Oleh: Rihan Musadik
Melanjutkan obrolan ringan dengan tema cinta, mungkin sebagian dari kita pernah bertanya, kenapa saya bisa mencintai seseorang? Kenapa saya bisa mencintai ayah dan ibu? Kenapa saya bisa jatuh cinta pada seorang wanita? Kenapa kita semua bisa saling mencintai? Jawabannya karena Allah mengaruniakan semua makhluknya rasa cinta dan kasih sayang, dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Allah itu mempunyai seratus rahmat (cinta), namun Dia menangguhkan sembilan puluh sembilan rahmat-Nya, dan hanya menurunkan satu bagian rahmat (cinta) ke bumi. Dari satu bagian itulah seluruh makhluk saling mencintai dan mengasihi. Dari manusia, jin, tumbuhan, bintang buas, hingga kuda yang rela mengangkat tapak kakinya karena khawatir akan menginjak anaknya”.
Oleh karena itu, wajar saja dan merupakan sunnatullah jika kita sebagai umat manusia saling mencintai dan mengasihi, sebab cinta merupakan salah satu anugerah dan karunia yang Allah berikan kepada makhluk-makhluk-Nya. Bahkan disebabkan karena cinta dan kasih sayang kepada hewan bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, begitu juga dikarenakan tidak adanya rasa cinta dan kasih sayang kepada hewan—apalagi sampai menyiksanya—bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka.
Dalam sebuah riwayat dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam, dikisahkan bahwa ada seorang pelacur yang tengah kehausan dipadang pasir, lalu ia menemukan sebuah sumur yang cukup dalam, segeralah ia bersusah payah masuk ke dalam sumur tersebut untuk melepas dahaganya, dan menyudahi rasa hausnya. Setelah memanjat dengan susah payah, ia melihat seekor anjing kurus yang kehausan, pelacur tersebut pun merasa kasihan, dalam hatinya ia berkata, “anjing ini telah mengalami apa yang aku alami”. Tanpa pikir panjang, segera ia gunakan kedua sepatunya yang diikatkan dengan kerudungnya untuk mengambil air kedalam sumur itu lagi, setelah bersusah payah mengambil air, dan naik ke atas, diberinya anjing itu minum hingga terlihat bugar kembali, dan bisa melanjutkan hidupnya lagi. Walhasil, kata Nabi, pelacur tersebut mendapat ampunan dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan dimasukan ke dalam surga.
Kemudian dalam riwayat yang lain, dikisahkan bahwa pada hari kiamat nanti, ada seorang ahli ibadah yang membawa pahala amal kebaikan atau pahala aneka macam ibadah yang sangat banyak, baik ibadah shalat, haji, baca Qur’an, sedekah, puasa, dan sebagainya. Tetapi Allah justru tidak meridhoinya, dan malah memasukkannya ke dalam neraka. Ternyata sewaktu di dunia, ahli ibadah tersebut pernah marah kepada seekor kucing, lalu mengurung kucing tersebut, dan tidak diberinya makan hingga mati. Allah pun melaknat perbuatan si ahli ibadah tersebut, yang tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada ciptaan Allah. Walaupun ia seorang ahli ibadah sekalipun, kalau tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-Nya Allah (meskipun hanya seekor kucing). Laknat Allah tetap menimpa pada ahli ibadah tersebut, dan Allah tidak ridha ia masuk kedalam surga-Nya. Ini tidak lain karena tidak hidup rasa cinta dan kasih sayang dalam hatinya.
Dari dua riwayat tersebut kita menjadi tahu, bahwa ternyata cinta merupakan sarana untuk masuk kedalam surga-Nya Allah. Kalau kepada hewan saja kita diperintahkan untuk cinta dan kasih sayang, apalagi kepada sesama manusia—lebih khusus lagi kepada sesama muslim—tentu kita harus berbuat baik, saling mencintai, saling menyayangi, saling peduli, dan bersikap lemah lembut. Tidak boleh kita saling membenci, saling bermusuhan, apalagi hingga berbuat aniaya dan menzhalimi makhluk-makhluk-Nya Allah.
Pertanyaan berikutnya yang banyak mengusik kaum muda-mudi yang sedang jatuh cinta dan dirundung asmara. Kenapa saya bisa jatuh cinta pada wanita tersebut/laki-laki tersebut? Kenapa saya terus menerus memikirkannya? Kenapa saat bertemu dengannya, saya merasa gugup? Kenapa setiap kali kulihat dia, dunia seakan berhenti, dan jantung serasa tak berdetak? Kenapa saya merasa cemburu saat dia bersama laki-laki/perempuan lain? Ada apa dengan cinta?
Allah ta'ala berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa cinta kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Rum: 21).
Kemudian pada ayat yang lain Allah juga berfirman, “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik” (Ali Imran: 14).
Dari kedua ayat tersebut, bisa disimpulkan bahwa kodrat antara laki-laki dan perempuan memang saling mencintai, saling mengasihi, dan saling membutuhkan, karena memang Allah yang menciptkannya demikian. Bahkan pada ayat yang kedua di atas, Allah sendiri yang mengatakan bahwa kesenangan hidup di dunia yang pertama adalah wanita (pasangan hidup). Sebab Allah memang menciptakan manusia dengan pasangannya, agar cenderung, dan merasa tentram kepadanya, seperti dijelasakan pada ayat di atas. Pada ayat yang lain pun disebutkan, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. Jadi, jawaban umum atas pertanyaan kenapa kita bisa mencintai seorang wanita/laki-laki, sudah terjawab dengan penjelasan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Hanya saja yang menjadi tanda tanya di benak kita, terutama di kalangan ikhwan dan akhwat yang sedang jatuh cinta, kenapa cinta kepada lawan jenis yang Allah jadikan buat kita, yang tujuannya untuk ketentraman kita, dan kita merasa cenderung kepadanya, justru terkadang malah membuat kita galau?
Pada ayat yang kedua di atas, Allah memang menjadikan pasangan hidup sebagai keinginan duniawi yang nomor wahid dibandingkan dengan harta kekayaan, emas, perak, kendaraan, mobil mewah, rumah mewah, dan sebagainya. Pada ayat di atas dijelaskan bahwa pasangan hidup (wanita-wanita), itulah salah satu kesenangan hidup di dunia. Artinya, bahwa pasangan hidup kita (pria/wanita) memang diciptakan untuk kesenangan hidup di dunia. Dalam ayat lain, agar kita merasa cenderung, saling mengisi, tentram, damai, dan bahagia. Ini hanya didapat jika cinta kita tulus dan suci, dan cinta yang tulus dan suci hanya timbul dari hati yang suci pula, serta berlandasakan pada keimanan, dan aturan dari Sang Pemilik Cinta. Hal ini sudah dibahas cukup panjang di tulisan sebelumnya.
Lalu kenapa kita bisa galau, gundah, sedih hingga membuat kontroversi hati, mengkudeta keimanan, bahkan mengganggu harmonisasi hidup? Pertama, ini berkaitan dengan penerimaan dari pihak yang dicintai. Misalnya seorang pemuda yang sedang jatuh cinta pada seorang wanita, ia akan terus kepikiran, apalagi jika iman dalam hatinya begitu rapuh. Karena tidak tahan dengan rasa rindunya, dan ingin memenuhi kebutuhan cintanya, ia pun nekat berusaha untuk menjalin komunikasi dengan wanita idamannya. Komunikasi pun terjalin intens, tiba saatnya ia menyatakan cintanya, dan malang tak dapat ditolak, cintanya bertepuk sebelah tangan. Mungkin ini salah satu penyebab seseorang menjadi stres, depresi, frustrasi, hingga bunuh diri, disebabkan patah hati cintanya tidak diterima alias ditolak. Bagi seorang muslim yang kokoh imannya, ikhlas, dan bertakwa; kalaupun ditolak cintanya, itu tidak menjadi soal, karena berarti Allah ta'ala tidak menghendakinya, dan memang bukan jodohnya. Lagi pula kenapa harus galau, stres, hingga ingin bunuh diri segala, apakah dunia hanya selebar daun kelor? Maka segera bangkitlah wahai saudaraku yang ditolak cintanya, Allah menghendaki yang terbaik bagimu.
Pertanyaan kenapa cinta justru membuat pusing dan galau, khususnya pada pemuda-pemudi yang lagi jatuh hati; banyak sebabnya. Karena ditolak cintanya salah satunya, karena sewaktu pacaran ada rasa cemburu, banyak konflik, bertengkar, kurang perhatian, miss komunikasi, tidak sependapat, dan sebagainya. Bahkan cinta dalam hati pun bisa membuat galau, sederhananya menyukai seseorang, tapi tidak berani menyatakannya, dan merasa cemburu ketika seseorang yang disukai tersebut dekat bersama orang lain. Dan perlu ditekankan lagi di sini, apakah kita menyatakan cinta hanya sekedar hawa nafsu belaka, ataukah untuk melangkah ke jenjang yang diridhai Allah, yaitu menikah.
Kalau kita sekedar menyatakan cinta, tapi ujung-ujungnya pacaran, tentu ada banyak kegalauan hati dalam perjalanan pacaran tersebut, karena seperti kita ketahui, berpacaran lebih banyak membawa dosa dan kemaksiatan daripada membawa kebaikan. Artinya, pacaran merupakan perbuatan yang tidak diridhai Allah, kecuali pacaran—dengan menjaga adab, dan aturan Allah—dengan tujuan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Tapi ini pun saya rasa jarang sekali, karena kebanyakan muda-mudi yang berpacaran seringkali melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan agama (Islam), seperti berduaan, berpegangan tangan, bercumbu, berciuman, bahkan lebih dari itu. Meskipun mereka berpacaran dengan komitmen untuk pernikahan, tetap saja akan berdosa, karena sudah melanggar aturan agama, dan tentu saja akan mengurangi keberkahan pernikahannya, kecuali jika kedua pasangan menyadari kesalahannya, dan segera bertaubat.
Maka berbahagialah bagi seorang muslim yang hingga hari ini belum pernah berpacaran, karena berarti Allah menjagamu dari kemaksiatan dan dosa. Allah menginginkan yang terbaik bagimu, berdoalah kepada Allah agar diberikan jodoh yang terbaik, tetaplah berada di atas jalan-Nya. Insya Allah penantianmu akan segera datang, dan prosesnya biar Allah saja yang mengatur. Kalaupun berpacaran, persingkatlah waktu pacaran, dengan tetap menjaga aturan Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar