Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf |
Lantunan
shalawat kembali bergema di Purbalingga, diiringi tabuhan rebana dari majelis
Ahbabul Mustofa dan pelantun khas Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf.
Purbalingga Bershalawat. Demikian jargon beberapa baliho yang terpasang di
hari-hari sebelumnya. Dimulai acara dengan sambutan Bupati Purbalingga, Bapak
Sukento. Kemudian konser shalawat pun labuh dengan antusias kaum muslimin ahlus sunnah dari berbagai wilayah
kabupaten Purbalingga. Ribuan orang berbaju koko, berpakaian putih, peci putih,
songkok hitam, sarungan, celana panjang tumpah ruah di tanah lapang alun-alun
Purbalingga. Tak kalah para muslimah ahlus sunnah,
baik tua, muda, remaja, anak-anak bercampur baur di hamparan alun-alun yang
kerap mendapat penghargaan adipura itu.
Semuanya
hanyut dalam kemeriahan shalawat kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Lagu
shalawat dari Habib Syech dimulai dari Allahu
Allah… diteruskan dengan tembang shalawat yang lain, hingga lantunan
populer Padhang Bulan yang menambah
kemeriahan para jama'ah yang hadir. Meriahnya para jama'ah diiringi tangan-tangan
melambai, bendera-bendera kecil dan besar berkibar-kibar, dan ribuan
lampu-lampu plastik menjadikan malam shalawat semakin berkesan.
Tepatnya
malam Minggu, 22 November 2014 atau 30 Muharram 1436 H, masih di bulan asyhurul hurum, Purbalingga kembali
dimuliakan ulama asal Surakarta, sebelumnya Purbalingga dimuliakan dengan
kedatangan triple syaikh dari Saudi
Arabia. Tepat malam Minggu, ketika para pemuda-pemudi yang minim iman dan ilmu
sedang berasyik-ria pacaran, tempat yang biasa menjadi tongkrongan tanpa makna.
Malam itu menjadi sangat bermakna dengan kehadiran para ulama di panggung megah
dengan shalawat nabi yang bergema ke segenap penjuru. Kita berharap acara mulia
tersebut bisa menjadi syiar dan pintu hidayah agar pemuda-pemudi muslim yang
tergelincir itu bisa kembali ke jalan lurus yang diridhai-Nya.
Di
panggung shalawat yang berkah itu, berjejer orang-orang pilihan, mulai dari
Bapak Bupati, Habib Syech, KH. Zuhrul Anam, KH. Nurcholis Masrur, KH. Ahmad
Kamal Ismail, para ulama, para asatidz, para habaib, dan beberapa orang dari
Ahbabul Mustofa. Mudah-mudahan dengan kehadiran orang-orang shaleh tersebut bisa
menjadi keberkahan bagi kabupaten Purbalingga, sesuai dengan harapan bupati
pada saat memberikan sambutannya. Dalam sambutannya, Bapak Sukento berharap
agar pada tahun-tahun depan Habib Syech bisa hadir kembali di Purbalingga untuk
mengisi dahaga para pecinta shalawat, dan tentu saja agar kehadiran beliau
dapat menjadi keberkahan dan kedamaian tersendiri bagi masyarakat Purbalingga.
Sebab warga Purbalingga sudah menunggu lebih dari setahun untuk kehadiran Habib
Syech, dimana sebelumnya beliau pernah hadir di Purbalingga bersama Syaikh
Hisyam Kabbani setahun yang lalu.
Dalam
ceramahnya di sela-sela gema shalawat, KH. Zuhrul Anam atau yang akrab disapa
Gus Anam, mewasiatkan agar kaum muslimin menjadi pecinta ulama, pecinta habaib,
dan gemar bershalawat. “Seorang pemimpin akan diikuti oleh rakyatnya,” kata Gus
Anam, “Karena itu, jika bupatinya dekat dengan ulama, dekat dengan habaib,
dekat dengan ustadz, dan senang dengan pengajian, maka insya Allah warganya juga akan
demikian. Dan mudah-mudahan masyarakat Purbalingga menjadi warga yang dekat
dengan ulama, senang pengajian, dan senang shalawatan”. Maka para jama'ah sontak
mengamini ucapan tersebut.
Gus
Anam mengatakan bahwa orang yang gemar shalawat, cinta habaib, senang berkumpul
dalam majelis-majelis shalawat atau dzikir, insya Allah akan dimudahkan dalam
mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam, dan mudah-mudahan akan dikumpulkan dalam surga-Nya kelak.
Gus
Anam juga mewasiatkan untuk meneladani Rasulullah dalam setiap keadaan, hal ini
dapat dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: ta’alluq,
takhalluq, tahaqquq. Pada tahap ta’alluq,
kita dianjurkan untuk banyak mengingat Rasulullah, mencintai beliau, terpaut atau
terhubungnya hati kita dengan beliau, baik lewat shalawat, pengajian, atau
hal-hal yang lain, bahkan dalam setiap keadaan. Tahap yang kedua, takhalluq, yaitu proses penyadaran diri
untuk meneladani sikap beliau, akhak, dan budi pekertinya sebagai panutan umat
manusia. Tahap yang ketiga, tahaqquq,
merupakan suatu usaha untuk mengaktualisasikan kesadaran diri sebagai umat Nabi
Muhammad yang dibuktikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan
ketiga hal ini, semoga kita bisa benar-benar menjadi seorang muslim yang
paripurna.
Ulama
bergelar doktor asal Banyumas ini juga menerangkan tafsir An-Nasafi, surah
Adh-Dhuha ayat 5 yang artinya: Dan kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
Melalui ayat ini, Allah menjanjikan kepada Rasulullah akan memberikan
kenikmatan besar di dunia dan di akhirat. Kenikmatan di dunia berupa kemenangan
bagi umatnya dan kemenangan agama Islam atas seluruh agama lainnya. Sedangkan kenikmatan
di akhirat berupa pahala, telaga, dan pemberian syafaat bagi umatnya, sehingga
dapat berkumpul dengan umatnya di surga. Maka dengan turunnya ayat ini, beliau
pun merasa gembira, puas, dan ridha atas kenikmatan besar yang Allah karuniakan.
Setelah
ceramah dari Gus Anam, masih dilanjutkan dengan beberapa lantunan shalawat dari
Habib Syech hingga berakhirnya acara. Majelis shalawat yang penuh keberkahan
ini berlangsung sekitar tiga jam, berjalan dengan lancar, khidmah, meriah, dan
sarat hikmah. Malam minggu yang biasanya diguyur hujan deras karena memang
sedang musim hujan, alhamdulillah
malam itu terang sore, dan semoga menjadi terang hati kita. Demikian catatan
singkat yang berhasil penulis ingat, penulis bahasakan sendiri tausiyah Gus
Anam, jadi tidak sama persis dengan mutiara hikmah yang beliau sampaikan. Akan
tetapi, ceramah yang beliau sampaikan insya Allah seperti itu maksud dan
intinya.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad
wa ’ala aali sayyidina Muhammad. Allahumma shalli wa sallim wa baarik ’alaih wa
‘ala aalih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar