Waktu masih SMP dulu, saya teringat dengan ucapan salah seorang guru yang saya kagumi, yang mengatakan bahwa belajar adalah proses berpikir dan bukan mencatat. Dari kata-kata ini saya sering merenung bahwa ternyata di perguruan tinggi pun tidak jauh berbeda dengan sekolah menengah, lebih banyak mencatat dan menerima secara taken for granted. Memang ada beberapa dosen yang mengajak para mahasiswanya untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, tidak hanya mendengar secara pasif tanpa melakukan proses berpikir yang mendalam. Akan tetapi, ada pula sebagian dosen yang hanya memberikan materi kuliah, tanpa mengajak para mahasiswanya untuk ikut berpikir kreatif, mengkritisi, atau mengomentari materi tersebut.
Setelah saya perhatikan hampir satu setengah tahun ini (tiga semester), ternyata dosen yang komunikatif, yang mengajak para mahasiswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran labih banyak daripada dosen yang kurang komunikatif, yang hanya memberikan materi secara sepihak. Kalau kita analisis lebih mendalam lagi, mengapa proses pembelajaran di sebagian perguruan tinggi di Indonesia kurang membudayakan kebebasan berpikir, berbicara, berpendapat dan kritis. Ternyata hal itu lebih disebabkan oleh masing-masing individu—dalam hal ini mahasiswa—yang kurang memiliki keberanian dalam berbicara atau mengutarakan pendapatnya di hadapan dosen dan teman-temannya; atau mungkin juga disebabkan mahasiswa malas dalam melakukan proses berpikir karena sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang hanya mendengar, menyimak, dan memperhatikan secara pasif materi yang disampaikan oleh dosen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar