Salahkah aku mencintaimu, duhai kasih?
“Jelas salah,” sahut orangtua itu
Kenapa? Apa salahku?
“Karena hatimu sudah salah,” jawab si Kakek
Apa maksudnya?
“Hatimu kotor, sementara hati wanita itu suci”
“Pikiranmu keruh, sementara pikiran wanita itu jernih”
“Jadi secara ruhani engkau salah mencintai orang”
“Maka pilihlah wanita yang sehati denganmu”
“Berhati kotor dan berpikiran keruh”
Aku terdiam, termenung, berpikir
Kalau itu jawabanmu, Kakek
Sungguh betapa tidak adilnya Tuhan
Bukankah harusnya aku bersama belahan hati yang suci
pikiran yang jernih
Agar aku ikut melebur ke dalam kesucian dan kejernihannya
Kalau ini jawabannya, mungkin akan lebih bijak, Kakek
Kali ini orangtua itu yang terdiam dan merenung
Tapi sejenak aku berpikir
Bagaimana kalau wanita yang kucintai
justru melebur ke dalam kekotoran dan kekeruhanku?
Saat itu, aku sangat berharap Socrates datang di hadapanku
agar bisa memberi jawaban bijak
Rihan Musadik
Ngayogyakarta Hadiningrat, 8 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar