John Bennet, Ted, dan Lori Collins dalam film "Ted" |
Siang hari selepas shalat dhuhur pada Rabu (4/9/2013), saya pergi ke warung untuk membeli kopi, lalu saya seduh dengan air panas dispenser. Sambil menunggu air panas, saya hidupkan laptop. Selesai itu, saya membuka beberapa dokumen laporan KKN. Setelah selesai mengecek dokumen yang akan saya kumpulkan itu, saya membuka file film. Ya, siang ini saya berniat nonton film (salah satu hobi saya, yaitu nonton film). Dan pilihannya jatuh pada film yang baru saja saya copy dari teman kost sebelah berjudul “Ted”. Di file-nya film ini tertulis tahun 2012, dan memang benar, setelah saya lihat film ini memang rilis tahun 2012. Aktor utama dalam film ini yaitu Mark Wahlberg yang berperan sebagai John Bennet, lalu Mila Kunis yang berperan sebagai Lori Collins, pacar John Bennet, dan tidak lupa tokoh utama dalam film ini, yaitu boneka Ted.
Film ini jelas tergolong sangat absurd, tapi juga mengasah kepekaan kita untuk berimajinasi, dan mengambil nilai filosofi di balik kisah film ini. Ada pesan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari alur cerita film ini. Diawali dengan sebuah prolog, bahwa keajaiban sudah lama hilang dari dunia kita, sehingga banyak harapan-harapan kita yang tidak tercapai. Film ini mengisahkan seorang anak kecil yang kesulitan mencari teman. Ketika di hari natal teman-teman yang lain bermain asyik gembira, sementara John Bennet kecil kesepian, karena merasa tidak memiliki teman.
Seperti lazimnya hari natal, orangtua mereka memberikan hadiah kado. Dan John Bennet kecil pun mendapat kado dari ayah dan ibunya, yaitu sebuah boneka beruang. John sangat senang dengan hadiah yang diberikan orangtuanya. Ketika malam hari menjelang tidur, ia sangat berharap jika boneka Ted dapat hidup, karena seperti di awal prolog, jika ia memiliki seorang teman ia takkan pernah melepaskannya. Harapannya di malam natal itu tepat ketika ada bintang jatuh. Layaknya sebuah film fiktif alias khayal bin ora mungkin, harapannya pun terkabul. Singkat cerita, boneka Ted tersebut menjadi teman, sahabat, bahkan keluarga dari John Bennet. Ayah dan ibunya yang tadinya terkejut setengah mati, akhirnya bisa menerimanya, dan menganggapnya sebagai sebuah keajaiban. Lalu boneka Ted yang luar biasa itu, sontak menjadi terkenal seantero penjuru Amerika Serikat, khususnya kota Boston yang menjadi latar tempat film ini.
John Bennet kecil pun perlahan menjadi seorang pria dewasa yang memiliki pekerjaan dan pacar seperti kebanyakan pria dewasa yang lain. Di lain sisi, Ted sudah terbiasa hidup di tengah-tengah masyarakat, dan orang-orang juga sudah terbiasa dengan boneka ajaib tersebut. Dalam film ini diceritakan kebiasaan buruk yang sering dilakukan Ted dan John, yaitu merokok, dan mabuk bersama, serta menghisap ganja yang lebih sering dilakukan Ted. Sehingga pernah suatu ketika boneka Ted kedapatan menghisap ganja dan akhirnya berurusan dengan polisi. Mereka berdua selalu bersama, kecuali saat John sedang bekerja. Itu pun sering diganggu oleh Ted yang sering menelponnya, dan merayu untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka berdua lakukan, seperti pesta pora, nonton film “Flash Gordon”, nonton acara humor, dan sebagainya. Seolah mereka berdua bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Kebiasaan buruk John dan Ted |
Masa-masa kecil John bersama Ted, kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka berdua lakukan. Terbawa dalam kehidupan John dewasa, sehingga tak jarang John mendapat masalah dengan bosnya karena sering bermasalah dan terlambat masuk kerja. Apalagi pacarnya Lori, yang sudah terbiasa bergaul akrab dengan Ted dan John, lambat laun pun merasa kesal dengan ulah John yang terkadang kekanak-kanakan, dan sikap menyebalkan dari boneka Ted. Sehingga tak jarang John dan Lori yang sudah menjalani pacaran selama empat tahun sering bertengkar. Karena hubungan yang sudah mereka jalani selama ini, menurut Lori tidak berjalan baik, disebabkan boneka Ted sangat mempengaruhi kehidupan John hingga membuatnya kekanak-kanakan, tidak dewasa, tidak komitmen, dan hubungan mereka berdua tidak akan berlanjut dengan mulus selagi John tetap tinggal bersama boneka Ted. Padahal Lori sangat menginginkan pria yang sejati, dewasa, mandiri, dan komitmen.
John yang sadar, dan memang merasakan seperti apa yang dirasakan Lori, akhirnya memutuskan atas saran Lori, untuk tidak tinggal bersama Ted lagi, dan Ted tinggal di rumah tersendiri. Ted pun kesepian, tapi karena Ted memang sudah terkenal, ia pun mengundang banyak orang untuk berpesta pora di rumah yang ditempatinya itu untuk mengisi kesepiannya. Terilhat dalam film itu, Ted si boneka unik dikelilingi gadis-gadis seksi dan orang-orang berpesta pora memenuhi rumahnya. Tapi hubungan John dengan Ted masih berjalan dengan baik, dan atas saran John, Ted pun bekerja di sebuah toko dengan wawancara yang cukup nyleneh, tapi akhirnya diterima juga bekerja. Ted pun berulah dalam film itu dengan menggoda dan melakukan hubungan seks dengan karyawati toko itu di atas barang dagangan di gudang, dan ketahuan oleh bosnya. Tapi setelah diwawancarai dan diinterogasi oleh bosnya, justru Ted dipromosikan naik jabatan, mungkin bosnya itu kagum dengan kepolosan jawaban Ted (sungguh ngrapi [bahasa Bangka, artinya khayal], namanya juga film).
Ted Bekerja di toko swalayan |
Di samping itu, Ted juga sering merayunya lewat telepon untuk sesuatu kesukaan John, yang nantinya itu merusak hubungannya dengan Lori. Sampai-sampai hubungan John dan Lori hampir kandas karena pengaruh Ted, dan tentunya karena John sendiri yang tidak memiliki sikap tegas. Yaitu saat dimana John meninggalkan Lori di pesta undangan temannya, karena John terpengaruh oleh bujuk rayu Ted, yang mengajaknya untuk melihat aktor film “Flash Gordon” yang sedang berpesta di rumah Ted.
Akhirnya Lori sangat marah pada John, dan menyuruhnya untuk tidak menemuinya lagi. John pun sangat galau dan menyuruh Ted untuk menjauh dari kehidupannya, karena selama ini Ted dianggap menghambat masa depan John dengan Lori. Ted berusaha minta maaf dengan mendatangi rumah John, tapi di rumah itu justru terjadi pertengkaran hebat antara Ted dan John. Ya, mereka berdua berkelahi, saling lempar, saling adu pukul. Ini terjadi karena kemarahan John yang mengatakan sesuatu yang buruk pada Ted, dan membuat Ted naik pitam hingga menyerang John, meski pada akhirya pertengkaran mereda dengan sendirinya dan saling meminta maaf.
Ted akhirnya sadar, bahwa selama ini dirinyalah yang bersalah atas retaknya hubungan John dan Lori. Kemudian Ted mendatangi rumah Lori dan menjelaskan semuanya perihal kejadian selama ini, terutama di pesta itu, bahwa John tidak bersalah apa-apa, tapi dirinyalah yang bersalah. Ted berusaha menjembatani hubungan keduanya yang retak agar baik kembali, dengan menyuruh Lori untuk menemui John di café. Tapi John justru merasa sangat bersalah, merasa inferior, dan tidak pantas menjalin hubungan dengan Lori. ”Aku bukan pria sejati seperti yang kau harapkan” katanya, dan memilih berpisah. John pun pergi berlalu meninggalkan Lori di café . Sementara Lori menyesal, dan merasa sangat berat berpisah dengan John, akhirnya Lori mengejar John dengan mobilnya, dan ingin mengatakan sesuatu padanya, John pun masuk ke dalam mobil. Lori mengatakan bahwa ia sangat mencintai dirinya, begitu juga John sangat mencintai Lori.
Ted ketika akan bertengkar dengan John |
Ketika sedang di mobil, handphone John berbunyi. Ted menghubunginya, dan John langsung mematikan hp-nya, tapi karena berkali-kali nelpon, atas saran Lori yang juga sayang pada Ted, akhirnya diangkat juga. Ketika berbicara lewat telepon, ternyata Ted sedang diculik oleh seseorang yang pernah hendak membeli boneka Ted, tapi langsung ditolak John dan Ted. Singkat cerita, setelah diberitahu Ted penculiknya, John langsung menghubungi polisi, dan pergi ke tempat orang yang menculik Ted, yang pernah memberikan alamatnya pada John ketika tidak berhasil membeli boneka ajaib Ted.
Ted yang ketahuan menelpon langsung dibawa ke mobil, karena si penculik tahu akan ada polisi atau seseorang yang mencari ke rumahnya (ingat ya, ini film, jadi serba kebetulan). Tapi ketika hendak kabur dengan mobil, keburu ketahuan oleh John dan Lori. Akhirnya, mobil yang dikendarai Lori mengejar mobil si penculik tersebut, hingga mobil penculik menabrak tembok dekat stadion. Dan Ted berusaha kabur, sementara penculik terus mengejarnya, bahkan ketika Ted berusaha menghindarinya dengan naik ke atas tiang-tiang lampu stadion, si penculik masih tetap mengejar Ted. Hingga akhirnya Ted yang sedang memegang erat tiang-tiang lampu terpegang kakinya oleh si penculik, lalu ditarik oleh penculik itu, dan walhasil tubuh mungil boneka Ted terkoyak, terbagi, terbelah menjadi dua, dan jatuh dari atas ketinggian ke bawah stadion. John dan Lori pun terhenyak melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya, segera mereka berlari mendekati boneka Ted yang terkoyak, mengambil kapasnya yang bertebaran, dan membawanya pulang untuk segera dijahit. Sementara itu polisi berhasil menangkap si penculik tersebut.
Bintang jatuh, menurut mitos harapan kita pasti terkabul |
Film ini diakhiri dengan ending yang bahagia, setelah menjalin hubungan pacaran selama empat tahun, akhirnya John dan Lori menikah, mereka berdua hidup bahagia bersama. Sementara Ted melanjutkan hubungan asmaranya dengan karyawati teman sekerjanya yang pernah “dimasukin lubangnya” itu. Mungkin masing-masing sudah saling mengerti, dan mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Boleh jadi, secara pukul rata film ini ber-genre humor, tetapi kalau menurut pendapat pribadi saya, genre film ini agak sulit ditentukan. Sebab ada kisah cinta yang dominan di situ, ada juga kasih sayang dalam keluarga, tema persahabatan, persaudaraan, dan cukup porno untuk ukuran “orang Indonesia”. Saya yang tadinya hendak menuliskan sisi filosofi film ini, malahan jadi nulis sebagian ceritanya, tapi gak papa lah, itung-itung sambil latihan nulis, meskipun sampai jam setengah dua belas malam. Mungkin nilai filosofi film “Ted” di lain tulisan, itu pun kalau berhasil saya tangkap, dan saya uraikan. Semoga. Untuk lebih lengkap dan lebih jelasnya tonton langsung aja film-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar