Selasa, 19 Agustus 2014

Dampak Penggunaan PSS (Protector Scoring System) dalam Pertandingan Taekwondo - BAB III


BAB III
PEMBAHASAN

Penggunaan suatu alat yang berbasis sains dan teknologi, tentu akan sangat menguntungkan apabila bisa digunakan secara tepat dan proporsional. Akan tetapi, penggunaan sebuah teknologi bukanlah tanpa kendala, kerugian, kekurangan, dan kelemahan. Di satu sisi ada dampak yang ditimbulkannya, karena sifat dari sains dan teknologi adalah selalu menghasilkan solusi, tetapi di lain pihak juga memunculkan suatu masalah baru yang butuh pemecahan kembali.

Begitu juga dalam dunia olahraga, penerapan teknologi dalam bidang olahraga, baik kepelatihan maupun pertandingan, di satu sisi membawa keuntungan tersendiri, tetapi pada sisi lain juga melahirkan masalah-masalah baru. Salah satu contohnya yang sedang dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan alat PSS (Protector Scoring System), IVR (Instant Video Replay) dalam pertandingan taekwondo kategori kyorugi (fight), yang tentu saja akan membawa keuntungan tersendiri, tetapi juga akan dibahas kerugian dan kekurangannya, khususnya bagi taekwondo di Indonesia. 

Keuntungan Penggunaan PSS

Hampir semua cabang olahraga di dunia saat ini sedang berevolusi memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong agar kegiatan olahraga, terutama dalam pertandingan atau kejuaraan internasional memperoleh hasil atau penilaian yang lebih objektif, sehingga unsur subjektivitas bisa diminimalkan (pelatnastaekwondo.wordpress.com). Penggunaan alat PSS ini memberi keuntungan tersendiri pada keobjektifan dalam memberikan poin, karena tendangan yang sah untuk mendapatkan poin akan sangat terukur. Tendangan yang berhak untuk mendapat poin adalah tendangan yang tepat mengenai area poin body protector dan dengan power yang tepat sesuai dengan masing-masing bobot pada masing-masing kelas dalam kyorugi.

Dengan lain perkataan, secara teknis area pelindung badan atlet akan dipasang sensor dengan kepekaan/power berbeda sesuai bobot kelas. Kemudian pada kaki dipasang kaos kaki yang juga menggunakan sensor. Sehingga bila terjadi tendangan kaki dari daerah yang mengenakan kaos kaki sensor ke area sensor body protector, maka akan muncul poin. Selain itu PSS juga mampu mendeteksi secara akurat sebuah tendangan yang valid maupun yang tidak valid. Penggunaan PSS tersebut juga terbukti mampu meminimalisir keputusan kontroversial wasit yang dapat mengakibatkan seorang taekwondoin bisa kehilangan kesempatan dalam memenangkan sebuah pertandingan (pelatnastaekwondo.wordpress.com).

Hal ini sangat berbeda dengan pemberian poin pada peraturan yang sebelumnya, dimana unsur subjektivitas wasit sangat kental, juga besarnya resiko kesalahan karena human error, entah karena juri yang kelelahan, kurang konsentrasi, dan sebagainya. Penggunaan pelindung badan elektronik ini menjawab semua itu, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan PSS ini dapat memberikan objektivitas dalam penilaian, sekaligus akan meminimalisir kecurangan juri dalam memberikan poin.

Keuntungan kedua dari PSS adalah mengurangi atau meminimalkan angka terjadinya cedera dan tingkat keparahan cedera. Karena berdasarkan penelitian WTF selama ini, banyak sekali taekwondoin yang mengalami cedera dengan tingkat keparahannya baik ringan, sedang, maupun parah. Tetapi setelah dikenalkan dan diterapkan aturan baru oleh WTF pada tahun 2010 sangat mempengaruhi tingkat cedera atlet, karena dari tahun ke tahun tingkat cedera atlet turun secara konsisiten dan tingkat keparahan cedera juga menurun.

Hal ini berarti pengenalan peraturan baru dalam pertandingan kyorugi dengan berbagai aspeknya, bersama dengan PSS dan IVR sangat tepat sekali, karena berdasarkan hasil penelitian tingkat cedera turun 18,4% dalam empat tahun, tetapi dua musim terakhir saja telah terlihat penurunan sebesar 16,2% (Paul Viscogliosi, 2012: 9).

Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa penggunaan PSS dapat mengurangi resiko cedera pada taekwondoin dan tingkat keparahannya, meskipun cedera dalam bertanding merupakan sesuatu yang lazim terjadi. Ini disebabkan karena penggunaan PSS akan berpengaruh pada gaya bertanding atlet, yang lebih mengutamakan teknik dan taktik untuk mendapatkan poin. Bahkan sekarang poin dapat diperoleh hanya dengan sentuhan ringan di kepala, jadi fokus atlet terutama pada kelincahan, ketepatan dan kecepatan gerakan, daripada menghasilkan gaya maksimum. Dan ini pada gilirannya berdampak positif dengan penurunan resiko cedera dan tingkat keparahannya. 

Di samping itu penggunaan PSS dalam pertandingan fight taekwondo juga menunjukan bahwa taekwondo adalah olahraga beladiri modern yang menerapkan bisa sains dan teknologi dalam prakteknya di lapangan. Dan secara tidak langsung, hal ini akan menggeser paradigma bahwa olahraga taekwondo adalah olahraga yang mementingkan aspek fisik atau kekuatan belaka, dan karenanya seorang atlet taekwondo bagaikan seorang “robot” yang beradu kekuatan hanya untuk memperebutkan sebuah medali.

Oleh karena itu, di tengah gencarnya ideologi global semacam humanisme atau memanusiakan manusia, alat PSS dan berbagai peraturan lainnya dalam taekwondo seolah menjawab ideologi tersebut bak gayung bersambut. Karena betapapun, atlet adalah manusia yang memiliki perasaan dan jiwa yang peka meskipun atlet sekuat apapun.

Bahkan menurut Sukadiyanto (2009: 2), manusia merupakan satu totalitas sistem psiko-fisik yang kompleks, itu berarti keberadaan atlet sebagai seorang manusia tidak dapat diperlakukan seperti “mesin penghasil medali” yang terus dituntut untuk menghasilkan medali. Dari peraturan baru ini berupa penggunaan PSS, IVR, pelindung tubuh dan alat bantu yang lainnya, akan lebih terlihat sisi kemanusiaan atlet yang lebih mengutamakan teknik, taktik, mental, dan permainan yang fair dan sportif, tanpa mengesampingkan aspek-aspek yang lainnya. 

Kerugian Penggunaan PSS 

Perkembangan sains dan teknologi dengan beragam aplikasinya dalam berbagai sendi kehidupan, tentu akan membawa keuntungan tersendiri, begitu juga penerapan sains dan teknologi dalam bidang olahraga juga dirasakan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan suatu cabang olahraga. Meskipun demikian, hal ini bukannya tanpa ada kelemahan ataupun kendala, penerapan suatu teknologi seringkali justru malah membawa masalah baru tersendiri yang juga membutuhkan solusi. Oleh karena itu, perlu dibahas dalam bab ini kerugian atau kekurangan penggunaan PSS dalam pertandingan taekwondo kategori kyorugi.

Salah satu permasalahan penggunaan PSS adalah persoalan biaya, satu set perangkat PSS bisa mencapai sekitar 20 juta. Tentu saja ini bukan biaya yang murah untuk ukuran sebuah dojang ataupun pengkab. Padahal dalam prakteknya membutuhan beberapa set PSS secara masif untuk digunakan bertanding. Oleh karena itu, tidak semua klub/dojang maupun pengkab memiliki alat canggih ini, karena terkendala biaya yang mahal.

Oleh sebab itu, pengadaan yang sulit dari alat ini, baik di tingkat kabupaten apalagi klub atau dojang karena memang harganya yang kurang terjangkau, membuat tidak semua atlet terbiasa untuk menggunakan alat ini karena memang belum terbiasa menggunakannya. Dan ini sangat berpengaruh ketika dalam bertanding, dimana perubahan gaya bertanding akan ikut beradaptasi dengan alat ini untuk mendapatkan poin. Padahal untuk terbiasa, maka atlet harus banyak mengikuti kejuaraan yang menerapkan sistem tersebut, sedangkan harga alat tersebut tidaklah murah. Karenanya, paling tidak dari pengprov berupaya membantu dengan meminjamkan alat, termasuk jika ada kejuaraan di tingkat daerah (http://www.suaramerdeka.com).

Kemudian kekurangan dari PSS adalah terbatas pada pertandingan saja, sedangkan dalam proses latihan akan sangat sulit digunakan, karena membutuhkan rangkaian sistem elektronik atau sensor yang rumit, dan perangkat-perangkat yang lainnya. Di samping jika sering digunakan dalam latihan akan cepat rusak, karena alat ini sangat sensitif pada bagian chip yang terpasang berupa sensor yang mendeteksi tendangan yang masuk. Dan kalau rusak, butuh biaya mahal untuk membelinya lagi, kalaupun bisa diperbaiki tentu akan lebih rumit, bahkan membutuhkan seorang teknisi yang ahli.

Kekurangan PSS lainnya adalah sensitivitas alat ini, dalam radius 100 meter harus bersih dari gangguan. Karena jika ada gangguan yang berasal dari sinyal handphone atau alat elektronika lainnya akan mengganggu dari fungsi PSS itu sendiri. Jadi penggunaan alat ini, terlebih saat pertandingan berlangsung, harus lebih berhati-hati karena memang sensor alat ini sangat sensitif (http://m.cekskor.com). Hal ini tentu saja membutuhkan kontrol yang ketat untuk menjauhkan atau menonaktifkan handphone ataupun alat elektronik milik penonton dan orang-orang disekitar pertandingan, agar tidak mengganggu kelancaran pertandingan. Dan ini juga merupakan kesulitan tersendiri yang harus diatasi oleh panitia sebuah kejuaraan taekwondo.

Kemudian dampak penggunaan teknologi dalam taekwondo, terutama PSS (Protector Scoring System), yang jelas akan sangat mengubah gaya bertanding atlet, teknik tendangan yang digunakan juga banyak yang berubah. Kalau sebelum penggunaan PSS, dollyo chagi dengan berbagai variasinya sering dipakai, setelah diterapkannya PSS bukan hanya dollyo saja yang sering dipakai, tendangan yeop chagi juga tak kalah sering digunakan untuk mendapatkan poin, karena tendangan yang menggunakan perkenaan telapak kaki bagian bawah ini, dibagian kaos kaki sensornya juga terdapat chip untuk mendapatkan poin. Sehingga atlet perlu menggunakan teknik, taktik, dan strategi baru yang lebih efektif dan efisien.

Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap proses latihan teknik dan taktik, serta perubahan style atlet. Oleh karena itu, ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi para pelatih untuk menerapkan dan membuat model-model latihan yang tepat untuk bertanding, terutama pada latihan teknik dan taktik. Di samping itu pelatih juga harus banyak memberikan latihan mental bagi para atletnya, karena penggunaan PSS ini dalam prakteknya sangat sulit mendapatkan poin.

Dari hasil pengamatan penulis, sedikit saja melakukan tangkisan; tendangan lawan akan bisa diantisipasi, begitu pula kalau power tendangan kurang, poin juga tidak akan keluar. Ini dapat dilihat dari hasil beberapa pertandingan yang menggunakan PSS, poin yang dihasilkan lebih sedikit jika dibanding denga sistem yang lama. Maka kesulitan mendapat poin ini juga akan mempengaruhi mental atlet, karena bisa saja atlet akan frustrasi karena sulitnya memperoleh poin.

Di sisi lain, sistem peraturan pertandingan terkait dengan penilaian atau poin sebenarnya tidak sepenuhnya objektif. Sebab, poin yang dihasilkan ke kepala masih menggunakan sistem manual, dimana juri sudut yang memberikan poin. Hanya saja berdasarkan peraturan, poin dapat diperoleh hanya dengan tendangan yang tepat menyentuh kepala, meskipun tidak keras. Dengan kata lain, sentuhan yang ringan menggunakan kaki ke kepala bisa menghasilkan poin. Ini berarti unsur subjektivitas masih tetap ada dalam peraturan terbaru yang menggunakan PSS ini, terkecuali kalau pelindung kepalanya juga memakai sistem elektronik, dimungkinkan akan lebih objektif lagi. 

Kategori poin yang telah mengalami perubahan semenjak diterapkannya PSS ini, yaitu tendangan yang lebih kompleks atau tendangan memutar semacam dwi chagi, dwi furigi, atau dolke chagi mendapat poin jauh lebih besar dibanding tendangan yang lain seperti dijelaskan dalam kajian teori. Hal ini membuat pelatih menerapkan latihan dengan gerakan-gerakan tersebut dan lebih difokuskan pada sasaran kepala, karena memang poinnya yang lebih besar. Ini berarti fokus atlet lebih kepada ketepatan, akurasi, timing, kelincahan, kecepatan, serta teknik dan taktik yang baik. Meskipun tidak dikategorikan sebagai kekurangan dari PSS, tapi boleh dikatakan bahwa ini merupakan dampak dari penggunaan PSS itu sendiri. 

Bersambung...

3 komentar:

  1. saya mau tanya pak.. di atas bapak memberitahu kalau penilaian tidak sepenuhnya otomatis itu bagaimana ya? terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ini pertanyaan yang kritis sekaligus koreksi. Pada paragraf sebelum akhir tertulis: "Tidak sepenuhnya otomatis". Sebenarnya yg saya maksud: "Tidak sepenuhnya objektif". Sebab, poin yang dihasilkan jika menendang kepala masih menggunakan "scoring machine" (mirip stik playstation) yang nilainya akan keluar berdasarkan penilaian juri sudut.

      Kalau poin bagian badan memang sudah otomatis karena body protectornya terpasang alat PSS. Nah, kalau head guard blm ada, penilaiannya masih pakai scoring machine, unsur subjektivitas masih ada. Jadi, sistem penilaian tidak/belum sepenuhnya objektif.

      Salam Kenal.

      Hapus
  2. Solusi PSS sekarang sudah ada.. silakan coba PSS dan software buatan saya ..monggo mampir.. https://www.facebook.com/MatrasBeladiriDanPermainan/photos/a.548695708504665.1073741827.548691951838374/982640388443526/?type=1&theater

    BalasHapus