Sabtu, 13 Juli 2013

Problematika Olahraga di Indonesia

Oleh: Rihan Musadik

Diakui atau tidak, olahraga telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Kalau di zaman dahulu olahraga bentuknya masih sebatas mempertahankan diri, beradaptasi dengan lingkungan, berburu, kesenian, maupun untuk kepentingan perang. Berbeda pada saat sekarang, olahraga telah banyak mengalami perubahan dan berkembang lebih luas menyentuh berbagai aspek kehidupan. Dinamika olahraga dalam perjalanannya mengalami banyak institusionalisasi yang semakin lama seiring dengan berjalannya waktu, semakin terstruktur, terorganisir, dan tersistematisasi dengan baik.

Hal ini ditandai dengan peran sentral pemerintah dalam me-manage berbagai aspek di bidang keolahragaan, baik itu menyangkut pendidikan yang notabene menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, maupun olahraga prestasi yang diharapkan mampu mengangkat citra dan martabat bangsa Indonesia di kancah internasional. Di samping itu, induk-induk cabang olahraga juga menjadi indikasi terorganisirnya berbagai macam cabang olahraga yang ada.

Lalu dibukanya fakultas-fakultas ilmu keolahragaan pada berbagai universitas dengan segala macam disiplin keilmuan yang diajarkan. Diharapkan mampu mencetak praktisi-praktisi olahraga, guru-guru olahraga, dan pelatih-pelatih profesional yang bisa menerapkan sains dan teknologi dalam olahraga, dimana bangsa kita jauh tertinggal dari negara-negara barat. Semua itu tentu saja untuk menunjang prestasi, kemajuan, dan kelangsungan olahraga di Indonesia.

Setelah bangunan struktur olahraga sudah mapan dengan berbagi domainnya dalam konteks keindonesiaan. Bukannya tanpa kendala, banyak problem-problem yang hingga kini masih mengganjal dan belum terselesaikan dengan baik. Mulai dari kisruh sepakbola dengan dualisme kepengurusan yang tak kunjung menemukan titik terang, masalah pembinaan atlet, regenarasi atlet yang lambat, minimnya suntikan dana dari pemerintah, gaji atlet yang seringkali tertunda, politisasi olahraga, kasus korupsi, kesejahteraan para pelaku olahraga baik atlet maupun pelatih, dan kurangnya pengakuan profesi olahraga di mata masyarakat.

Untuk dua poin terakhir, seringkali kita lihat di media massa, baik cetak maupun elektronik, kesejahteraan hidup mantan atlet atau pelatih yang masih di bawah standar kelayakan. Padahal di masa jayanya dulu banyak berkontribusi bagi bangsa indonesia dengan mengharumkan nama negara hingga level internasional. Ada lagi mantan atlet nasional yang kesulitan mencari uang untuk berobat anaknya hingga menjual medali-medalinya. Lalu kita dikejutkan dengan kematian pemain sepakbola yang tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit karena tidak digaji sekian bulan oleh klubnya.

Sederet kasus di atas adalah segelintir dari problem kesejahteraan atlet yang masih jauh di bawah standar kelayakan, tidak sebanding dengan peluh keringat yang diperjuangkannya demi bangsa dan negara. Kemudian masalah kurangnya penghargaan dan pengakuan profesi olahraga di mata masyarakat. Hal ini dapat kita cermati bagaimana masyarakat kita masih memandang sebelah mata pada profesi di bidang olahraga. Ketika ditanya orang, apa pekerjaannya, lalu menjawab guru olahraga atau pelatih. Orang tersebut cenderung meng-underestimate profesi tersebut, dan orang yang ditanyai juga cenderung minder alias tidak percaya diri dengan berprofesi sebagai seorang pelatih atau guru olahraga. Ini berbeda ketika orang bertanya pekerjaannya, lalu menjawab guru fisika, guru matematika, guru kimia, atau guru bahasa Inggris. Orang cenderung akan memberikan penghargaan yang tinggi, dan orang yang ditanyai juga akan terlihat lebih percaya diri dengan bidangnya.

Ilustrasi tersebut adalah gambaran nyata kurangnya dominasi penghargaan bidang olahraga di mata masyarakat dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain. Hal tersebut tentu sangat kontradiktif dengan program pemerintah dan cita-cita masyarakat yang ingin melihat prestasi olahraga bangsa Indonesia berkibar di level dunia. Kemudian yang menjadi pertanyaan penting adalah apakah pemerintah, masyarakat, organisasi olahraga, klub-klub olahraga, para pelaku olahraga, dan para stakeholder masih membiarkan begitu saja problem-problem ini terus menjerat olahraga di Indonesia atau ada problem solving untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Tentu jawabannya adalah kepedulian dan kesadaran kita bersama untuk berjuang memajukan olahraga di Indonesia, bukan hanya pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar