Selasa, 20 Januari 2015

Lemah Lembut dalam Berucap

Oleh: Rihan Musadik

Berkata sopan dan lemah lembut adalah bagian dari akhlak Islam yang wajib dipraktekkan oleh setiap muslim yang selalu menjaga imannya. Berkata yang baik serta tidak menyakitkan lawan bicara juga merupakan etika universal yang setiap orang pasti mengakuinya. Bukan hanya kepada sesama muslim saja kita diajarkan untuk berkata-kata yang baik dan lemah lembut, tetapi kepada siapapun, baik muslim maupun non-muslim, lawan debat ataupun kawan akrab, bahkan kepada musuh sekalipun kita juga diharuskan untuk berkata baik dan lemah lembut.

Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk berkata lemah lembut kepada Fir’aun dalam rangka mengajak kepada agama Allah. Tujuannya agar dengan kata-kata yang lemah lembut, Fir'aun bisa terbuka hatinya untuk menerima kebenaran dan mengikuti agama Allah. Dalam ayat lain juga disebutkan, ”Tolaklah keburukan itu dengan cara yang lebih baik, maka orang yang memusuhimu seketika akan berubah menjadi teman akrab”. Juga ayat yang berbunyi, “Bantahlah mereka dengan cara yang baik”.

Selain firman Allah, sabda Nabi juga banyak mewasiatkan kepada setiap muslim untuk senantiasa menjaga lisannya dari kata-kata yang buruk. Kata Nabi, “Seorang muslim adalah yang orang lain merasa aman dari lisan dan tangannya. Di lain kesempatan, beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang mampu menjamin kepadaku untuk selalu menjaga lisan dan kemaluannya, aku jamin baginya surga”. Begitu perhatiannya agama Islam dalam mengajarkan ucapan-ucapan yang baik, menjauhi kata-kata yang buruk serta menyinggung perasaan orang lain, hingga Rasulullah pun mengisyaratkan bahwa ucapan yang baik merupkan salah satu indikator dari keimanan seseorang. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam,” demikian Rasulullah bersabda.

Agama Islam mengajarkan bukan hanya pada isi ucapan yang baik sekaligus benar, tetapi juga bagaimana cara kita mengucapkan atau menyampaikannya dengan lemah lembut dan jangan sampai melukai perasaan orang yang kita ajak bicara. Boleh jadi seseorang menyampaikan sebuah nasihat kebaikan, tetapi karena caranya dalam menyampaikan kasar, penuh emosi, maka besar kemungkinan orang yang diberi nasihat justru akan tersinggung dan bersikap resisten terhadap nasihat tersebut.

Hal yang demikian biasa terjadi dalam forum diskusi, mungkin ia menyampaikan kebenaran, tetapi karena disampaikan dengan kasar dan penuh emosi, maka pihak lawan bicara sulit menerima argumentasinya  tersebut. Kata-kata yang kasar dan penuh emosi, tidaklah membawa kebaikan sedikitpun, yang ada hanyalah permusuhan dan kekeruhan hati. Kata-kata yang lemah lembut, tidaklah diucapkan seseorang, melainkan akan membawa ketentraman dan kedamaian

Sebagai seorang muslim, berusahalah untuk berbicara lemah lembut dan penuh ketenangan, jauhi ucapan yang penuh emosi meskipun mengandung kebenaran. Sebab, kebenaran tidak akan mampir di hati seseorang melainkan dengan cara yang juga benar. Ketika terlibat pembicaraan, bukalah hati kita untuk mendengarkan lawan bicara kita, seandainya kita tidak setuju dengan pendapatnya, sampaikan ketidaksetujuan kita dengan cara yang paling indah. Kalaupun kita didebat dengan ucapan yang kasar dan bernada emosi, maka jagalah hati kita untuk tetap tenang dan tidak terbawa suasana emosi, dengarkan dulu dengan baik, tenangkan hati kita, siapkan pendapat kita dengan matang, dan sampaikan dengan penuh kelemah-lembutan. Maka ketika itu, derajat kita jauh lebih tinggi di mata Allah dan manusia daripada orang yang berkata dengan luapan emosi dan kemarahan

Rasanya memang sulit dalam menjaga hati untuk tidak ikut terbawa emosi ketika lawan bicara kita berkata penuh emosi. Maka tugas kita sebagai seorang muslim untuk terus berusaha melatih diri, menguasai, serta mengendalikan diri agar tetap dapat menjaga kedamaian hati tatkala ucapan penuh emosi datang menampar kita. Tak lupa kita memohon kepada Allah, agar lisan kita senantiasa dijaga dari perkataan yang buruk, kasar, dan menyinggung perasaan orang lain. Ingat kata pepatah, “Mulutmu harimau-mu”. Pepatah ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga lisan yang tajamnya melebihi pedang yang paling tajam. Jangan sampai ucapan yang keluar dari mulut kita justru membahayakan diri kita dan membuat luka orang-orang terdekat kita.

Satu kata yang baik, lebih manis dari madu yang ada di seluruh dunia. Satu kata yang buruk, lebih perih dari sayatan pisau yang paling tajam. Semua hati manusia bisa kau beli, harganya adalah satu kata yang baik. Semua hati manusia bisa menjadi musuhmu, harganya adalah satu kata yang buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar