Al-Faqir Rihan Musadik |
Basmalah (dibaca sirr). Assalamu’alaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh.
Pembuka. Qalallahu… Ta’awudz. Surah Ar-Rum ayat 30. Shadaqallahul ‘adziim.
Bapak-bapak dan
ibu-ibu, para jama'ah yang dirahmati Allah. Pertama, marilah kita senantiasa
memanjatkan rasa syukur kita kepada Allah ta'ala yang telah memberikan kita
limpahan nikmat dan karunianya. Terutama nikmat kesehatan, nikmat keimanan, dan
nikmat keislaman; sehingga kita dimudahkan, kita diringankan untuk berjalan,
melangkah menuju masjid-masjid Allah untuk melaksanakan shalat isya dan shalat
tarawih berjama'ah, serta menghadiri majelis ilmu kita ini.
Kedua, shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, uswah hasanah kita,
baginda Nabi Muhammad, juga kepada keluarganya, para sahabat, dan para
pengikutnya hingga hari kiamat, dan semoga kita semua mendapatkan syafa’at
beliau di hari kiamat kelak.
Bapak-bapak dan
ibu-ibu, para jama'ah rahimakumullah…
Ayat yang tadi
saya bacakan, yaitu surat Ar-Rum ayat 30, yang membahas tentang persoalan agama
yang memang sangat dibutuhkan oleh manusia. Ayat tersebut jika diterjemahkan
kurang lebih artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah
untuk selalu beragama, selalu ingin dekat dengan Tuhan. Para ilmuwan menyebut
manusia sebagai homo religius, yaitu
manusia yang beragama. Fitrah manusia yaitu selalu ingin bertuhan atau
beragama, hal ini dapat kita buktikan ketika manusia dalam keadaan sempit,
ketika usaha yang dikeluarkan sudah maksimal, ketika jalan sudah buntu, maka
tak ada yang dapat dilakukan oleh manusia kecuali berserah diri kepada Allah,
hanya memohon dan berdoa kepada-Nya. Jiwa manusia pasti selalu rindu, ingin
selalu dekat dengan Tuhannya, karena disanalah akan ditemukan kedamaian jiwa,
ketentraman batin, dan ketenangan hati.
Al-Qur’an juga
menjelaskan bahwa ketika di alam ruh, Allah berkata, "Alastu bi rabbikum", lalu ruh kita menjawab, "Qalu bala syahidna". Ini sesuai dengan surat Ar-Rum ayat 30 tadi,
bahwa fitrah manusia, yaitu condong kepada agama yang lurus, dan agama yang
sesuai dengan fitrah manusia adalah agama islam. KH. Ahmad Dahlan, mengatakan
bahwa agama sangat erat kaitannya dengan ruhani, jiwa, qalbu, atau spirit. Dan
orang yang beragama dengan baik pasti akan selalu merasakan ketenangan hati. Alaa bi dzikrillahi… Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tentram.
Kemudian
bagaimana kita mengaplikasikan keberagamaan kita dalam kehidupan sehari-hari?
Allah berfirman, Wa maa khalaqtul jinna…dan
tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaku. Jadi,
beribadah merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk yang
beragama, yaitu agama Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengartikan
ibadah adalah segala macam perbuatan, baik lisan, tindakan, maupun amalan hati
yang diridhai Allah, jadi segala hal yang diridhai Allah itu masuk dalam
kategori ibadah, dan tentunya harus dilandasi dengan niat yang ikhlas
semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah. Semboyannya Allah ridha lakukan, Allah benci tinggalkan.
Ada
ibadah yang memang sudah diperintahkan, sudah tertera di dalam nash-nash Al-Qur’an dan sunnah rasul, seperti misalnya shalat, membaca Al-Qur’an, sedekah,
berbuat baik kepada kedua orang tua, kepada orang lain, dan ibadah puasa ramadhan yang sedang kita jalani ini, ayatnya sudah sangat familiar, Yaa ayyuhalladziina…Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa. Di samping itu, perbuatan yang mubah bisa
menjadi ibadah kalau niatnya untuk kebaikan, misalnya makan; makan itu hukumnya
mubah, tapi kalau diniati agar memperoleh energi, agar bisa beribadah lebih
giat, agar bisa bekerja lebih giat, mencari nafkah untuk keluarga, maka makan
yang tadinya mubah bisa bernilai ibadah karena niat yang baik. Begitu juga sebaliknya….
Sehingga
kata nabi, innamal a’malu… segala
macam amal perbuatan tergantung dari niatnya. Jadi kalau niatnya baik, ia
akan memperoleh pahala, tapi kalau niatnya buruk, ia tidak mendapatkan apa-apa,
bahkan bisa berdosa, bila berkaitan dengan kemaksiatan.
Ibadah
kita di bulan Ramadhan ini juga harus dilandasi dengan keimanan, dan mengharap
keridhaan Allah. Man shamaa… Man Qamaa…
Itu
tadi yang bisa kami sampaikan, berkaitan dengan agama sebagai fitrah manusia,
yaitu homo religius, makhluk yang selau ingin dekat dengan Tuhannya, lalu
berkaitan dengan ibadah dan niatnya. Demikian yang bisa kami sampaikan, kurang
dan lebihnya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad
wa’ala aalihi wa ashabihi ajma’in. Wabillahit taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
*Disampaikan dalam kultum Ramadhan di masjid Nurul Huda, dusun Graulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar