Selasa, 19 Mei 2015

Seutas Asa

Kicauan burung tak lagi merdu
Kebun-kebun sepi berdiam diri
Kupu-kupu kuning turut mengobati
Hanya seulas senyum
Sedikit merekah tapi terpendam sedih

Berlarian suara mesin
Bertambah tangis dada yang sedih
Tiada lagi harapan
Tiada lagi masa depan 

Dan mengapa harus berharap
Ketika semuanya tampak tertutup rapat tak berdaya
Mengemis harapan kepada sesama juga kesia-siaan
Tiada lagi tempat berharap

Dunia memang gelap
Mendung hitam bergelayut tak henti
Tinggal kesadaran yang tersisa
Tinggal satu harapan yang bercelah

Di kegelapan yang amat pekat
Masih ada harapan secercah cahaya
Di antara rapatnya pintu kehidupan
Kesadaran mengatakan adanya kunci yang hendak membuka

Atau sang tuan rumah membukakan pintu
Dan mempersilahkan masuk dengan jamuan
Hanya bisa menunggu dan berharap penuh
Karena memang Dia Sang Pemilik Kehidupan

Alangkah ruginya engkau
Hidup dalam kepedihan
Berteman dengan kemiskinan
Sementara kemaksiatan menjadi kebiasaaan
Apa yang hendak kau banggakan ketika berjumpa menghadap Allah? 


Rihan Musadik
Bumi Allah, 15 Rajab 1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar