Kebun-kebun sepi berdiam diri
Kupu-kupu kuning turut mengobati
Hanya seulas senyum
Sedikit merekah tapi terpendam sedih
Berlarian suara mesin
Bertambah tangis dada yang sedih
Tiada lagi harapan
Tiada lagi masa depan
Dan mengapa harus berharap
Ketika semuanya tampak tertutup rapat tak berdaya
Mengemis harapan kepada sesama juga kesia-siaan
Tiada lagi tempat berharap
Dunia memang gelap
Mendung hitam bergelayut tak henti
Tinggal kesadaran yang tersisa
Tinggal satu harapan yang bercelah
Di kegelapan yang amat pekat
Masih ada harapan secercah cahaya
Di antara rapatnya pintu kehidupan
Kesadaran mengatakan adanya kunci yang hendak membuka
Atau sang tuan rumah membukakan pintu
Dan mempersilahkan masuk dengan jamuan
Hanya bisa menunggu dan berharap penuh
Karena memang Dia Sang Pemilik Kehidupan
Alangkah ruginya engkau
Hidup dalam kepedihan
Berteman dengan kemiskinan
Sementara kemaksiatan menjadi kebiasaaan
Apa yang hendak kau banggakan ketika berjumpa menghadap
Allah?
Rihan Musadik
Bumi Allah, 15 Rajab
1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar