Kamis, 06 Agustus 2015

Tafsir Surat Al-Qadr (Pertemuan ke-3)

Ayat kedua wa maa adraa kamaa lailatul qadr yang artinya: Dan tahukah kamu (Muhammad) apakah malam lailatul qadr itu?

Pada ayat kedua diawali dengan sebuah pertanyaan. Hal ini untuk menarik perhatian orang-orang. Di samping itu, juga mengandung hikmah bahwa salah satu metode pengajaran yang baik adalah menggunakan pertanyaan. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengajukan sebuah pertanyaan kepada para muridnya agar lebih aktif dan terlibat dalam proses pelajaran. Bahkan, ketika pelajaran sedang berlangsung, metode pertanyaan juga perlu diterapkan untuk menghindari kejenuhan. Dengan kata lain, guru yang baik adalah guru yang mampu menarik perhatian para muridnya, salah satu metodenya adalah dengan tanya jawab.

Selain hikmah tersebut, ayat ini menggunakan kalimat pertanyaan karena apa yang akan dijelaskan adalah suatu perkara yang besar dan sangat istimewa. Sehingga perlu mengawalinya dengan sebuah pertanyaan yang menggelitik kesadaran kaum mukminin.

Ayat ketiga lailatul qadri khairum min alfi syahr yang artinya: Malam lailatul qadr itu lebih baik dari seribu bulan.

Lebih utama atau lebih baik dalam hal apakah malam lailatul qadr itu dibanding dengan seribu bulan? Pendapat yang lebih shahih adalah seperti yang terdapat dalam Tafsir Ath-Thabari yang ditulis oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari (Imam para ahli tafsir Al-Qur’an) dan diikuti oleh Imam Ibnu Katsir, bahwa malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan dalam hal keutamaan pahala (rahmat). Artinya, keutamaan pahala ibadah yang Allah berikan pada malam lailatul qadr jauh lebih besar dibandingkan amalan ibadah selama seribu bulan, yakni 83 tahun 4 bulan.

Malam lailatul qadr merupakan keistimewaan tersendiri bagi umat Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam yang tidak diberikan kepada umat-umat nabi yang lain. Karena memang usia umat Nabi Muhammad lebih pendek dibanding umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah bahwa usia umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan sangat sedkit yang melebihi usia itu. Oleh karena itulah, Allah memberikan keistimewaan dengan lailatul qadr, yang apabila beribadah pada malam itu, maka pahalanya bahkan lebih baik dari seribu bulan (83 tahun 4 bulan). Dan ini berlangsung setiap tahun di bulan Ramadhan.

Secara bahasa, kata “qadr” memiliki dua makna, yaitu: takdir dan kemuliaan. Kalau disambung dengan lailatul, sehingga menjadi lailatul qadr, bisa bermakna malam takdir atau malam kemuliaan.

Banyak hadits yang membicarakan tentang keutamaan malam lailatul qadr, salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan shalat pada malam lailatul qadr dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Nabi mengatakan ada satu malam di bulan Ramadhan (lailatul qadr) yang barangsiapa tidak mendapatkannya, maka dia telah terhalang dari semua kebaikan. Hal ini menunjukkan betapa agungnya malam lailatul qadr, sehingga jika ada seorang muslim yang menyia-nyiakan atau tidak mendapatkan malam tersebut, maka sungguh ia telah mengalami kerugian yang amat besar, sampai-sampai Nabi mengatakan orang tersebut terhalang dari semua kebaikan.

Lalu kapankah tepatnya peristiwa malam lailatul qadr itu? Kapan timing-nya? 

Imam Asy-Syaukani mengatakan ada lebih dari 40 pendapat ulama yang membahas timing atau waktu terjadinya malam lailatul qadr. Akan tetapi, Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa jumhur ulama (ijma’ kaum muslimin) berpendapat bahwa waktu terjadinya malam lailatul qadr tidak lepas dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Ada beberapa hadits yang menerangkan kapan waktu datangnya malam lailatul qadr.

Rasulullah bersabda, “Carilah malam lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah bersabda, “Carilah malam lailatul qadr di malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari juga diceritakan bahwa pada zaman Nabi lailatul qadr pernah jatuh pada malam yang ke-21, sehingga pada pagi harinya Nabi mengatakan semalam lailatul qadr. Dalam hadits riwayat Imam Muslim juga dikisahkan pada zaman Nabi malam lailatul qadr pernah terjadi pada malam yang ke-27. Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa malam lailatul qadr berpeluang untuk berpindah-pindah. 

Hal ini mengandung arti bahwa malam lailatul qadr tidak lepas dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil. Hanya saja setiap tahunnya berpeluang untuk berpindah-pindah. Boleh jadi Ramadhan tahun ini malam ke-21, tahun berikutnya malam ke-25, dan seterusnya. Jadi, peluang terbesar malam lailatul qadr ada pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil, yakni malam ke-21, 23, 25, 27, 29. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendapatkan malam lailatul qadr setiap tahunnya.
  
Adapun hikmah dirahasiakannya malam lailatul qadr supaya amal yang kita lakukan lebih banyak dan agar Allah mengetahui siapa yang serius dalam beribadah dan siapa yang bermalas-malasan. Bayangkan seandainya malam lailatul qadr sudah diberi tahu waktunya, tentu setelah kita beribadah malam itu, malam berikutnya kita menjadi malas karena sudah merasa mendapatkan malam lailatul qadr.

Dan alangkah beruntungnya kaum muslimin, karena Allah melalui lisan Nabi-Nya memberitakan bahwa malam lailatul qadr terdapat pada sepuluh malam terkahir bulan Ramadhan, itu pun masih diberitahu, yakni pada malam-malam yang ganjil. Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Hikmah malam lailatul qadr ada pada sepuluh malam terakhir, seperti yang sudah dijelaskan agar kita lebih giat dan serius dalam beribadah dari awal hingga akhir Ramadhan. Andaikata malam lailatul qadr terdapat malam sepuluh malam yang pertama, boleh jadi pada sepuluh malam berikutnya semangat ibadah kaum muslimin akan mengendor.

Tanda-tanda malam lailatul qadr:
  1. Pada saat malam lailatul qadr, suasana sejuk, tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin. Malam lailatul qadr adalah malam yang tenang (HR. Ibnu Khuzaimah). 
  2. Pagi harinya matahari terbit terang kemerah-merahan, tetapi tidak menyilaukan dan panas tidak terlalu menyengat (HR. Muslim).
Kiat Rasulullah agar mendapatkan malam lailatul qadr:
  1. Nabi menghidupkan seluruh malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan beribadah. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, dari ‘Aisyah berkata bahwa pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya (menghindari jimak), menghidupkan seluruh malam, dan membangunkan keluarganya.

  2. Nabi bila masuk sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, beliau tidak tidur, tetapi menghidupkan malamnya dengan ibadah dan i’tikaf di masjid hingga fajar. Di dalam Shahihain di sebutkan dari ‘Aisyah bahwa Nabi beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkannya, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf setelahnya.

  3. Bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah bersungguh-sungguh di sepuluh hari terakhir yang beliau tidak pernah bersungguh-sungguh di hari selainnya.

  4. Banyak membaca doa seperti hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, dari ‘Aisyah bertanya kepada Nabi, “Bagaimana jika aku mengetahui bahwa suatu malam adalah lailatul qadr, apa yang harus aku baca di dalamnya?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku)”.


*Catatanku dari Kajian Rutin Tafsir Al-Qur'an (Rabu Malam) bersama Ustadz Abdullah Zaen hafizhahullahu ta'ala di Masjid Agung Darussalam Purbalingga (Masjid Nabawi Jawa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar