Selasa, 26 Mei 2015

Di Jalan Cinta

Oleh: Rihan Musadik

Jodoh siapa yang tahu, selekat apapun cintamu pada seseorang, kalau dia memang bukan jodohmu, mau apa lagi. Seputus asa apapun engkau menanti jodoh, menunggu cinta berlabuh, ternyata tak dinyana ketemu juga. Bertemu di tempat yang juga tak kau kira.

Tak disangka pujaan hati datang, lewat pandangan pertama. Benarkah ada cinta lewat pandangan pertama? Dari mata turun ke hati. Awalnya dari saling pandang, tatapan penuh cinta. Yakni cinta naluri seorang laki-laki dan perempuan yang tuna asmara. Dan kita bertanya dalam hati, apa memang kita berjodoh? Apa memang pandangan pertama itu jalan cinta kita?

Tapi cukupkah hanya dengan cinta pada pandangan pertama, dengan saling pandang, saling tatap meski hanya sepintas, lalu berkenalan, dan berjodohlah. Dari yang bukan siapa-siapa, menjadi siapa saya jika tanpamu. Dari yang tidak saling kenal, menjadi orang yang diingat-ingat sepanjang waktu. Bisakah? Mungkinkah?

Lalu kita menjawab dengan pertanyaan pula, apakah Tuhan hanya membatasi jodoh pada link-link di sekitar kita, entah link teman, saudara, atau apa. Link kita hanyalah Allah, biar Tuhan yang mempertemukan lagi mempersatukan cinta kita. Jika Allah menakdirkan pandangan pertama adalah jalan cinta kita, dan itulah karunia. Tapi benarkah itu karunia? Atau mungkin ujian dari Yang Kuasa?

Tapi bukankah kita lihat bukti nyata, sejoli yang berumah tangga mesra hanya lewat facebook. Bukankah kita saksikan sepasang suami-istri menyatu hanya dengan berkenalan, saling dekat lalu menikah. Bukankah hati kita mengetahui siapa hati yang paling tepat baginya.

Dan apakah cukup hanya dengan mengandalkan hati kita? Sementara hati kita masih kotor. Kita takut, bukan hati yang bersih yang memberi cinta, tapi hanyalah setan-setan yang menyusup membawa nafsu syahwat. Bukan hati yang dipenuhi iman yang membuahkan cinta, tapi hati mendung bergelayut yang terbawa emosi-emosi cinta?

Apakah benar dan dibenarkan hanya dengan pandangan kemudian engkau tertarik dan jatuh cinta? Tapi bukankah itu manusiawi. Dan apakah salahnya dengan mata, hati, dan naluri cinta yang Allah beri. Bukankah cinta adalah anugerah terbesar bagi umat manusia. Bukankah dengan cinta mampu menyatukan yang terserak di antara dua yang berjauhan.

Tapi seperti apa proses menjalani tangga-tangga cinta hingga menuju rumah tangga? Aku takut salah menjalani jalan cinta ini. Aku takut, justru dengan cinta malah menambah murka Tuhan Sang Maha Cinta. Bimbing kami wahai Rabbi, tuntun kami agar tidak tersesat dan jatuh ke lembah maksiat yang Engkau benci, dan tak pernah Kau ridhoi. 

Kami ingin meniti jalan cinta yang bersih, jauh dari nafsu-nafsu kotor yang memperkeruh tangga cinta menuju janji suci, mitsaqan ghaliza. Aku ikut jalan-Mu, kembali pada agama-Mu, dan berpandu dengannya. Mungkin ini Tuhanku, jalan paling selamat yang bisa kulakukan untuk melangkah di jalan cinta yang mulai bersemi ini. Kami ingin agar Engkau wahai Tuhanku, meridhoi cinta kami, sampai kami kembali kepada-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar