Hukum-hukum biomekanika yang dapat diterapkan pada teknik dollyo chagi dalam taekwondo
antara lain:
1. Keseimbangan
Dalam taekwondo keseimbangan sangat dibutuhkan pada saat melakukan gerakan tendangan, karena sedikit saja keseimbangan terganggu akan membuat kesempurnaan tendangan menjadi berkurang, terlebih lagi pada saat pertandingan poomsae (jurus), keluwesan dan keindahan bentuk tendangan merupakan indikator yang juga menjadi penilaian juri. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan antara lain: (1) tingginya titik berat, (2) letak garis berat, (3) luas dasar penumpu, (4) massa objek, (5) gesekan, makin besar gaya gesek makin stabil, (6) posisi segmen- segmen badan, (7) faktor penglihatan dan psikologis, (8) faktor fisiologis (alat pengatur keseimbangan tubuh yang disebut semicircular canalis, bila alat terganggu akan mempengaruhi perasaan keseimbangan).
Dalam aplikasinya tendangan dollyo merupakan salah satu gerakan yang cukup kompleks dalam beladiri taekwondo. Secara teoritis letak titik berat selalu berubah sesuai dengan sikap dan posisi tubuh pada saat menendang, juga sangat menentukan terhadap teknik gerak. Titik berat adalah titik dimana pusat gaya berat suatu objek berada. Dapat juga dikatakan bahwa titik berat adalah titik yang mewakili berat dari benda atau tubuh (Soedarminto, 1992: 149-151). Titik berat tubuh sangat berpengaruh terhadap keseimbangan taekwondoin pada saat melakukan teknik dollyo chagi.
Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan
taekwondoin pada saat menendang adalah luas dasar penumpu dan gaya gesek. Posisi seluruh telapak kaki yang menjadi tumpuan menendang pada saat menyentuh
bidang datar (matras), akan membuat keseimbangan semakin baik bila dibandingkan
dengan posisi tumpuan telapak kaki yang jinjit. Karena secara mekanis, semakin
luas bidang penumpu, dan semakin besar gaya gesek, maka tingkat keseimbangan
akan semakin stabil. Kemudian posisi segmen-segmen tubuh pada saat
menendang, faktor penglihatan, kondisi psikologis, serta pengaruh-pengaruh fisiologis
juga turut mempengaruhi keseimbangan seorang taekwondoin pada saat melakukan
suatu tendangan.
2. Pengungkit
Pengungkit dapat diartikan sebagai suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi suatu beban. Pengungkit digunakan untuk memperoleh keuntungan mekanis, sehingga gaya kecil yang diterapkan pada lengan gaya yang panjang dapat diubah untuk mengatasi atau mengangkat suatu beban yang cukup besar, atau untuk memperoleh kecepatan. Dalam konteks anatomi tubuh, menurut Subagyo (2011: 33) bahwa:
Pengungkit dapat diartikan sebagai suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi suatu beban. Pengungkit digunakan untuk memperoleh keuntungan mekanis, sehingga gaya kecil yang diterapkan pada lengan gaya yang panjang dapat diubah untuk mengatasi atau mengangkat suatu beban yang cukup besar, atau untuk memperoleh kecepatan. Dalam konteks anatomi tubuh, menurut Subagyo (2011: 33) bahwa:
Setiap tulang pada kerangka dapat dipandang sebagai suatu pengungkit.
Tulang itu sendiri berfungsi sebagai batang yang kaku, lalu sendi sebagai sumbu
putar, dan otot-otot yang berkontraksi sebagai gaya. Tulang-tulang yang
bentuknya tidak sebagai batang, misalnya tengkorak, scapula, dan vertebrae,
sistem pengungkitnya sukar ditentukan. Dalam hal ini, titik pangkal gaya, sumbu
putar, dan batang hanya bisa dikira-kirakan.
Teknik dollyo chagi dalam prakteknya sebenarnya juga menerapkan sistem
pengungkit. Bila dikaji lebih dalam lagi, teknik dollyo chagi termasuk dalam pengungkit jenis yang ke satu, yaitu apabila sumbu
putar terletak di antara titik pangkal gaya dan titik pangkal beban. Dalam
konteks ini, bebannya adalah sasaran dari tendangan; lengan beban dari sendi
lutut (articulatio genus) hingga
punggung kaki; gaya berasal dari otot-otot quadriceps,
gluteus maximus, gaya sentrifugal
tubuh, dan tumpuan; lengan gayanya yaitu jarak dari sendi panggul (articulatio coxae) hingga sendi lutut (articulatio genus); sedangkan sumbunya (axis) yaitu sendi lutut (articulatio genus).
Gambar 2. Pengungkit Jenis 1 |
3. Pressure (Tekanan)
Pressure berarti gaya yang bekerja per satuan luas, dimana pressure (tekanan) sama dengan jumlah gaya dibagi luas permukaan, secara mekanis makin luas bidang yang menopang/menahan beban semakin kecil tekanan yang dialami. Pada teknik dollyo chagi yang menjadi perkenaan pada sasaran adalah punggung kaki atau bagian ossa tarsalia. Pada bagian punggung kaki, dan tungkai kaki bagian bawah, luas bidangngya terbilang kecil, karena itu akan menghasilkan tekanan tendangan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan perkenaan tendangan menggunakan kaki bagian dalam (balbadak), yaitu pada tendangan yeop chagi, dwi chagi, maupun dwi furigi.
4. Power (daya ledak)
Power
adalah usaha yang dilakukan dalam satuan waktu, atau besarnya kekuatan maksimal
dikalikan dengan kecepatan yang maksimal pula. Pada tendangan dollyo, untuk
menghasilkan power (daya ledak) yang besar, perlu untuk meningkatkan kekuatan
otot kaki dan kecepatan kontraksi otot kaki. Sehingga jika tungkai kaki mempunyai
power yang bagus, tentu saja jika melakukan tendangan hasilnya akan relatif
lebih kuat dan cepat. Latihan power dalam olahraga taekwondo banyak menggunakan plyometric, misalnya lompat-lompat, naik
turun tangga, drill nare chagi dan
lain-lain. Power akan selalu dilatihkan dalam taekwondo, sebab untuk
menghasilkan angka (poin), tendangan harus mengenai sasaran dan cukup
bertenaga. Terlebih lagi semenjak diterapkannya PSS, power harus cukup besar
untuk mengenai “chip” pada body protector.
5.
Rantai kinematis
Pada
saat akan melakukan teknik dollyo chagi yang
dimulai dari ready position phase (tahap
persiapan) hingga follow through,
merupakan sebuah rantai kinematis. Rantai kinematis sendiri adalah alat gerak
yang terdiri dari beberapa segmen. Kalau satu ujung dari segmen dapat bergerak
bebas, disebut rantai kinematis terbuka. Rangkaian segmen yang tidak ada
ujungnya yang bebas disebut rantai kinematis tertutup. Pada teknik dollyo chagi terjadi rantai kinematis
terbuka, sebab pada saat setelah melakukan tendangan, posisi kaki seorang
taekwondoin masih memungkinkan untuk bergerak atau melakukan tendangan selanjutnya.
6.
Penerapan Hukum Newton
Hukum
newton I yang berbunyi, “Bila resultan gaya yang bekerja pada benda nol (tidak
ada gaya yang bekerja), maka benda akan diam (tidak bergerak), atau akan
bergerak lurus beraturan”. Dalam konteks gerak, setiap ada perubahan keadaan
dari diam ke gerak atau dari gerak ke diam pasti ada sebab atau pengaruh. Oleh
karenanya, dapat dikatakan pengaruh atau sebab adalah sesuatu yang mengubah
keadaan. Pengaruh itu tidak lain adalah gaya (Soedarminto, 1992: 77). Melakukan
tendangan dalam taekwondo atau aktivitas olahraga apapun, tentu memerlukan gaya
dari dalam tubuh yang berupa gaya kontraksi otot atau kekuatan (strength). Dari keadaan diam (ready position) menuju ke tahap implementation hingga follow through, tentu sangat sejalan
dengan hukum newton I yang membahas kelembaman.
Pada
saat akan melakukan tendangan dollyo, kaki belakang yang dalam sikap kuda-kuda,
akan melakukan gaya resistance atau
tolakan ketika telapak kaki melontarkan tendangan dari permukaan lantai (matras).
Gaya resistance atau disebut juga
gaya tahanan adalah gaya yang menyebabkan hambatan gerak atau negatif, yang
dalam hal ini berupa tolakan dari permukaan lantai, awalnya lambat tetapi pada
akhirnya akan menyebabkan percepatan pada tendangan. Ini juga berkaitan dengan
hukum newton II yang bunyinya, “Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan
gaya yang bekerja, dan berbanding terbalik dengan massa benda itu”. Apabila
gaya yang ditimbulkan pada tendangan besar, maka akan terjadi percepatan pada
tendangan, begitu pula massa yang mempengaruhi tendangan juga akan berbanding
terbalik dengan percepatan, sehingga membuat tendangan menjadi lambat.
Pada
hukum newton III berbunyi, “Bila dua buah benda saling berinteraksi, gaya yang
diadakan oleh benda yang satu kepada benda yang lain akan sama besarnya dan
berlawanan arah”. Sering juga disebut hukum aksi-reaksi. Saat melakukan teknik dollyo chagi, tubuh dan kaki belakang akan
melakukan gaya pada lantai, dan lantai akan memberikan gaya pada tubuh yang
besarnya sama dengan gaya yang dihasilkan ketika tubuh atau kaki belakang mendorong
lantai pada arah gayanya. Berarti ini juga sesuai dengan penerapan hukum newton
III.
7.
Gerak Linear dan Anguler
Secara
singkat, gerak linear atau gerak lurus dapat diartikan gerak dengan lintasan
yang lurus, sedangkan gerak anguler adalah gerak dengan lintasan yang melingkar
atau melengkung. Gerakan pada manusia merupakan kombinasi dari gerak linear dan
anguler. Pada tendangan dollyo, saat mengangkat paha dengan gerak melintasi lintasan
yang lurus (linear), kemudian pada proses berikutnya akan terjadi gerak anguler
atau rotasi, yaitu ketika seluruh tubuh mulai menyerong atau memutar ke
samping, baik tumpuan, badan, maupun tungkai untuk menendang.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar