Oleh: Rihan Musadik
Prof. Sukadiyanto (kiri) dan Dr. Panggung Sutapa (kanan) |
Berperawakan
kurus, kecil, dengan jambang dan kumisnya yang khas, serta senyumnya yang mengembang,
dan tubuhnya yang tidak tinggi untuk ukuran dosen olahraga yang katanya prima.
Mengingatnya, membuat saya terkenang masa-masa kuliah dulu sewaktu beliau
mengajar kami. Ketika melihat Sang Guru Besar, sangat tidak nampak dari
penampilan fisiknya sebagai dosen olahraga yang dikesankan oleh sebagian orang memiliki
tubuh tinggi, bugar, dan atletis. Tapi siapa sangka, di balik perawakannya yang
tidak meyakinkan itu, beliau memiliki sikap dan wibawa yang lebih tinggi, jauh di atas dosen lain.
Terlepas
dari berbagai kekurangan yang beliau miliki, keilmuannya di bidang olahraga diakui
oleh para akademisi, baik mahasiswa, praktisi, maupun dosen. Pujian dari mahasiswa
seringkali terlontar untuk beliau, permintaan bimbingan skripsi banyak yang beliau
tolak karena terlalu banyaknya mahasiswa yang minta dibimbing oleh beliau. Beliaulah
yang paling pantas menyandang “Grand Syaikh” di FIK UNY. Tidak ada dosen FIK
UNY yang lebih dalam ilmunya di bidang keolahragaan, khususnya kepelatihan,
kecuali beliau. Maka tak heran, beliau pernah ditawari untuk menjadi dosen di
Brunei Darussalam dengan gaji tinggi. Akan tetapi beliau tolak, beliau punya
prinsip untuk mengabdikan ilmunya di negeri sendiri.
Prof.
Sukad, begitulah biasanya mahasiswa menyebut Guru Besar Ilmu Keolahragaan UNY.
Siapa yang tak kenal beliau, khususnya mahasiswa prodi PKO (Pendidkan
Kepelatihan Olahraga), FIK UNY. Gaya mengajarnya yang khas, selalu menekankan
kedisiplinan, berpikir kritis, sistematis, dan analitis. Saat mengajar, beliau
selalu mengajak mahasiswa untuk berpikir, bukan hanya sebagai pendengar.
Mungkin ini yang akan selalu terkenang dari cara mengajarnya. Beliau sering
mengkritik dosen yang mengajar dengan gaya “tausiyah”, tanpa memberi kesempatan
bicara pada mahasiswa.
Ketika
mahasiswa terdiam tanpa bicara, berpendapat, atau bertanya, Sang Profesor langsung
menyindir dengan sindiran tajam, sindiran yang menggugah keberanian kita
(mahasiswa S-1) untuk berpendapat, bukan hanya diam mendengar tanpa ada proses
berpikir. Meminjam istilah beliau, gelar S.Pd. alias sarjana paesan dengkul. Boleh jadi, ini adalah lelucon yang sering
beliau lontarkan yang membuat mahasiswa tertawa sekaligus tergugah. Artinya, sarjana bermodal dengkul, seolah beliau
ingin menasehati jangan sampai menjadi sarjana pendidikan yang tak bisa
apa-apa. Jadi sarjana harus cerdas, kritis, analitis, dan mampu memberikan
solusi, bukan malah menambah masalah.
Prof.
Sukad, begitu panggilan akrabnya di civitas akademika UNY. Beliau mengajar
banyak mata kuliah, yang saya tahu sewaktu kuliah dulu, beliau mengajar mata
kuliah Psikologi Olahraga, Psikologi Kepelatihan, Metode Latihan Fisik,
Pelatihan Adaptif, Filosofi Kepelatihan, dan Keterampilan Tenis. Ini baru pada
mata kuliah di prodi PKO, belum untuk prodi yang lain, seperti PGSD Penjas,
PJKR, dan IKORA. Sayangnya, kelas yang saya tempati, PKO-B angkatan 2010, hanya
kebagian dua mata kuliah yang diajar beliau, yaitu Filosofi Kepelatihan dan
Pelatihan Adaptif. Berbeda dengan kelas PKO-A angkatan 2010 yang lebih banyak mata
kuliah yang diajar oleh beliau, beruntung sekali.
Sudah
masyhur di kalangan mahasiswa akan ketegasan beliau dalam mengajar. Banyak yang
menyebutnya dosen killer. Sekali TL
(tidak lulus) tetap TL, harus mengulang tahun depan. Begitu tegasnya, begitu
disiplinnya beliau. Di balik ketegasannya hingga banyak yang menjuluki dosen killer, ternyata beliau juga adalah dosen
favorit bagi mahasiswa PKO. Saya termasuk yang mengidolakan beliau dibanding
dengan dosen yang lain. Semua mahasiswa mau tidak mau pasti mengakui kecerdasannya,
kepintarannya, dan kedalaman ilmunya di bidang olahraga. Cara mengajarnya
sederhana saja, akan tetapi kualitas ilmu yang diajarkan beliau terlampau
tinggi jika dibandingkan dosen yang lain.
Segudang
pengalaman di bidang olahraga telah beliau lalui, bertumpuk-tumpuk karya telah
beliau torehkan, buku-bukunya pun telah diterbitkan. Karyanya sangat bermanfaat
bagi para akademisi, namanya selalu dikutip pada skripsi, tesis, dan disertasi
di bidang olahraga. Sangat jarang skripsi S-1 di FIK UNY yang tidak mengutip
nama beliau. Kebetulan saya mempunyai dua buah buku hasil karya beliau, yaitu Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik dan Metode Melatih Fisik Petenis. Sayang,
buku tersebut raib entah kemana karena sering dipinjam teman, hingga kini tak
tahu di tangan siapa buku berharga tersebut dipinjam.
Satu
hal lagi di sebalik ketegasannya itu, beliau ternyata memiliki hati yang lembut.
Pada saat mata kuliah Pelatihan Adaptif, profesor pernah bercerita bahwa beliau
pernah melatih tenis para atlet yang cacat atau tuna daksa. Akan tetapi tidak
lama, karena beliau tidak tega alias tidak sampai hati melatih para penyandang
disabilitas tersebut. Pelajaran tentang filosofi hidup juga banyak beliau
ajarkan pada saat mata kuliah Filosofi Kepelatihan, banyak hikmah yang saya
dapat dari mata kuliah ini, karena beliau sering berbagi pengalaman hidup untuk
dijadikan filosofi dan pelajaran bagi para mahasiswanya.
Seperti
diberitakan www.uny.ac.id, kampus UNY
kehilangan salah seorang guru besarnya di bidang Ilmu Keolahragaan. Beliau
adalah Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd., salah seorang dosen pada progam studi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Yogyakarta (FIK UNY). Guru Besar asal Kulonprogo ini meninggal pada hari Rabu, 10 Desember 2014 di usianya yang ke-54. Jenazahnya dikebumikan pada Kamis, 11 Desember 2014. Menurut kabar yang saya
dengar, beliau menderita sakit diabetes, bahkan satu bulan sebelum meninggal
sempat dirawat di rumah sakit.
Allahyarhamu
meninggalkan seorang istri dan dua orang putra. Sampai akhir hayatnya, beliau
masih tercatat sebagai pengurus PELTI Sleman dan Pengurus KONI Sleman, serta
masih menjabat sebagai Kaprodi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana UNY. Selama
menjadi dosen, beliau telah banyak mendapat penghargaan, di antaranya: Dosen Teladan
IKIP Yogyakarta (1998), Satya Lencana Karya Satya X (2001), Dosen Berprestasi
FIK UNY (2004), Satya Lencana Karya Satya XX (2012), dll.
Selamat
jalan Prof… Selamat jalan Prof. Sukadiyanto… Selamat jalan Sang Guru Besar…
Semoga Allah ta'ala mengampuni semua dosamu, menerima amal ibadahmu, dan memudahkan
hidupmu di alam sana. Amiin.
kalo boleh saya koreksi, beliau tidak mengidap diabetes. berita tersebut tidak benar. pernah ada mahasiswa yg menyebarkan berita bahwa beliau mengidap diabetes. bisa saya jamin bahwa berita tersebut tidak benar. saya tidak tahu apa motif orang yg menyebarkan berita tidak benar tersebut.
BalasHapussaya orang yg dekat dengan beliau. tidak ada orang lain, bahkan mahasiswa atau kolega beliau sekalipun yang tahu bagaimana kondisi beliau sebelum meninggal. saya yakin jika keluarga mendengar kabar yang tidak jelas asal usulnya, maka keluarga dari beliau akan sangat sedih. apalagi berita yg disebarkan berita tidak benar. saya mohon agar berita yg tidak jelas asal usulnya tersebut diedit dalam tulisan ini. saya apresiasi dan sampaikan terima kasih atas tulisan anda sebagai wujud penghargaan bagi beliau. terima kasih.
Terima kasih atas info dan koreksinya Pak. Itu sebabnya, saya tulis kalimat yg tidak faktual, "Menurut kabar yang saya dengar", karena memang beritanya blm jelas. Tidak langsung saya tuliskan, "Beliau menderita sakit diabetes", karena memang saya tidak tahu faktanya.
HapusSetelah dikoreksi Bapak, Insya Allah pembaca paham berita tersebut tidak benar, kalau boleh saya tahu (afwan) beliau sakit apa sebelum meninggal? Bagaimana kondisi beliau sebelum meninggal?
Tujuan saya menulis artikel ini untuk mengenang jasa-jasa beliau. Dan beliau juga termasuk dosen yang cukup saya kagumi, seperti kata Anda tulisan ini juga sebagai wujud penghargaan bagi beliau.
Apapun penyebab kewafatan beliau, sebagai orang yang beragama kita meyakini bahwa semua itu tidak terlepas dari takdir yang Allah tetapkan. Tinggal bagaimana kita mengambil pelajaran dari beliau dan mendoakannya.
beliau tidak menderita sakit apapun. sebelum meninggal, kondisi beliau sehat walafiat. bahkan dokter sudah memberitahu bahwa dalam dua hari beliau sudah boleh pulang ke rumah dan beraktivitas seperti biasa. hanya itu yang bisa saya sampaikan. mohon jika ada info yang simpang siur bisa diluruskan kembali. karena hanya pihak keluarga yang benar-benar mengetahui keadaan beliau. terima kasih.
HapusYa, terima kasih Pak sudah berkenan meluruskan berita yg tidak akurat. Mudah-mudahan ilmu yg beliau ajarkan bermanfaat bagi para muridnya dan juga beliau sendiri...
HapusSalam kenal.