Rabu, 03 April 2013

Mengambil Hikmah


Berangkat kuliah pada jam 10.40, diawali dengan kuliah PPC (Pencegahan dan Perawatan Cedera), saat ini kuliahnya presentasi masing-masing cabang olahraga (jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, ada spesialisasi cabor) berkaitan dengan cedera, mengapa terjadi cedera, jenis cederanya, cara penyembuhan, cara mencegah dll. Entah kenapa kalau presentasi PPC saya kurang aktif speak alias bertanya, tidak seperti mata kuliah psikologi, boleh dibilang saya yang paling aktif dan kritis di kelas (masak sih, somse…), tapi kalau mata kuliah yang satu ini saya kurang aktif, kalau begitu akan saya coba menganalisis mengapa hal ini bisa terjadi (cuma spekulasi koq). Mungkin saya kurang menguasai, kurang baca, dan kurang memahami masalah cedera, anatomi tubuh, kinesiologi, dan biomekanika (kurang baca apa males, hayoo, kayaknya malesnya deh). Di samping itu, saya juga memang kurang tertarik dengan permasalahan cedera, kalau dipikir-pikir saya lebih tertarik pada masalah psikologi, filosofi, pendidikan, dan mata kuliah yang lain. Tapi yang jelas saya akan coba berusaha untuk lebih tertarik dan serius pada mata kuliah ini, karena mengetahui permasalahan cedera merupakan hal yang penting dalam dunia olahraga, apalagi jika kita bisa membantu setidaknya meringankan orang yang cedera, tentu ini merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama.

Tapi by the way, dosen mata kuliah ini cukup saya kagumi, karena cara menjelaskannya dengan gaya filosofi dan comedy, dan ada nasihat-nasihat, cerita, dan pengalaman hidupnya yang penting untuk dijadikan pelajaran bagi kehidupan. Dosen satu ini, bisa menjelaskan sesuatu yang amat riil atau konkret (cedera dan problematikanya) dengan penyampaian yang abstrak, ilmiah, dan akademis (itu mah wajar, namanya juga dosen, ya harus ilmiah donk). Dan terkadang dosen ini juga memiliki cara pandang dan pemikiran yang berbeda dari dosen-dosen yang lain (yah, semua orang juga pemikirannya beda mas bro…). Beliau mengatakan, seharusnya mahasiswa diberi pilihan jalur skripsi atau non-skripsi, itu karena sejak zaman dahulu (gak nyampe zaman purba, soalnya belum ada kampus) alias angkatan lama, judulnya skripsinya ya itu-itu saja. Jadi, kalau pun mau mengajukan proposal, kalau judulnya hampir sama (hanya beda sampel), sebenarnya no problem, karena keterbatasan manusia, ini di ibaratkan musisi yang mulai berkurang produktivitas dalam menciptakan lagu (ini yang saya tangkap, boleh jadi saya salah tangkap). Tapi menurut saya, keterbatasan juga bisa saja terjadi dari lingkup keolahragaan itu sendiri. Beliau melanjutkan (sekali lagi kalau saya gak salah), jadi kalau mengajukan proposal yang judulnya langka bin jarang sekali atau unik, ini baru istimewa. Terus beliau bicara apa lagi ya? (malah balik nanya). Sebenarnya ada banyak yang beliau bicarakan, dan itu cukup menarik bagiku, tetapi saya agak enggan menuliskannya (bilang aja males, alibi).

Masih lanjut, setelah mata kuliah PPC selasai, agak lama dari biasanya, karena banyak yang beliau bicarakan. Saya pulang dan langsung shalat dhuhur dengan jalur patas alias keburu-buru, sebab jam satu kuliah lagi Fisiologi Manusia (ngulang karena semester dua nilainya gak keluar), di samping saya gugup karena harus entri data ke laporan praktikum yang minggu kemarin (lihat data teman, coz minggu kemarin gak nyatet). Selesai kuliah praktikum Fisiologi Manusia, saya lega dan bahagia, karena praktikum yang keempat sudah ditandatangani dosen alias di-acc. Ini juga berkat jasa teman satu kelompok yang berhasil menghitung eritrosit, kendati sempat dipertanyakan hitungannya, tapi karena dosen ini baik atau memiliki rasa belas kasihan ya akhirnya di-acc juga, sebagai catatan dosen ini memang terkenal bingungan (tapi tetap saya anggap pintar), kalau dosen Fisiologi Manusia yang satunya, (ada dua dosen yang mengampu) itu baru pakarnya dan sangat teliti (tapi baik juga menurutku). Setelah keluar dari kelas, saya tanya ke teman dekatku dari kelompok berbeda tentang praktikum eritrosit yang terkenal paling sulit itu, ternyata dia juga sudah di-acc, yang saya tahu, dia cuma cari hasil hitungannya di internet dan langsung beres.

Dalam hatiku, enak benar ya cuma cari data di internet, sementara kelompok kami, dua minggu baru bisa di-acc (emang karena males sih, yang ngerjain juga temenku), saya sendiri tidak menyalahkan temanku dari kelompok berbeda itu, bahkan itu cara cerdik dari masing-masing individu. Lalu yang bisa saya ambil pelajaran dari kejadian ini adalah, kalau kita memiliki cara cerdik dan jitu yang menguntungkan kita (walau sedikit ilegal, diusahakan legal ya), sementara teman yang lain dengan bersusah payah, hendaknya kita tidak usah menceritakannya, karena dikhawatirkan teman tersebut jadi seolah-olah tidak terima atau iri, dan nantinya malah jadi masalah tersendiri. Kalaupun hendak menceritakan, usahakan cari waktu yang tepat, agar dia bisa mengambil pelajaran dari kamu, dan tidak bertanya-tanya. Tentunya kamu juga harus tahu orang seperti apa yang kamu ajak bicara. Okelah kalau begitu, sampai di sini dulu CHIP untuk hari ini. Kalau hendak menuliskan semuanya, jelas akan terlalu banyak dan berbusa-busa, saya tulis yang ingin saya tuliskan saja, sekalian berlatih agar lebih lancar dalam menulis. Semoga saja ada manfaatnya (kalau ada). Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar