digunakan sebagai bahan lelucon
belaka, kendati tetap ada maknanya. Kemudian sah-sah juga apabila dipakai pada
tulisan yang tidak ilmiah atau tidak formal, karena pada tulisan-tulisan yang
ilmiah jelas kata-kata Vicky tersebut sangat tidak lazim digunakan. Sedangkan
pada tulisan-tulisan non-formal ataupun ilmiah populer masih bisa digunakan,
tetapi sebaiknya ditandai dengan menggunakan tanda kutip. Saat ini wabah “vickynisasi”
mulai merebak seiring dengan booming-nya
Vicky Prasetyo dengan gaya bahasanya yang mengundang kritik, sindiran, hujatan,
hingga menjadi lelucon tersendiri. Berikut beberapa kata-kata Vicky yang
penulis ambil dari video di youtube
dan tambahan sendiri dari penulis:
- Mendeklarasikan hati
- Twenty nine my age (strukur bahasa Inggris yang salah)
- Kontroversi hati
- Merindukan apresiasi
- Lebih menyudutkan pada...
- Konspirasi kemakmuran
- Ego terhadap satu kepentingan
- Mengkudeta apa yang menjadi keinginan
- Mensiasati kecerdasan
- Labil ekonomi
- Basically (pada dasarnya)
- Harmonisisasi (seharusnya "harmonisasi")
- Statusisasi kemakmuran
- Mempertakut
- Mempersulit
- Tidak boleh ego terhadap satu kepentingan
- Confidence (percaya)
- Long distance (jarak jauh)
- Settle (menetap) dengan kemakmuran kita, berikut tambahan dari penulis:
- Vickynisasi
- Gudalisasi, gudal: kotoran putih pada kelamin pria
- Hornysasi, hornisasi; horny: bertanduk, terangsang
- Plangisasi
- LDR (Long Distance Relationship)
- Hanya Tuhan dan dia yang tahu
- S-3 (es teller, es doger, es dawet)
- Jangkrik boss...
- Jancukisasi, makna kata jancuk (kamusslang.com):
- Kosakata lokal Surabaya yang berarti ungkapan kekesalan, mengumpat
- Sapaan pertemanan kental dan akrab di kalangan kaum Adam
- Dalam bahasa Inggris disebut fuck!
- Ungkapan kekaguman
- Jajanan pincuk. Pincuk itu daun pisang. Maka jancuk berarti makan di daun pisang, lalu sudah. Ini khas sekali orang Surabaya. Ada masalah, marah sedikit, lalu sudah… ya sudah (Wattimena, 2011).
Untuk arti atau
maknanya silahkan dipahami sendiri, dicari sendiri, dimaknai sendiri, dan
jangan lupa buka-buka kamus atau referensi lainnya. Sesuaikan dengan konteks
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selamat berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Kuasailah bahasa, maka anda akan mengusai segalanya. Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar