Menjadi apa aku tidaklah penting
bagiku mengabdi kepada Tuhan
adalah yang terpenting
Jika kita sudah setulus hati
mengabdi kepada Tuhan
hidup ini akan terasa nikmat
semuanya akan terasa indah
Rihan Musadik
Yogyakarta, 20 desember 2010
Rabu, 24 September 2014
Aku Cari Kau
Aku cari kau tak ketemu
Hendak balik aku pun malu
Perpisahan itu membekas
Menggurat di hati
Tak kuasa air mata menetes
Meski hanya di hati
Matamu berbinar ketika kutinggalkan
Hatiku merasa berat
Berpaling darimu
Tanda di hati mulai berbunga
Karena semakin jauh makin rindu
Hatiku bisa membaca yang tersirat
Dari hatimu yang mekar berbunga
Sekarang aku sedang rindu
Tak tahu kamu
Aku cari kau tak ketemu
Rihan Musadik
Purbalingga, 24 September 2014
Rabu, 17 September 2014
Problem Desentralisasi Sistem Pemerintahan Indonesia
A. Pendahuluan
Suatu
pemerintahan tentu membutuhkan sebuah organisasi, karena dengan organisasi akan
tercipta suatu sistem pemerintahan yang teratur dan ideal. Organisasi juga membuat tugas-tugas
pemerintahan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien, sebab suatu
organisasi menuntut adanya pembagian tugas yang jelas, sehingga dengan adanya
pembagian tugas yang jelas, beban kerja pemerintahan akan mampu diatasi dengan
baik. Apalagi dengan diterapkannya program desentralisasi pada sistem pemerintahan Indonesia
yang mensyaratkan adanya pelimpahan kekuasaan—dalam batas tertentu—pada
pemerintah daerah untuk mengelola organisasinya sendiri. Dimana kewenangan dan
pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah diatur dalam undang-undang,
sehingga masing-masing elemen memiliki peran dan fungsi yang saling melengkapi.
Reformasi
politik dan administratif yang dialami Indonesia salah satunya adalah perubahan
dari bentuk pemerintahan yang sentralisitis menjadi struktur yang
terdesentralisasi. Artinya, pola organisasi pemerintah daerah yang serba
seragam pada masa lalu digantikan dengan pola yang beraneka ragam sesuai dengan
kondisi dan potensi masing-masing daerah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bentuk dan susunan organisasi
pemerintah daerah didasarkan pada kewenangan pemerintahan yang dimiliki daerah;
karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah; kemampuan keuangan daerah;
ketersediaan sumber daya aparatur; serta pengembangan pola kerjasama antar
daerah dan/atau dengan pihak ketiga.
Minggu, 14 September 2014
Tinjauan Biomekanika Teknik Dollyo Chagi (5)
C. Kesimpulan dan Saran
Seiring
dengan pesatnya perkembangan sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi),
berpengaruh pula pada dunia keolahragaan, dimana penerapan sains dan teknologi
sudah banyak dilakukan di negara-negara maju. Salah satunya adalah penerapan
mekanika, yaitu studi analisis tentang gerak suatu benda, yang akhirnya
berkembang menjadi biomekanika, sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem
tubuh manusia (anatomi).
Salah satu indikator keberhasilan taekwondoin dalam berlatih taekwondo adalah kemampuannya dalam melakukan
berbagai jenis tendangan, karena tendangan merupakan gerakan yang menjadi ciri
khas dan paling dominan digunakan dalam taekwondo, meskipun tetap menggunkan
pukulan dan tangkisan. Apalagi bagi atlet poomsae,
bentuk tendangan harus benar-benar luwes, dan terlihat indah, dan ini
memerlukan keseimbangan, kelentukan, dan koordinasi serta dasar gerak yang
benar, mulai dari ready position
(sikap kuda-kuda) hingga follow through
(posisi akhir). Untuk membantu menganalisis pelbagai gerakan taekwondo, dengan tujuan
memperbaiki teknik atau performance,
pelatih dapat mengaplikasikan biomekanika dalam taekwondo.
Tinjauan Biomekanika Teknik Dollyo Chagi (4)
Hukum-Hukum Biomekanika dalam Teknik Dollyo Chagi
Dalam taekwondo keseimbangan sangat dibutuhkan pada saat melakukan gerakan tendangan, karena sedikit saja keseimbangan terganggu akan membuat kesempurnaan tendangan menjadi berkurang, terlebih lagi pada saat pertandingan poomsae (jurus), keluwesan dan keindahan bentuk tendangan merupakan indikator yang juga menjadi penilaian juri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan antara lain: (1) tingginya titik berat, (2) letak garis berat, (3) luas dasar penumpu, (4) massa objek, (5) gesekan, makin besar gaya gesek makin stabil, (6) posisi segmen- segmen badan, (7) faktor penglihatan dan psikologis, (8) faktor fisiologis (alat pengatur keseimbangan tubuh yang disebut semicircular canalis, bila alat terganggu akan mempengaruhi perasaan keseimbangan).
Dalam aplikasinya tendangan dollyo merupakan salah satu gerakan yang cukup kompleks dalam beladiri taekwondo. Secara teoritis letak titik berat selalu berubah sesuai dengan sikap dan posisi tubuh pada saat menendang, juga sangat menentukan terhadap teknik gerak. Titik berat adalah titik dimana pusat gaya berat suatu objek berada. Dapat juga dikatakan bahwa titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda atau tubuh (Soedarminto, 1992: 149-151). Titik berat tubuh sangat berpengaruh terhadap keseimbangan taekwondoin pada saat melakukan teknik dollyo chagi.
Hukum-hukum biomekanika yang dapat diterapkan pada teknik dollyo chagi dalam taekwondo
antara lain:
1. Keseimbangan
Dalam taekwondo keseimbangan sangat dibutuhkan pada saat melakukan gerakan tendangan, karena sedikit saja keseimbangan terganggu akan membuat kesempurnaan tendangan menjadi berkurang, terlebih lagi pada saat pertandingan poomsae (jurus), keluwesan dan keindahan bentuk tendangan merupakan indikator yang juga menjadi penilaian juri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan antara lain: (1) tingginya titik berat, (2) letak garis berat, (3) luas dasar penumpu, (4) massa objek, (5) gesekan, makin besar gaya gesek makin stabil, (6) posisi segmen- segmen badan, (7) faktor penglihatan dan psikologis, (8) faktor fisiologis (alat pengatur keseimbangan tubuh yang disebut semicircular canalis, bila alat terganggu akan mempengaruhi perasaan keseimbangan).
Dalam aplikasinya tendangan dollyo merupakan salah satu gerakan yang cukup kompleks dalam beladiri taekwondo. Secara teoritis letak titik berat selalu berubah sesuai dengan sikap dan posisi tubuh pada saat menendang, juga sangat menentukan terhadap teknik gerak. Titik berat adalah titik dimana pusat gaya berat suatu objek berada. Dapat juga dikatakan bahwa titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda atau tubuh (Soedarminto, 1992: 149-151). Titik berat tubuh sangat berpengaruh terhadap keseimbangan taekwondoin pada saat melakukan teknik dollyo chagi.
Tinjauan Biomekanika Teknik Dollyo Chagi (3)
Teknik Dollyo Chagi
Dollyo
chagi merupakan salah satu bentuk tendangan
yang paling sering dipakai dalam sebuah pertandingan karena keefektifannya
dalam menghasilkan poin, di samping banyak pula bentuk tendangan-tendangan yang lain. Tetapi
semenjak diterapkannya PSS (Protector
Scoring System), banyak atlet yang menggunakan yeop chagi sebagai alternatif tendangan yang juga banyak
menghasilkan poin. Tetapi dalam hal ini, dollyo
chagi tetap merupakan tendangan favorit yang sering digunakan atlet dalam
bertanding.
Salah satu indikator keberhasilan seorang
taekwondoin dalam berlatih taekwondo adalah kemampuannya dalam melakukan
berbagai jenis tendangan, karena tendangan merupakan gerakan yang menjadi ciri
khas dan paling dominan digunakan dalam taekwondo, meskipun tetap menggunkan
pukulan dan tangkisan. Dalam hal ini,
dollyo chagi merupakan salah satu tendangan wajib yang harus dikuasai betul
oleh seorang taekwondoin, baik pemula maupun tingkat lanjut, baik atlet poomsae (jurus) maupun atlet kyorugi (tanding). Apalagi bagi atlet poomsae, bentuk tendangan harus
benar-benar luwes serta terlihat indah, dan ini memerlukan keseimbangan,
kelentukan, koordinasi, serta dasar gerak yang benar, mulai dari ready position (sikap kuda-kuda) hingga follow through (posisi akhir).
Sabtu, 13 September 2014
Tinjauan Biomekanika Teknik Dollyo Chagi (2)
B. Pembahasan
Bersambung...
Pada
pertandingan taekwondo (kyorugi),
perolehan poin akan lebih banyak didapatkan dengan tendangan dollyo (dollyo chagi). Karena untuk mendapatkan
satu poin seorang atlet harus bisa mengenai lawan, yaitu body protector-nya dengan tendangan yang keras dan berbunyi. Sedangkan
untuk menghasilkan tendangan yang keras dan berbunyi pada body protector lawan, tentu harus menggunakan punggung kaki (baldeung), dan tendangan yang
menggunakan punggung kaki, yaitu dollyo
chagi dengan berbagai variasinya.
Tetapi
seiring dengan perkembangan peraturan pada pertandingan kyorugi, yaitu diterapkannya PSS (Protector Scoring System), saat ini untuk mendapatkan poin, atlet
dituntut tidak hanya power tendangan yang berkualitas, tetapi juga dibutuhkan
akurasi yang tinggi untuk mendapatkan poin. Oleh karena pertandingan
menggunakan PSS ini sangat membutuhkan akurasi tendangan dan power yang besar,
meleset sedikit saja atau tidak tepat dari “chip” yang terpasang di punggung
kaki dan body protector, maka poin
tidak akan muncul, meskipun power tendangan besar, dan kuantitas tendangan banyak.
Begitu pula power tendangan, sangat mutlak diperlukan, karena jika tendangan
sudah tepat mengarah ke sasaran, tetapi power yang dihasilkan kurang, maka poin
juga tidak akan muncul.
Di
samping dollyo chagi, tendangan lain
yang juga efektif digunakan pada saat pertandingan (kyorugi)—yang saat ini menggunakan PSS—adalah yeop chagi, karena pada tendangan ini menggunakan telapak kaki
bagian dalam (balbadak). Sedangkan pada bagian balbadak
terpasang “chip” yang bila mengenai sasarannya, yaitu “chip” pada body protector akan menghasilkan poin
dengan power yang sesuai. Tetapi pada makalah ini, penulis hanya akan membahas
dan menganalisis dollyo chagi ditinjau
secara biomekanika. Karena tendangan dollyo
chagi merupakan salah satu tendangan dasar yang paling banyak digunakan
dari dulu hingga sekarang, baik pada saat pertandingan maupun untuk pertunjukan
atau demonstrasi tendangan.
Tinjauan Biomekanika Teknik Dollyo Chagi (1)
A. Pendahuluan
Beladiri taekwondo merupakan salah satu
cabang olahraga full body contact dengan
aplikasi gerak yang sangat kompleks. Dikatakan sangat kompleks, karena
gerakan-gerakan dalam taekwondo membutuhkan power, kecepatan, kelentukan, kekuatan,
koordinasi, keseimbangan, dan akurasi yang tinggi untuk menghasilkan gerakan
yang sempurna, baik saat melakukan tendangan, pukulan, maupun tangkisan. Oleh
karena itu, teknik harus selalu dilatihkan pada saat latihan, sesuai dengan
tingkatan masing-masing taekwondoin. Dimulai dari gerakan dasar (ki bon dojak), hingga berlanjut ke gerakan-gerakan
yang lebih kompleks.
Seiring dengan pesatnya perkembangan
sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), berpengaruh pula pada dunia
keolahragaan, dimana penerapan sains dan teknologi sudah banyak dilakukan di
negara-negara maju. Salah satunya adalah penerapan mekanika, yaitu studi
analisis tentang gerak suatu benda, yang akhirnya berkembang menjadi
biomekanika, sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem tubuh manusia
(anatomi).
Katakanlah dengan Jelas dan Lengkap, Jangan Sepotong
Adakalanya ketika kita memerlukan sesuatu pada
seseorang, lembaga, atau instansi; kita diharuskan untuk mengucapkannya dengan
jelas. Karena terkadang sebuah perkataan yang kurang jelas, bahkan hanya kurang
beberapa kata saja bisa mengakibatkan mis komunikasi atau salah persepsi dari
pihak yang kita ajak bicara. Hal ini seperti yang saya alami sendiri tatkala
hendak mengambil legalisir KTP di kantor kecamatan. Sebenarnya saya datang ke
kantor tersebut pada hari Kamis, lalu karena Pak Camat sedang pergi, maka saya
mengambil esok harinya. Tiba keesokan harinya pada hari Jum’at, saya kembali datang
ke kantor kecamatan dan segera menemui petugas loket. Saya bilang, “Bu, mau
ambil legalisir KTP”. “Sebentar ya Mas, tunggu dulu,” kata ibu petugas loket. Akhirnya saya duduk di tempat yang telah disediakan. Lama saya menunggu, sementara orang
lain yang datang belakang sudah selesai urusannya. Saya bertanya dalam hati, “Lama
betul, kenapa nama saya tak kunjung dipanggil, sementara orang lain sudah
dipanggil namanya”.
Akhirnya saya putuskan untuk bertanya lagi, “Bu, mau
ambil legalisir KTP yang kemarin”. Barulah si ibu itu segera melayani, “Oh,
yang kemarin ya Mas”. Diambilkanlah legalisir KTP-ku yang sudah beres. Selesai
sudah masa penungguan yang hampir makan waktu satu jam. Segera saya pulang
dengan sedikit emosi, tapi ada pelajaran yang bisa saya dapat. Berkatalah
dengan jelas, lengkap, dan jangan sepotong-sepotong, agar pihak yang kita ajak
bicara segera paham. Ya Allah, hanya kurang beberapa kata saja saya ucapkan,
hingga membuat saya rela menunggu lama. Padahal jika saya mengatakan dengan
lengkap, niscaya tinggal saya ambil legalisir KTP yang telah kelar itu.
Terbesit lagi dalam hatiku pada saat perjalanan
pulang, “Andai saja tadi aku katakan, ‘mau ambil legalisir KTP yang kemarin’
dan tidak sekedar mengatakan ‘mau ambil legalisir KTP’, niscaya tak akanlah
saya menunggu lama, hanya kurang dua kata, ‘yang kemarin’, ternyata bisa merugikanku, oh,
Tuhan”. Akan tetapi, di dalam kedongkolanku akhirnya saya sadar dan harus
menerima kejadian menjengkelkan itu dengan ikhlas dan lapang dada. Bukankah
Rasulullah telah bersabda, "Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan)
janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku dulu berbuat begini, niscaya akan
menjadi begini dan begitu'. Akan tetapi katakanlah, ‘Qadarullahi maa syaa’a fa’ala (Allah ta'ala telah menakdirkan, terserah
apa yang diputuskan-Nya)'. Karena perkataan ‘lau (seandainya)’ dapat membuka celah
perbuatan setan". Subhanallah.
Purbalingga, 13 September 2014
Langganan:
Postingan (Atom)