Rabu, 14 Agustus 2013

Kultum - Urgensi dan Hikmah Shalat

Sebagai seorang muslim, setiap hari kita diwajibkan oleh agama kita untuk mendirikan shalat lima waktu. Namun tanpa disadari, kebanyakan dari kita menganggap kewajiban mulia tersebut sekedar rutinitas yang membebani saja. Banyak yang menjalankan shalat hanya sekedar menggugurkan kewajiban, ibaratnya anak sekolah atau karyawan perusahan sekedar absen semata tanpa mengetahui urgensi dan hikmahnya. Karenanya, marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, kembali kita mencoba menyelami kembali urgensi dan hikmah ibadah shalat yang kita kerjakan sehari-hari.

Adapun di antara urgensi dari ibadah shalat, yaitu merupakan ibadah yang pertama kali akan dimintakan pertanggung jawabannya dari manusia pada hari kiamat kelak. Bukan hanya itu, ibadah shalat kita juga menjadi cermin dari keseluruhan rangkaian amal ibadah kita selama di dunia. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika shlalatnya dinilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Nasa’i).

Selain menjadi ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, ibadah shalat juga menjadi bukti sekaligus identitas keislaman sejati kita. Karenanya, shalat menjadi garis pemisah yang jelas antara keimanan dan kekufuran. Hal ini jelas ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadits, "Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat” (HR. Nasa’i, Tirmidzi, dan Ahmad).

Dengan meyakini dan memahami urgensi ibadah shalat, diharapkan kita semua bisa lebih merasakan keagungan ibadah mulia ini lalu menjalankannya dengan sepenuh keikhlasan dan kepasrahan.

Kaum muslimin yang berbahagia

Selain urgensi, ibadah shalat juga mempunyai fungsi dan hikmah bagi kehidupan kita secara pribadi maupun masyarakat. Secara pribadi, ibadah shalat akan menghasilkan hikmah kepada mereka yang mengerjakannya setidaknya dalam tiga hal:

Pertama: Shalat akan Mengendalikan Diri dari Kemaksiatan

Orang yang mendirikan shalat dengan baik akan merasakan hubungan dan kedekatan yang luar biasa kepada Allah. Karenanya ia akan merasa selalu dalam pengawasan Allah. Ia tidak rela menodai kedekatannya itu dengan amal dan perbuatan maksiat. Inilah buah dari ibadah shalat yang mulia, sebagaimana difirmankan oleh Allah, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar” (Al-Ankabut: 45).

 Kedua: Shalat Menjadi Pembersih dari Segala Dosa

Kita semua sama-sama menyadari, bahwa tidak ada menusia yang ma’shum (terjaga dari dosa) selain para nabi dan rasul Allah, maka salah satu hikmah shalat adalah menjadi pembersih dan penggugur dosa-dosa kita.

Rasulullah shallalahu'alaihi wasallam mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang mengalir di depan pintu seseorang, kemudian ia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, adakah kotoran di tubuhnya yang masih tersisa?

Dari Abu Hurairah radliyallahu'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallalahu'alaihi wasallam bersabda, “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian dimana dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotoran yang tersisa?” Mereka menjawab, "Tidak ada kotoran yang tersisa sedikitpun". Rasulullah bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah ta'ala menghapus kesalahan-kesalahan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga: Shalat Menguatkan Jiwa dalam Menghadapi Cobaan Kehidupan

Kehidupan manusia bagaikan putaran roda; senang, susah, gembira, ujian, dan cobaan datang silih berganti menguji iman dan ketakwaan. Seorang muslim harus mempunyai jiwa yang kokoh untuk menghadapi beratnya ujian kehidupan. Ibadah shalat sejak awal menjadikan jiwa manusia tenang dan khusyu', sehingga mampu menjalani kehidupan dengan matang. Kita diperintahkan untuk selalu menjadikan shalat sebagai pengokoh jiwa kita dalam setiap musibah yang melanda.

Allah 'azza wa jalla berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (Al-Baqarah: 45).

Shalat senantiasa menjadikan jiwa kita tenang dan kokoh. Inilah rahasia mengapa Rasulullah meminta kepada Bilal, “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Dalam kesempatan lain beliau juga bersabda, “Dan ketenanganku dijadikan di dalam shalat” (HR. Ahmad).

Semoga kita termasuk mereka yang mendapatkan buah dan hikmah dari ibadah shalat yang dikerjakannya. Allahumma shalli wa sallim wa barik 'alaih.


*Disampaikan dalam kuliah shubuh bulan Ramadhan 1434 H, materi dibuat oleh Ustadz Hatta Syamsuddin, Lc.

2 komentar: