Ayat ini berbicara mengenai sebab turunnya para malaikat
yang jumlahnya tidak terhitung. Secara lebih detail, kata bi idzni rabbihim artinya adalah dengan izin Tuhannya (Allah). Makna dari “izin” di sini adalah perintah
dari Allah kepada para malaikat. Sedangkan min
kulli amr atau ketetapan di sini maksudnya adalah takdir (qadar) atau
ketetapan dari Allah. Maksud dari membawa takdir di sini adalah takdir yang
sifatnya tahunan, yakni peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di muka bumi satu
tahun ke depan sudah Allah beritahukan dan jelaskan kepada para malaikat di
malam lailatul qadr.
Segala sesuatu di alam ini akan selalu tunduk kepada Allah, semua makhluk di alam semesta ini tunduk kepada perintah Allah. Salah satunya adalah makhluk Allah yang sangat istimewa, yakni matahari yang selalu tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Segala sesuatu di alam ini akan selalu tunduk kepada Allah, semua makhluk di alam semesta ini tunduk kepada perintah Allah. Salah satunya adalah makhluk Allah yang sangat istimewa, yakni matahari yang selalu tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Diceritakan dalam hadits riwayat Imam Bukhari bahwa pada
zaman dulu ada seorang Nabi yang berperang di jalan Allah. Pada saat akan menaklukkan
musuh, waktu maghrib hampir masuk dan Nabi tersebut belum melaksanakan shalat,
padahal waktu ashar hampir habis. Menjadi dilematis, apakah menaklukkan musuh
lebih dulu atau shalat ashar lebih dulu karena waktu ashar hampir habis. Maka
Sang Nabi berkata kepada matahari, “Wahai matahari, engkau hanyalah makhluk
yang menjalankan perintah Allah dan aku juga seorang makhluk yang menjalankan
perintah Allah. Dan Nabi tersebut berdoa, “Ya Allah, tahanlah matahari dari
tempatnya”. Benar saja matahari itu berhenti, tidak jadi terbenam, akhirnya
Sang Nabi bisa menaklukkan musuh-musuhnya lalu setelah itu bisa shalat ashar. Allahu akbar.
Bisa diambil kesimpulan bahwa malaikat dan alam semesta
adalah makhluk-makhluk ciptaan Allah yang selalu taat dan tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Malaikat-malaikat
yang Allah ciptakan bermacam-macam tugasnya. Ada yang tugasnya mencabut nyawa,
mencatat amal, menyampaikan wahyu, membawa rahmat, bahkan ada yang tugasnya
hanya bersujud kepada Allah dari sejak diciptakan hingga hari akhir. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan sebuah hadits shahih yang
mengisahkan bahwa ada seorang Bani Israil yang mendapatkan keistimewaan dari
Allah berupa hujan yang turun dari langit dan hujan tersebut khusus menghujani
kebun-kebunnya, maka ada seseorang yang bertanya tentang karomah tersebut, amalan
apa sehingga hujan hanya turun di sekitar kebun dan ladangnya. Lalu orang shaleh
dari bani Israil mengatakan bahwa setiap hasil panen dari kebunnya, sepertiga
untuk menafkahi diri dan keluarganya, sepertiga lagi untuk sedekah, dan
sepertiga sisanya ditanam lagi untuk benih.
Begitu mulianya amalan sedekah, sampai-sampai Allah memerintahkan hujan yang khusus untuk menyirami kebun-kebunnya. Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa makhluk Allah yang bernama hujan, yakni air yang turun dari langit hanyalah menjalankan perintah Allah semata. Jika Allah berkehendak Allah akan turunkan hujan, sebaliknya jika Allah tidak berkehendak hujan tak akan turun. Bahkan hujan akan taat jika Allah memerintahkan hanya menghujani tempat tertentu sementara tempat lain tidak terkena hujan. Subhanallah.
Begitu mulianya amalan sedekah, sampai-sampai Allah memerintahkan hujan yang khusus untuk menyirami kebun-kebunnya. Kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa makhluk Allah yang bernama hujan, yakni air yang turun dari langit hanyalah menjalankan perintah Allah semata. Jika Allah berkehendak Allah akan turunkan hujan, sebaliknya jika Allah tidak berkehendak hujan tak akan turun. Bahkan hujan akan taat jika Allah memerintahkan hanya menghujani tempat tertentu sementara tempat lain tidak terkena hujan. Subhanallah.
Oleh karena itulah, jika kita menemui hujan dan angin rebut kita
dilarang untuk mencelanya, karena hujan, angin, dan makhluk-makhluk di alam ini
hanyalah menjalankan perintah Allah. Sehingga Rasulullah bersabda, “Jika kalian
melihat angin kencang, jangan sekali-kali mencela angin tersebut, karena angin
membawa rahmat ataupun azab (dari Allah). Akan tetapi, mintalah kepada Allah kebaikan
dari angin itu, dan mohonlah perlindungan dari bencana angin itu (HR. Imam
Ahmad dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir).
Hatta, tikus-tikus dan hama-hama yang menyerang sawah para petani
juga atas perintah Allah. Boleh jadi, Allah ingatkan kepada para petani dengan
serangan tikus yang banyak karena belum mengeluarkan zakatnya dari hasil panen.
Semua hewan, tumbuhan, batu, air, dan segala yang ada di alam raya ini adalah
makhluk Allah yang senantiasa taat dan tunduk kepada perintah Allah. Lalu bagaimana
dengan kita manusia, makhluk Allah yang sudah dikarunia akal, hati, dan panca indra?
Mari kita jalankan perintah Allah sekuat tenaga dan menjauhi semua larangannya
tanpa tawar-menawar. Allahu Akbar.
Terakhir, biasakan diri kita melakukan kebaikan sekecil apapun,
jadikan akhlak dan amal-amal kebaikan menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Imam
Ibnu Katsir pernah mengatakan, “Seseorang akan mati dalam keadaan yang sesuai
dengan kebiasaan yang dilakukannya”. Oleh karena itu, jadikan kebiasan hidup
sehari-hari kita bernilai ibadah, jangan sekali-kali gunakan waktu luang,
kecuali untuk hal-hal yang bermanfaat dan bernilai ibadah.
*Catatanku dari Kajian Rutin Tafsir
Al-Qur'an (Rabu Malam) bersama Ustadz Abdullah Zaen hafizhahullahu ta'ala di
Masjid Agung Darussalam Purbalingga (Masjid Nabawi Jawa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar