Jumat, 12 April 2013

Cara Mengatasi Mental Atlet (Taekwondo) yang Buruk

A. Pendahuluan

Taekwondo merupakan olahraga yang membutuhkan kualitas mental yang baik, di samping kualitas fisik yang juga harus mumpuni. Dikatakan membutuhkan kualitas mental yang baik, karena dalam prakteknya seringkali ditemui seorang atlet yang sudah siap secara fisik, teknik, dan taktik. Tapi menjelang pertandingan dapat diamati dari body language dan mimik muka (facial ekspressions), terlihat gelisah, tidak tenang, kurang semangat, sense of humor berkurang, dan sebagainya. Terlebih lagi pada saat pertandingan, akan sangat terlihat mana atlet yang memiliki ketegaran mental (mental thougness), dan mana atlet yang mentalnya down.

Hal ini tentu saja mengundang pertanyaan dari seorang pelatih, mengapa keadaan demikian bisa terjadi pada diri atlenya, sementara dari segi fisik, teknik, dan taktik sudah dilatihkan sedemikian rupa. Tetapi pada saat bertanding teknik dan taktiknya terlihat buruk atau tidak maksimal, padahal pada saat sesi latihan terlihat sangat baik. Dari sini pelatih harus segera menyadari, bahwa kualitas fisik, teknik, dan taktik saja belumlah cukup. Ada satu aspek lagi yang perlu mendapat perhatian khusus, yakni mental atau psikologi. Karena betapapun hebatnya seorang atlet, kalau mentalnya down, tentu akan sangat menggangu penampilan atlet. Artinya, atlet tidak bisa menunjukan kemampuannya dengan maksimal. Dan latihan teknik, taktik, dan fisik yang selama ini dilatihkan akan sia-sia dan terbuang percuma, karena pada saat bertanding tidak bisa maksimal akibat keadaan mental yang buruk.

Kemudian yang menjadi pertanyaan di sini adalah Bagaimana jika menjadi seorang pelatih, menemui atlet yang selalu kalah dalam suatu pertandingan? Dengan kata lain, bagaimana cara seorang pelatih memperbaiki mental atlet yang buruk. Contoh studi kasusnya atlet yang selalu kalah dengan atlet tertentu, mungkin karena takut, nervous, dsb. Bagaimana cara mengatasi ketakutan atlet tersebut, yaitu strategi pelatih untuk membuat atlet menjadi lebih berani, khususnya pada saat pertandingan fight, model latihan seperti apa yang tepat.
  
B. Pembahasan

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan pelatih untuk membuat atletnya berani dalam bertanding, khususnya pada saat menghadapi lawan yang selama ini menjadi stumbling block baginya, artinya atlet tersebut dapat dipastikan akan kalah jika menghadapi lawan yang ditakutinya. Hal itu berarti dalam diri atlet sudah tertanam ketakutan, bahkan pada taraf tertentu sudah menjadi semacam phobia yang sudah melekat dalam alam bawah sadarnya. Sehingga dengan lain perkataan, atlet sudah kalah sebelum bertanding.

Cara yang dapat dilakukan pelatih pada saat periodisasi latihan tentunya  memberikan latihan-latihan mental, tetapi ada beberapa cara jitu yang dapat dilakukan pelatih sebelum bertanding untuk membangkitkan mental atlet yang ketakutan dalam menghadapi lawan tertentu, yaitu:

Pertama, pada hari sebelum besoknya bertanding, pelatih bisa memberikan surat pernyataan yang tujuannya untuk mengancam atletnya tersebut dengan mengatakan, ”Kalau besok kamu sampai kalah menghadapi si A, kamu tidak usah ikut lagi di klub ini, lebih baik kamu keluar saja dari klub ini, dan ini surat pernyataan yang harus kamu tandatangani”. Ini dilakukan sebagai bentuk ancaman kepada atlet tersebut, yang tujuannya untuk membangkitkan mental dan harga diri (self esteem) atlet tersebut. Dengan melakukan hal ini, maka harga diri atlet merasa dipertaruhkan, karena mendapat tantangan dari pelatihnya untuk menang menghadapi lawan yang ditakuti, atau kalah tapi harus keluar klub. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin atlet akan lebih berani menghadapi lawannya, dan berusaha untuk menang.

Kedua, dengan cara menyentuh emosi atlet, atau membuat emosi pada atletnya, sehingga pada saat bertanding itulah atlet dapat meluapkan emosinya, khususnya pada lawan yang ditakutinya. Ini bisa dilakukan dengan cara mengejek atau merendahkan atlet tersebut, tapi tujuannya untuk membangkitkan mental dan emosi atlet pada saat bertanding. Misalnya dengan mengatakan, “Kamu ini dari dulu lawan si A gak pernah menang, emangnya kamu gak malu sama diri kamu sendiri, sama keluarga, sama junior-junior dan atlet-atlet yang lain. Kalau kamu sampai kalah lagi, berarti kamu memang pecundang, tapi kalau kamu seorang juara, kalahkan dia”.

Ketiga, ini cara terakhir yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mental atlet yang buruk. Yaitu dengan cara menyugesti diri atlet, dengan masuk ke alam bawah sadarnya (subconscious mind). Hal ini biasanya dilakukan dengan menghipnotis atletnya, dalam kondisi hipnosis akan lebih mudah memberikan sugesti-sugesti untuk menghilangkan rasa takut atlet, dan membuatnya lebih berani.

Dalam kondisi hipnosis (biasanya gelombang otak pada kondisi alpha), keaktifan dan kekritisan pikiran sadar akan berkurang, dan pikiran sadar (conscious mind) inilah yang sebenarnya menjadi critical factor yang berupa pikiran kritis, rasional, pikiran negatif, dan sebagainya, yang menjadi penghalang untuk masuk ke alam bawah sadar. Dengan cara hipnotis, akan mudah memberikan sugesti-sugesti positif untuk menghilangkan rasa takut atlet, karena dalam kondisi hipnosis (gelombang otak pada kondisi alpha) sugesti bisa menembus critical factor dan langsung bisa diterima alam bawah sadar.

Cara yang lain, dengan menghipnotis atlet sebelum bertanding, meskipun dalam kondisi hipnosis yang ringan. Artinya, atlet bertanding dalam kondisi hipnosis, yaitu hipnosis dalam artian pemberian sugesti-sugesti positif untuk membuat atlet berani dan tidak takut pada saat bertanding. Kendati cara yang ini masih sangat asing bagi penulis, dan rasanya memang masih meragukan cara ini. Di samping itu, belum pernah mengetahui sebelumnya, hanya mendengar dari beberapa sumber. Tapi setidaknya bisa dijadikan khazanah dan masukan yang menambah pengetahuan.

C. Penutup

Demikian beberapa cara yang bisa dijadikan alternatif dalam menangani kasus-kasus atlet yang berkaitan dengan mental. Entah itu karena takut, cemas, gelisah, trauma, atau bahkan menjadi semacam phobia. Sebenarnya masih banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk menangani atlet yang bermental buruk, khususnya atlet yang selalu kalah dalam menghadapi lawan yang sama.

Dan ini tentu saja, di samping perlu memperbaiki kualitas teknik, taktik, dan fisik; kualitas mental juga tidak kalah penting, karena menurut para pakar bahwa tingkat pencapaian prestasi puncak sangat ditentukan oleh kematangan dan ketangguhan mental atlet. Terlebih lagi bagi atlet yang selalu kalah saat menghadapi lawan yang sama, tentu sangat erat kaitannya dengan efek psikologis yang perlu dicari pemecahannya.

Dan yang perlu digarisbawahi di sini bahwa mental atau psikis bagaikan samudra yang luas untuk dijelajahi dan didalami, karena ada berbagai macam hal dalam mental seorang manusia yang begitu kompleks dan terkadang sulit untuk dipahami.


By Rihan Musadik

4 komentar:

  1. makasih sabeum pencerahannya
    aku mmg sering nerveous kalau bertanding :( :)

    BalasHapus
  2. OK. Kalau lagi nerveous, buat diri kamu setenang mungkin, santai dan pasrah, tapi optimis. Bangun semangat dan keberanian dalam diri. Salam Juara.

    BalasHapus
  3. Makasih atas informasinya. Buat aku makin tambah berani dan gk gerogi

    BalasHapus
  4. Syukron infonya bro, ana dulu juga pas masih jadi taekwondoin taun 2010an lalu sempet nervous juga kalo ketemu lawan fight

    BalasHapus