Wawancara kerja,
boleh jadi dilaksanakan di awal-awal seleksi, tapi boleh jadi juga di
akhir-akhir seleksi, tergantung model perkerutan masing-masing tempat kerja.
Sepertinya yang paling banyak
dilaksanakan adalah wawancara kerja di akhir-akhir seleksi. Tujuannya, mungkin ingin
mengetahui lebih dalam profil atau kepribadian sang pelamar, di samping juga
bagaimana semangat kerja, keinginan kerja di tempat tersebut, gaya bicara,
kemampuan, dan lain-lain hal. Intinya, pihak pewawancara ingin mengetahui secara
umum (bisa juga hal khusus) berbagai hal tentang diri sang pelamar yang
dikaitkan dengan apakah tepat bekerja di perusahaan tersebut. Walaupun harus
diakui, menilai kepribadian seseorang tidak cukup hanya dengan satu-dua jam
wawancara. Akan tetapi, paling tidak ada sedikit gambaran tentang profil umum
sang pelamar.
Ada pertanyaan
menarik yang berkaitan dengan wawancara kerja, apakah bisa kita mengetahui
kepribadian orang yang mewawancarai kita? Kalau berdasarkan pengalaman saya,
tentu bisa. Jika kita sedikit cermat dan jeli, kita akan langsung dapat menilai
siapa sebenarnya pewawancara kita, bagaimana kepribadiannya, dan seperti apa
karakternya. Tentu saja itu hanya penilaian atau gambaran umum saja, siapa tahu
bermanfaat jika suatu saat ia menjadi atasan kita. Setidaknya, sang pelamarlah
yang justru asyik menerka-nerka kepribadian pewawancara layaknya psikolog ahli
yang sedang menilai kepribadian seseorang. Katakan apa yang kamu tanyakan,
niscaya aku mengetahui siapa kamu.
Umumnya pelamar
akan merasakan grogi, nervous, ataupun deg-deg
ser ketika akan melakukan wawancara. Hal ini wajar-wajar saja dan lazim
dialami kebanyakan orang. Sebaik apapun mental seseorang pastilah akan sedikit
mengalami demam panggung. Terlebih bagi para pemuda yang masih belum matang emosi
dan kejiwaannya. Tentu sangat perlu belajar bagaimana meminimalisir rasa
khawatir saat akan melakukan wawancara, presentasi, pidato, atau ceramah.
Kita para pemuda perlu belajar dari orang-orang yang ahli dan terbiasa tampil di depan banyak orang. Kita perlu membiasakan diri untuk dapat mengendalikan emosi, mengusir rasa takut, grogi, cemas, atau khawatir. Sehingga jika suatu saat kita berbicara di depan banyak orang atau berwawancara di ruangan tertutup dengan seorang tokoh, bos, atau atasan; kondisi lahir dan batin kita biasa-biasa saja dan tetap tenang, tidak ada rasa gugup, cemas, tubuh gemetar, atau gagap bicara. Saya yakin hal ini bisa dilakukan, kita hanya tidak terbiasa saja untuk public speaking atau berwawancara.
Kita para pemuda perlu belajar dari orang-orang yang ahli dan terbiasa tampil di depan banyak orang. Kita perlu membiasakan diri untuk dapat mengendalikan emosi, mengusir rasa takut, grogi, cemas, atau khawatir. Sehingga jika suatu saat kita berbicara di depan banyak orang atau berwawancara di ruangan tertutup dengan seorang tokoh, bos, atau atasan; kondisi lahir dan batin kita biasa-biasa saja dan tetap tenang, tidak ada rasa gugup, cemas, tubuh gemetar, atau gagap bicara. Saya yakin hal ini bisa dilakukan, kita hanya tidak terbiasa saja untuk public speaking atau berwawancara.
Jika kita sudah
terbiasa cas-cis-cus di depan banyak
orang, mewawancarai atau diwawancarai, ngobrol
ngalor-ngidul atau di sidang sekalipun, entah dengan tokoh, pejabat, bos,
dan sebagainya; lambat laun niscaya pasti akan terbiasa, dan emosi yang membuat
gugup akan hilang dengan sendirinya.
Buat kamu yang belum dapat pekerjaan, nih aku ada situs informasi lowongan kerja terbaru di indonesia yang bernama "jobsmart.co.id : Situs informasi lowongan kerja terbaru di indonesia". Info selengkapnya di http://renseo.blogspot.com/2017/10/jobsmartcoid-situs-informasi-lowongan-kerja.html
BalasHapusBanyak orang yang salah dalam menggunakan masker wajah, berikut cara memakai masker wajah yang benar dan cara cepat menghilangkan jerawat
BalasHapus