Selasa, 19 Mei 2015

Sihir Sinetron

Oleh: Rihan Musadik

Saat nonton TV, terutama sinetron alias kisah-kisah bersambung yang begitu digemari oleh banyak kalangan, khususnya oleh ibu-ibu. Mengapa mereka menjadi ketagihan? Seolah-olah penonton dibawa, diajak, dan disentuh sisi kejiwaannya untuk terus mengikuti acara. Bahkan ketika acara selesai, penonton dibuat penasaran bagaimana kelanjutan kisahnya di episode berikutnya. Bagi sebagian orang, mungkin meninggalkan acara sinetron pada saat menonton bisa dilakukan dengan ringan saja. Akan tetapi, bagi para penggemar sinetron rasa-rasanya berat untuk meninggalkan sinetron tersebut. Apalagi pada sinetron-sinetron yang kontennya memang banyak menyuguhkan emotivisme atau emosi-emosi meluap yang membuat penonton ikut terbawa emosi. Dan memang hampir semua sinetron mengedepankan sisi emosional dengan diiringi musik-musik pengantar yang juga emosional.

Sebenarnya kalau kita amati dengan cerdas, isi atau konten acara sinetron sangatlah absurd. Walaupun mungkin kisah atau cerita, latar waktu dan tempat, serta logat bicara mengambil dari adat dan budaya masyarakat, tetap saja absurd. Karena hal-hal detail atau kepingan-kepingan cerita menunjukkan suatu kejadian yang memang absurd. Ditambah lagi ekspresi-ekspresi para pemeran sinetron yang sangat emosional dan berlebihan. Kalau dibandingkan dengan realitas di masyarakat sangatlah jarang ditemukan bentuk-bentuk emosi berlebihan yang ada dalam sinetron. Meski harus diakui pula bahwa sisi emosi yang ada dalam sinetron juga mengambil dari realitas di masyarakat, hanya saja pada sinetron dilebih-lebihkan dan diluap-luapkan, ditambah lagi dengan iringan musik yang pas dengan kejadian sinetron, apakah itu musik sedih, gembira, datar, ataupun humor.

Agaknya, bentuk-bentuk emosi over dari para pemerannya disertai iringan musik inilah yang menjadi nilai jual dari sinetron sehingga memikat hati pemirsa. Oleh karena itu, jika ada orang yang “kagetan” atau “gumunan” dengan suatu hal, ataupun sangat ekspresif dalam bersikap, maka orang-orang menyebutnya sebagai “over acting”. Tentu saja kata over acting adalah kata negatif yang ditujukan pada orang-orang yang berlebihan dalam bersikap, berbicara, berbuat, dan menanggapai suatu hal. Orang Jawa selalu mengatakan pada orang yang over acting, “Biasa wae” yang dalam bahasa anak muda sering dikatakan “Biasa aja”.
 
Biasa, lumrah, dan wajar-wajar saja adalah realitas di masyarakat. Tetapi bukan berarti emosional tidak ada, sisi emosional yang berlebihan di masyarakat kadang-kadang juga ada, tapi jarang. Bedanya dengan dunia sinetron, segala hal yang sepertinya biasa di masyarakat, bisa diubah menjadi luar biasa. Caranya dengan melebih-lebihkan sisi emosional kemanusiaan atau over acting itu, entah dengan gaya bicaranya, cara bersikapnya, musik pengiringnya, dan sebagainya. Lazimnya kita tahu, hal-hal yang berlebihan dan “wah” memang mudah menarik perhatian banyak orang. Maka boleh jadi, banyak orang yang tersihir oleh sinetron lebih kepada sisi emosional atau over acting-nya. Mereka dibuat penasaran dan rasa ingin tahu untuk menonton terus dan mengikuti jalannya cerita.

Alur cerita sinetron memang yang terkadang menarik pemirsa, akan tetapi itu bukan yang utama menyihir pemirsa. Menurut saya sendiri, yang membuat menarik perhatian justru “bumbu-bumbu” yang ada di sekitar alur cerita seperti yang telah dibahas di atas, yaitu sisi emosional yang berlebihan atau disebut over acting. Oleh karena itu, jika suatu saat kita iseng nonton sinetron atau semisalnya, agar kita tidak mudah tersihir, tidak mudah tergoda oleh rasa ingin tahu, tidak mudah penasaran, tidak kecanduan, dan tidak tersandra oleh “bayan” sinetron. Maka yang pertama kali harus disadari bahwa sinetron, telenovela, film, atau yang semisalnya adalah proses adegan fiktif semata yang telah diatur dengan skenario, kamera, ide cerita, dialog, tata rias, tata busana, pencahayaan, musik pengiring, dan seterusnya. Ditunjang lagi dengan unjuk gigi over acting dari para aktor/aktris dengan sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar