Kalau ingin mencari hidup tanpa ujian, cobaan, ataupun
kesusahan bukan tempatnya di dunia. Hidup yang yang tanpa ujian hanyalah di
surga. Dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan.
Salah satu bentuk ujian hidup di dunia adalah adanya
gangguan-gangguan yang bersifat ghaib dari bala tentara jin dan antek-anteknya.
Bagi orang beriman, cara menghadapi perkara ghaib seperti ini adalah dengan
mengikuti aturan agama dan tidak menyelisihinya. Solusi islami menghadapi
gangguan-gangguan ghaib seperti ini adalah dengan “Ruqyah Syar’iyyah”.
Definisi Ruqyah
Secara etimologi, ruqyah adalah bacaan perlindungan. Setiap bacaan yang tujuannya untuk
perlindungan diri dan pengobatan disebut ruqyah. Secara terminologi, ruqyah adalah bacaan
perlindungan yang mengandung permintaan tolong kepada Allah untuk mencegah atau
mengobati bala dan penyakit. Ruqyah islami tidak berbeda jauh dengan doa atau
dzikir. Sifatnya bisa untuk pencegahan maupun pengobatan.
Landasan Historis
Di dalam hadits Imam Bukhari dijelaskan bahwa ruqyah sudah
pernah dipraktekkan oleh Nabi Ibrahim untuk dua orang putranya. Rasulullah
sendiri pernah meruqyah kedua cucunya Hasan dan Husain sebagaimana Nabi Ibrahim
pernah meruqyah kedua putranya.
Pada masa jahiliyah sebelum Sayyidina Muhammad diangkat
menjadi Nabi, orang-orang jahiliyah juga meruqyah, akan tetapi dengan
bacaan-bacaan atau mantra-mantra yang menyimpang dari ajaran Islam.
Rasulullah sendiri pernah meruqyah dirinya sendiri, seperti
yang dikisahkan dalam hadits Imam
Bukhari. Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah pada saat berbaring sebelum tidur,
mengumpulkan kedua tapak tangannya, kemudian membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq,
An-Nas lalu menyemburkannya (meniup sembari mengeluarkan sedikit semburan), dan
mengusapkannya pada bagian tubuh yang mampu dijangkaunya, hal ini dilakukan
sebanyak tiga kali.
Kanjeng Nabi juga pernah diruqyah oleh Jibril sewaktu beliau
disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin A’sham. Malaikat Jibril
turun dari langit, setelah berdialog dengan Nabi, kemudian Jibril meruqyahnya
(HR. Imam Muslim). Sayyidina Muhammmad yang notabene seorang Nabi juga bisa
terkena sihir, tentunya semua itu atas izin dan kehendak dari Allah. Tidak ada
sesuatu yang terjadi melainkan semua atas kehendak Allah.
Nabi juga pernah meruqyah sebagian sahabat yang terkena
penyakit kudis (HR. Imam Muslim). Rasulullah bahkan memerintahkan praktek
ruqyah dan membenarkan ruqyah yang dilakukan oleh sahabat. Dalam hadits
Asy-Syaikhani, Aisyah diperintah oleh Nabi untuk meruqyah penyakit ‘ain.
1. Bersih dari syirik
Para sahabat melaporkan bahwa dulu pada masa-masa jahililyah
telah mempraktekkan ruqyah. Islam melegalkan praktek ruqyah dengan syarat tidak
mengandung unsur kesyirikan, yakni bacaan-bacaannya tidak mengandung permintaan
kepada selain Allah. Bacaan-bacaannya haruslah menggunakan ayat-ayat suci
Al-Qur’an ataupun doa/dzikir seperti yang diajarkan Nabi.
2. Redaksi bacaan harus jelas maknanya
Bacaan atau teks yang dibaca harus jelas, tidak boleh tidak
bisa dipahami makna bacaannya, maknanya harus jelas seperti ayat-ayat Qur’an
dan bacaan dari hadits. Karena jika bacaan dan maknanya tidak jelas dan
samar-samar, kemungkinan mengandung nama selain Allah yang mengarah pada
kesyirikan.
3. Caranya harus benar
Cara-cara yang dilakukan harus sesuai dengan agama Islam dan
tidak boleh menyimpang dari agama, seperti dipersyaratkan harus dilakukan di
goa, diiringi puasa yang tidak syar’i (puasa mutih, ngebleng, ngrowot, pati
geni, ngidang, dsb.), menggunakan orang sebagai mediator jin untuk ditanya, tim
pemburu hantu, pindah penyakit ke telur atau hewan, ruqyah dengan aurat
terbuka, ruqyah dengan khalwat tanpa disertai mahram.
4. Meluruskan akidah atau keyakinan
Ruqyah penekanannya adalah pada bacaan, bukan pada sentuhan.
Kalaupun dengan sentuhan, harus sesuai syariat, misalnya mahram dan tidak boleh
menyentuh yang bukan mahram. Ruqyah hanyalah ikhtiar kita untuk penyembuhan,
sebab kesembuhan adalah semata-mata atas izin Allah. Jangan meyakini bahwa
kesembuhan disebabkan karena ustadz fulan lebih ampuh, yakinilah semua atas
izin Allah. Contohlah Nabi Ibrahim yang mengatakan, “Jika aku sakit yang
menyembuhkan hanyalah Allah”.
Pencegahan dengan Ruqyah
1. Menguatkan akidah tauhid
Yakinlah bahwa jin, syaitan, iblis tidak ada pengaruhnya
sama sekali bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya (An-Nahl: 99).
Jika ada suatu kampung yang penduduknya lebih dari tiga
orang, kalau sampai tidak didirikan shalat berjamaah, maka mereka akan dikuasai
syaitan (HR. Imam Abu Daud).
2. Istiqomah dalam berdzikir
Istiqomah (rutin) mengamalkan dzikir yang diajarkan Rasulullah, terutama dzikir pelindung pagi dan sore. Contoh kitab kumpulan dzikir yang disusun para ulama: al-ma’tsurat, ratib al-attas, ratib al-haddad, ratib al-kubro, wirdul latif. Minimal membaca Ayat Kursi satu kali, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tiga kali atau dzikir-dzikir lain yang ringan.
Istiqomah (rutin) mengamalkan dzikir yang diajarkan Rasulullah, terutama dzikir pelindung pagi dan sore. Contoh kitab kumpulan dzikir yang disusun para ulama: al-ma’tsurat, ratib al-attas, ratib al-haddad, ratib al-kubro, wirdul latif. Minimal membaca Ayat Kursi satu kali, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tiga kali atau dzikir-dzikir lain yang ringan.
3. Memagari rumah secara syar’i
Membaca basmalah, salam, atau dzikir yang lain sebelum/pada
saat masuk rumah; hal ini termasuk golongan yang akan dijaga oleh Allah (HR.
Abu Daud). Berdasarkan penjelasan Syaikh Abdullah Zaen, bacaan salam dilakukan
sebelum masuk ke rumah dan basmalah pada saat masuk ke rumah. Menutup jendela,
pintu, gorden, tempat air, dan segala benda dengan membaca basmalah. Juga
memakmurkan rumah kita dengan berbagai macam ibadah terutama membaca Al-Qur’an.
Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah selama tiga
hari (berturut-turut), maka setan tidak akan mendekatinya (HR. Imam Hakim).
Pengobatan dengan Ruqyah
Inti dari ruqyah syar’iyyah ada dua, yaitu: bacaan-bacaan
dari Al-Qur’an dan doa/dzikir dari Nabi shallallahu
ta’ala ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Seluruh ayat dalam Al-Qur’an bisa dijadikan ruqyah, biasanya
yang sering dibaca: Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Mu’awidzatain, Ayat
Kursi. Menurut Syaikh Abdullah Zaen Kedungwuluh, surat Al-Baqarah tidak bisa
dilawan oleh syaitan, jin, ataupun dukun.
Syaikh Kedungwuluh bercerita bahwa di Arab ada seorang
ustadz yang meruqyah seseorang dengan membaca Ayat Kursi terus-menerus, bahkan
hingga seratus kali bacaan, meskipun jin yang ada di dalam tubuh orang yang
diruqyah malah menirukan. Akan tetapi, jin yang dibacakan Ayat Kursi dan
menirukannya tersebut merasakan kesakitan yang luar biasa, jadi teruslah
membaca hingga jin tersebut benar-benar keluar.
Tingkat keimanan seseorang atau peruqyah sangatlah
berpengaruh terhadap hasil dari ruqyah. Ada seorang syaikh yang baru membaca
ta’awudz saja jin sudah langsung kabur dari orang yang diruqyah. Akan tetapi,
ada pula seseorang yang baru bisa mengusir jin dari tubuh seseorang setelah
meruqyah hampir semalaman. Seperti pengalaman Syaikh Abdullah Zaen yang pernah
meruqyah seseorang pada saat beliau di Madinah, beliau baru berhasil setelah
membacakan ruqyah hampir semalaman.
Salah satu cara yang disyariatkan adalah dengan cara
menyembur atau meniup dengan sedikit ludah pada tubuh fisik orang yang
diruqyah. Cara menyemburnya bisa sebelum dibacakan ruqyah, pada saat ruqyah,
ataupun sesudah membaca ruqyah. Semuanya ada contoh dan landasannya dari Nabi.
Pada saat melakukan ruqyah, sebaiknya peruqyah tidak usah banyak dialog dengan jin yang ada pada tubuh orang tersebut, tidak perlu banyak negosiasi dengan jin pengganggu. Ruqyah saja terus.
Pada saat melakukan ruqyah, sebaiknya peruqyah tidak usah banyak dialog dengan jin yang ada pada tubuh orang tersebut, tidak perlu banyak negosiasi dengan jin pengganggu. Ruqyah saja terus.
Perlu diketahui bahwa praktek ruqyah bukan monopoli ustadz,
kyai, ajengan, dan lain-lain. Artinya, siapapun bisa meruqyah seseorang asalkan
bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, serta memiliki akidah tauhid yang
kuat. Hanya saja, seorang peruqyah juga harus selalu istiqomah menjaga dirinya
dengan dzikir-dzikir perlindungan, terutama dzikir pagi dan sore.
Bisa saja
peruqyah justru yang malah akan diserang jin dan kesurupan pada saat meruqyah
seseorang ketika dirinya tidak siap secara lahir dan batin. Oleh karena itu,
sebaiknya orang yang meruqyah adalah orang-orang yang memang siap secara
rohani., kuat imannya, lurus akidahnya, ikhlas dalam melakukannya, selalu
mendekatkan diri kepada Allah serta bertawakkal kepada Allah.
Ruqyah akan berhasil jika kita benar-benar yakin kepada
Allah, begitu pula doa akan cepat dikabulkan, jika terdapat keyakinan bahwa
Allah akan mengabulkannya. Dalam hadits disebutkan bahwa berdoalah pada saat
yakin kepada Allah (HR. Imam Tirmidzi). Logikanya, kalau kita yakin bisa sembuh
dengan obat-obat kimia buatan manusia, kenapa kita tidak yakin dengan ruqyah
yang diajarkan Nabi menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang sudah pasti benar
dan disyariatkan Allah?
Apa Saja yang Bisa Disembuhkan dengan Ruqyah?
Apa Saja yang Bisa Disembuhkan dengan Ruqyah?
Yaitu penyakit medis maupun non-medis. Penyakit medis adalah
penyakit yang disebabkan oleh hal-hal yang kasat mata (rasional), secara umum tampak
secara fisik dan bisa disembuhkan secara kedokteran, misalnya: tersengat
binatang, gatal-gatal, bengkak, sakit jiwa (ada yang medis maupun non-medis/gangguan
jin), dsb.
Penyakit non-medis adalah penyakit yang disebabkan oleh
hal-hal yang bersifat ghaib alias tidak kasat mata (irasional), misalnya:
1. Sihir (pelet, santet, teluh, pengasih, kiriman jin)
Salah satu caranya yaitu dengan memusnahkan media sihir, seperti jimat, rajah,
buhul tali, dan sebagainya.
2. Kesurupan
Caranya dengan ruqyah, dibacakan ayat-ayat
suci Al-Qur’an, misalnya: Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Mu’awidzatain,
Ayat Kursi.
3. Penyakit ‘ain
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh
pandangan mata kagum tetapi diiringi dengan perasaan iri/dengki dari orang yang
memandang, sehingga orang dipandang mendapat celaka. Kanjeng Nabi dawuh, “Penyakit
yang disebabkan ‘ain itu benar adanya”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Syaikh Kedungwuluh menceritakan sebuah kisah, ada seorang
bayi lucu yang dibawa oleh ibunya ke pasar, kemudian banyak orang di pasar yang
memandangnya, hingga akhirnya bayi tersebut mati. Kita tidak tahu ada orang
yang memandang kagum dengan tulus, tapi ada juga yang memandang dengan perasaan
yang dengki dan penuh kebencian. Orang yang memandang dengan perasaan dengki
dan benci inilah yang menyebabkan penyakit ‘ain bagi orang yang dipandangnya. Oleh
karena itu, kita harus istiqomah membaca dzikir perlindungan pagi dan sore
seperti yang diriwayatkan dalam banyak hadits dan kitab-kitab para ulama.
Untuk penyakit ‘ain sendiri, salah satu penyembuhannya cukup
pelik, yakni dengan cara meminta orang yang kita anggap menjadi penyebab
penyakit ‘ain (memandang dengan dengki dan benci) untuk berwudhu, kemudian
bekas air wudhunya diusapkan/diguyurkan pada orang yang terkena penyakit ‘ain. Hal
ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik.
*Catatan tabligh akbar dengan tajuk "Akrab dengan Ruqyah" yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA pada Ahad pagi, 6 Rabi'ul Awwal 1436 H / 28 Desember 2014 bertempat di Masjid Agung Darussalam Purbalingga. Tulisan di atas ada beberapa penambahan dari pencatat.
*Catatan tabligh akbar dengan tajuk "Akrab dengan Ruqyah" yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA pada Ahad pagi, 6 Rabi'ul Awwal 1436 H / 28 Desember 2014 bertempat di Masjid Agung Darussalam Purbalingga. Tulisan di atas ada beberapa penambahan dari pencatat.
By Rihan Musadik
@Rihan......artikel tentang Ruqyah yang bermanfaat.....
BalasHapusterimakasih sudah menuliskannya.... :-)
Sama-sama Syaikh... Tunggu catatan saya berikutnya dari para Asatidz Masjid Nabawi Jawa.
Hapus