Rabu, 04 November 2015

Akrab dengan Ruqyah

Prolog

Kalau ingin mencari hidup tanpa ujian, cobaan, ataupun kesusahan bukan tempatnya di dunia. Hidup yang yang tanpa ujian hanyalah di surga. Dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan.

Salah satu bentuk ujian hidup di dunia adalah adanya gangguan-gangguan yang bersifat ghaib dari bala tentara jin dan antek-anteknya. Bagi orang beriman, cara menghadapi perkara ghaib seperti ini adalah dengan mengikuti aturan agama dan tidak menyelisihinya. Solusi islami menghadapi gangguan-gangguan ghaib seperti ini adalah dengan “Ruqyah Syar’iyyah”.

Definisi Ruqyah

Secara etimologi, ruqyah adalah bacaan perlindungan. Setiap bacaan yang tujuannya untuk perlindungan diri dan pengobatan disebut ruqyah. Secara terminologi, ruqyah adalah bacaan perlindungan yang mengandung permintaan tolong kepada Allah untuk mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Ruqyah islami tidak berbeda jauh dengan doa atau dzikir. Sifatnya bisa untuk pencegahan maupun pengobatan.

Landasan Historis

Di dalam hadits Imam Bukhari dijelaskan bahwa ruqyah sudah pernah dipraktekkan oleh Nabi Ibrahim untuk dua orang putranya. Rasulullah sendiri pernah meruqyah kedua cucunya Hasan dan Husain sebagaimana Nabi Ibrahim pernah meruqyah kedua putranya. 

Pada masa jahiliyah sebelum Sayyidina Muhammad diangkat menjadi Nabi, orang-orang jahiliyah juga meruqyah, akan tetapi dengan bacaan-bacaan atau mantra-mantra yang menyimpang dari ajaran Islam.

Rasulullah sendiri pernah meruqyah dirinya sendiri, seperti yang dikisahkan dalam hadits Imam Bukhari. Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah pada saat berbaring sebelum tidur, mengumpulkan kedua tapak tangannya, kemudian membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas lalu menyemburkannya (meniup sembari mengeluarkan sedikit semburan), dan mengusapkannya pada bagian tubuh yang mampu dijangkaunya, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Kanjeng Nabi juga pernah diruqyah oleh Jibril sewaktu beliau disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin A’sham. Malaikat Jibril turun dari langit, setelah berdialog dengan Nabi, kemudian Jibril meruqyahnya (HR. Imam Muslim). Sayyidina Muhammmad yang notabene seorang Nabi juga bisa terkena sihir, tentunya semua itu atas izin dan kehendak dari Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi melainkan semua atas kehendak Allah.

Nabi juga pernah meruqyah sebagian sahabat yang terkena penyakit kudis (HR. Imam Muslim). Rasulullah bahkan memerintahkan praktek ruqyah dan membenarkan ruqyah yang dilakukan oleh sahabat. Dalam hadits Asy-Syaikhani, Aisyah diperintah oleh Nabi untuk meruqyah penyakit ‘ain.

Ciri-Ciri Ruqyah Syar’iyyah

1. Bersih dari syirik

Para sahabat melaporkan bahwa dulu pada masa-masa jahililyah telah mempraktekkan ruqyah. Islam melegalkan praktek ruqyah dengan syarat tidak mengandung unsur kesyirikan, yakni bacaan-bacaannya tidak mengandung permintaan kepada selain Allah. Bacaan-bacaannya haruslah menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an ataupun doa/dzikir seperti yang diajarkan Nabi.

2. Redaksi bacaan harus jelas maknanya 

Bacaan atau teks yang dibaca harus jelas, tidak boleh tidak bisa dipahami makna bacaannya, maknanya harus jelas seperti ayat-ayat Qur’an dan bacaan dari hadits. Karena jika bacaan dan maknanya tidak jelas dan samar-samar, kemungkinan mengandung nama selain Allah yang mengarah pada kesyirikan.

3. Caranya harus benar

Cara-cara yang dilakukan harus sesuai dengan agama Islam dan tidak boleh menyimpang dari agama, seperti dipersyaratkan harus dilakukan di goa, diiringi puasa yang tidak syar’i (puasa mutih, ngebleng, ngrowot, pati geni, ngidang, dsb.), menggunakan orang sebagai mediator jin untuk ditanya, tim pemburu hantu, pindah penyakit ke telur atau hewan, ruqyah dengan aurat terbuka, ruqyah dengan khalwat tanpa disertai mahram.

4. Meluruskan akidah atau keyakinan

Ruqyah penekanannya adalah pada bacaan, bukan pada sentuhan. Kalaupun dengan sentuhan, harus sesuai syariat, misalnya mahram dan tidak boleh menyentuh yang bukan mahram. Ruqyah hanyalah ikhtiar kita untuk penyembuhan, sebab kesembuhan adalah semata-mata atas izin Allah. Jangan meyakini bahwa kesembuhan disebabkan karena ustadz fulan lebih ampuh, yakinilah semua atas izin Allah. Contohlah Nabi Ibrahim yang mengatakan, “Jika aku sakit yang menyembuhkan hanyalah Allah”.

Pencegahan dengan Ruqyah

1. Menguatkan akidah tauhid

Yakinlah bahwa jin, syaitan, iblis tidak ada pengaruhnya sama sekali bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya (An-Nahl: 99).

Jika ada suatu kampung yang penduduknya lebih dari tiga orang, kalau sampai tidak didirikan shalat berjamaah, maka mereka akan dikuasai syaitan (HR. Imam Abu Daud).

2. Istiqomah dalam berdzikir

Istiqomah (rutin) mengamalkan dzikir yang diajarkan Rasulullah, terutama dzikir pelindung pagi dan sore. Contoh kitab kumpulan dzikir yang disusun para ulama: al-ma’tsurat, ratib al-attas, ratib al-haddad, ratib al-kubro, wirdul latif. Minimal membaca Ayat Kursi satu kali, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tiga kali atau dzikir-dzikir lain yang ringan. 

3. Memagari rumah secara syar’i

Membaca basmalah, salam, atau dzikir yang lain sebelum/pada saat masuk rumah; hal ini termasuk golongan yang akan dijaga oleh Allah (HR. Abu Daud). Berdasarkan penjelasan Syaikh Abdullah Zaen, bacaan salam dilakukan sebelum masuk ke rumah dan basmalah pada saat masuk ke rumah. Menutup jendela, pintu, gorden, tempat air, dan segala benda dengan membaca basmalah. Juga memakmurkan rumah kita dengan berbagai macam ibadah terutama membaca Al-Qur’an. Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah selama tiga hari (berturut-turut), maka setan tidak akan mendekatinya (HR. Imam Hakim).

Pengobatan dengan Ruqyah

Inti dari ruqyah syar’iyyah ada dua, yaitu: bacaan-bacaan dari Al-Qur’an dan doa/dzikir dari Nabi shallallahu ta’ala ‘alaihi wa aalihi wa sallam.

Seluruh ayat dalam Al-Qur’an bisa dijadikan ruqyah, biasanya yang sering dibaca: Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Mu’awidzatain, Ayat Kursi. Menurut Syaikh Abdullah Zaen Kedungwuluh, surat Al-Baqarah tidak bisa dilawan oleh syaitan, jin, ataupun dukun. 

Syaikh Kedungwuluh bercerita bahwa di Arab ada seorang ustadz yang meruqyah seseorang dengan membaca Ayat Kursi terus-menerus, bahkan hingga seratus kali bacaan, meskipun jin yang ada di dalam tubuh orang yang diruqyah malah menirukan. Akan tetapi, jin yang dibacakan Ayat Kursi dan menirukannya tersebut merasakan kesakitan yang luar biasa, jadi teruslah membaca hingga jin tersebut benar-benar keluar.

Tingkat keimanan seseorang atau peruqyah sangatlah berpengaruh terhadap hasil dari ruqyah. Ada seorang syaikh yang baru membaca ta’awudz saja jin sudah langsung kabur dari orang yang diruqyah. Akan tetapi, ada pula seseorang yang baru bisa mengusir jin dari tubuh seseorang setelah meruqyah hampir semalaman. Seperti pengalaman Syaikh Abdullah Zaen yang pernah meruqyah seseorang pada saat beliau di Madinah, beliau baru berhasil setelah membacakan ruqyah hampir semalaman.

Salah satu cara yang disyariatkan adalah dengan cara menyembur atau meniup dengan sedikit ludah pada tubuh fisik orang yang diruqyah. Cara menyemburnya bisa sebelum dibacakan ruqyah, pada saat ruqyah, ataupun sesudah membaca ruqyah. Semuanya ada contoh dan landasannya dari Nabi.

Pada saat melakukan ruqyah, sebaiknya peruqyah tidak usah banyak dialog dengan jin yang ada pada tubuh orang tersebut, tidak perlu banyak negosiasi dengan jin pengganggu. Ruqyah saja terus.

Perlu diketahui bahwa praktek ruqyah bukan monopoli ustadz, kyai, ajengan, dan lain-lain. Artinya, siapapun bisa meruqyah seseorang asalkan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, serta memiliki akidah tauhid yang kuat. Hanya saja, seorang peruqyah juga harus selalu istiqomah menjaga dirinya dengan dzikir-dzikir perlindungan, terutama dzikir pagi dan sore. 

Bisa saja peruqyah justru yang malah akan diserang jin dan kesurupan pada saat meruqyah seseorang ketika dirinya tidak siap secara lahir dan batin. Oleh karena itu, sebaiknya orang yang meruqyah adalah orang-orang yang memang siap secara rohani., kuat imannya, lurus akidahnya, ikhlas dalam melakukannya, selalu mendekatkan diri kepada Allah serta bertawakkal kepada Allah.

Ruqyah akan berhasil jika kita benar-benar yakin kepada Allah, begitu pula doa akan cepat dikabulkan, jika terdapat keyakinan bahwa Allah akan mengabulkannya. Dalam hadits disebutkan bahwa berdoalah pada saat yakin kepada Allah (HR. Imam Tirmidzi). Logikanya, kalau kita yakin bisa sembuh dengan obat-obat kimia buatan manusia, kenapa kita tidak yakin dengan ruqyah yang diajarkan Nabi menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang sudah pasti benar dan disyariatkan Allah? 

Apa Saja yang Bisa Disembuhkan dengan Ruqyah?

Yaitu penyakit medis maupun non-medis. Penyakit medis adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal yang kasat mata (rasional), secara umum tampak secara fisik dan bisa disembuhkan secara kedokteran, misalnya: tersengat binatang, gatal-gatal, bengkak, sakit jiwa (ada yang medis maupun non-medis/gangguan jin), dsb.

Penyakit non-medis adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat ghaib alias tidak kasat mata (irasional), misalnya:

1. Sihir (pelet, santet, teluh, pengasih, kiriman jin)

Salah satu caranya yaitu dengan memusnahkan media sihir, seperti jimat, rajah, buhul tali, dan sebagainya.

2. Kesurupan

Caranya dengan ruqyah, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, misalnya: Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Mu’awidzatain, Ayat Kursi. 

3. Penyakit ‘ain

Yaitu penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata kagum tetapi diiringi dengan perasaan iri/dengki dari orang yang memandang, sehingga orang dipandang mendapat celaka. Kanjeng Nabi dawuh, “Penyakit yang disebabkan ‘ain itu benar adanya” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Syaikh Kedungwuluh menceritakan sebuah kisah, ada seorang bayi lucu yang dibawa oleh ibunya ke pasar, kemudian banyak orang di pasar yang memandangnya, hingga akhirnya bayi tersebut mati. Kita tidak tahu ada orang yang memandang kagum dengan tulus, tapi ada juga yang memandang dengan perasaan yang dengki dan penuh kebencian. Orang yang memandang dengan perasaan dengki dan benci inilah yang menyebabkan penyakit ‘ain bagi orang yang dipandangnya. Oleh karena itu, kita harus istiqomah membaca dzikir perlindungan pagi dan sore seperti yang diriwayatkan dalam banyak hadits dan kitab-kitab para ulama.

Untuk penyakit ‘ain sendiri, salah satu penyembuhannya cukup pelik, yakni dengan cara meminta orang yang kita anggap menjadi penyebab penyakit ‘ain (memandang dengan dengki dan benci) untuk berwudhu, kemudian bekas air wudhunya diusapkan/diguyurkan pada orang yang terkena penyakit ‘ain. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik. 


*Catatan tabligh akbar dengan tajuk "Akrab dengan Ruqyah" yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA pada Ahad pagi, 6 Rabi'ul Awwal 1436 H / 28 Desember 2014 bertempat di Masjid Agung Darussalam Purbalingga. Tulisan di atas ada beberapa penambahan dari pencatat.

By Rihan Musadik

2 komentar:

  1. @Rihan......artikel tentang Ruqyah yang bermanfaat.....

    terimakasih sudah menuliskannya.... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Syaikh... Tunggu catatan saya berikutnya dari para Asatidz Masjid Nabawi Jawa.

      Hapus