Pada
pertandingan taekwondo (kyorugi),
perolehan poin akan lebih banyak didapatkan dengan tendangan dollyo (dollyo chagi). Karena untuk mendapatkan
satu poin seorang atlet harus bisa mengenai lawan, yaitu body protector-nya dengan tendangan yang keras dan berbunyi. Sedangkan
untuk menghasilkan tendangan yang keras dan berbunyi pada body protector lawan, tentu harus menggunakan punggung kaki (baldeung), dan tendangan yang
menggunakan punggung kaki, yaitu dollyo
chagi dengan berbagai variasinya.
Tetapi
seiring dengan perkembangan peraturan pada pertandingan kyorugi, yaitu diterapkannya PSS (Protector Scoring System), saat ini untuk mendapatkan poin, atlet
dituntut tidak hanya power tendangan yang berkualitas, tetapi juga dibutuhkan
akurasi yang tinggi untuk mendapatkan poin. Oleh karena pertandingan
menggunakan PSS ini sangat membutuhkan akurasi tendangan dan power yang besar,
meleset sedikit saja atau tidak tepat dari “chip” yang terpasang di punggung
kaki dan body protector, maka poin
tidak akan muncul, meskipun power tendangan besar, dan kuantitas tendangan banyak.
Begitu pula power tendangan, sangat mutlak diperlukan, karena jika tendangan
sudah tepat mengarah ke sasaran, tetapi power yang dihasilkan kurang, maka poin
juga tidak akan muncul.
Di
samping dollyo chagi, tendangan lain
yang juga efektif digunakan pada saat pertandingan (kyorugi)—yang saat ini menggunakan PSS—adalah yeop chagi, karena pada tendangan ini menggunakan telapak kaki
bagian dalam (balbadak). Sedangkan pada bagian balbadak
terpasang “chip” yang bila mengenai sasarannya, yaitu “chip” pada body protector akan menghasilkan poin
dengan power yang sesuai. Tetapi pada makalah ini, penulis hanya akan membahas
dan menganalisis dollyo chagi ditinjau
secara biomekanika. Karena tendangan dollyo
chagi merupakan salah satu tendangan dasar yang paling banyak digunakan
dari dulu hingga sekarang, baik pada saat pertandingan maupun untuk pertunjukan
atau demonstrasi tendangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar