Oleh: Rihan Musadik
Berkata sopan dan lemah lembut adalah bagian dari
akhlak Islam yang wajib dipraktekkan oleh setiap muslim yang selalu menjaga
imannya. Berkata yang baik serta tidak menyakitkan lawan bicara juga merupakan
etika universal yang setiap orang pasti mengakuinya. Bukan hanya kepada sesama
muslim saja kita diajarkan untuk berkata-kata yang baik dan lemah lembut,
tetapi kepada siapapun, baik muslim maupun non-muslim, lawan debat ataupun
kawan akrab, bahkan kepada musuh sekalipun kita juga diharuskan untuk berkata
baik dan lemah lembut.
Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa
untuk berkata lemah lembut kepada Fir’aun dalam rangka mengajak kepada agama
Allah. Tujuannya agar dengan kata-kata yang lemah lembut, Fir'aun bisa terbuka hatinya untuk menerima kebenaran dan mengikuti agama Allah. Dalam ayat lain juga disebutkan, ”Tolaklah keburukan itu dengan cara
yang lebih baik, maka orang yang memusuhimu seketika akan berubah menjadi teman akrab”.
Juga ayat yang berbunyi, “Bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
Selain firman Allah, sabda Nabi juga banyak
mewasiatkan kepada setiap muslim untuk senantiasa menjaga lisannya dari
kata-kata yang buruk. Kata Nabi, “Seorang muslim adalah yang orang lain merasa
aman dari lisan dan tangannya. Di lain kesempatan, beliau juga bersabda, “Barangsiapa
yang mampu menjamin kepadaku untuk selalu menjaga lisan dan kemaluannya, aku
jamin baginya surga”. Begitu perhatiannya agama Islam dalam mengajarkan ucapan-ucapan
yang baik, menjauhi kata-kata yang buruk serta menyinggung perasaan orang lain,
hingga Rasulullah pun mengisyaratkan bahwa ucapan yang baik merupkan salah satu
indikator dari keimanan seseorang. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam,” demikian Rasulullah
bersabda.
Agama Islam mengajarkan bukan hanya pada isi ucapan yang
baik sekaligus benar, tetapi juga bagaimana cara kita mengucapkan atau
menyampaikannya dengan lemah lembut dan jangan sampai melukai perasaan orang
yang kita ajak bicara. Boleh jadi seseorang menyampaikan sebuah nasihat
kebaikan, tetapi karena caranya dalam menyampaikan kasar, penuh emosi, maka
besar kemungkinan orang yang diberi nasihat justru akan tersinggung dan
bersikap resisten terhadap nasihat tersebut.
Hal yang demikian biasa terjadi dalam forum diskusi,
mungkin ia menyampaikan kebenaran, tetapi karena disampaikan dengan kasar dan penuh
emosi, maka pihak lawan bicara sulit menerima argumentasinya tersebut. Kata-kata yang kasar dan penuh
emosi, tidaklah membawa kebaikan sedikitpun, yang ada hanyalah permusuhan dan
kekeruhan hati. Kata-kata yang lemah lembut, tidaklah diucapkan seseorang,
melainkan akan membawa ketentraman dan kedamaian
Sebagai seorang muslim, berusahalah untuk berbicara
lemah lembut dan penuh ketenangan, jauhi ucapan yang penuh emosi meskipun
mengandung kebenaran. Sebab, kebenaran tidak akan mampir di hati seseorang
melainkan dengan cara yang juga benar. Ketika terlibat pembicaraan, bukalah
hati kita untuk mendengarkan lawan bicara kita, seandainya kita tidak setuju
dengan pendapatnya, sampaikan ketidaksetujuan kita dengan cara yang paling
indah. Kalaupun kita didebat dengan ucapan yang kasar dan bernada emosi, maka
jagalah hati kita untuk tetap tenang dan tidak terbawa suasana emosi, dengarkan
dulu dengan baik, tenangkan hati kita, siapkan pendapat kita dengan matang, dan
sampaikan dengan penuh kelemah-lembutan. Maka ketika itu, derajat kita jauh lebih
tinggi di mata Allah dan manusia daripada orang yang berkata dengan luapan
emosi dan kemarahan
Rasanya memang sulit dalam menjaga hati untuk tidak ikut
terbawa emosi ketika lawan bicara kita berkata penuh emosi. Maka tugas kita
sebagai seorang muslim untuk terus berusaha melatih diri, menguasai, serta
mengendalikan diri agar tetap dapat menjaga kedamaian hati tatkala ucapan penuh
emosi datang menampar kita. Tak lupa kita memohon kepada Allah, agar lisan kita
senantiasa dijaga dari perkataan yang buruk, kasar, dan menyinggung perasaan
orang lain. Ingat kata pepatah, “Mulutmu harimau-mu”. Pepatah ini mengingatkan
kita untuk selalu menjaga lisan yang tajamnya melebihi pedang yang paling
tajam. Jangan sampai ucapan yang keluar dari mulut kita justru membahayakan
diri kita dan membuat luka orang-orang terdekat kita.
Satu kata yang baik, lebih manis dari madu yang ada di
seluruh dunia. Satu kata yang buruk, lebih perih dari sayatan pisau yang paling
tajam. Semua hati manusia bisa kau beli, harganya adalah satu kata yang baik. Semua hati manusia bisa menjadi musuhmu, harganya adalah satu kata yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar