Masjid Jenderal Sudirman, Demangan Baru, Yogyakarta |
Alhamdulillah. Hari ini, Selasa (10/9/2013) saya bisa menghadiri pengajian rutin dwi minggu di masjid Jenderal Sudirman yang diisi oleh Habib Sayyidi bin Abdurrahman Baraqbah. Kajian rutin yang membahas kajian hadits ini, diadakan setiap hari Selasa ba'da maghrib, pada minggu kedua dan minggu keempat. Kebetulan ini yang pertama kali dimulai semenjak vacuum selama bulan suci Ramadhan.
Hari itu, saat saya datang ke masjid Jenderal Sudirman, suara adzan maghrib masih sempat terdengar beberapa saat. Langsung saya bergegas mengambil air wudhu di sekitar masjid, dan menunggu beberapa detik, tanpa melakukan shalat sunnah, karena “papan waktu” yang terpasang di ruang utama masjid menunjuk sebentar lagi akan iqomat.
Ketika shalat saya sedikit kaget bercampur kagum, karena imam shalat maghrib, yaitu Ustadz Yasir Arafat membaca Al-Fatihah dan surat pendek dengan lagu khas jawa. Ini baru pertama kalinya saya dengar selama ini, ada imam membaca bacaan ketika shalat dengan lagu bercirikan khas jawa. Biasanya Ustadz Yasir yang masih mengambil S-2 Antropologi di UGM ini membaca bacaan Al-Fatihah dan surat pendek dengan lagu biasa saja, tapi kali ini beliau membacanya dengan lagu khas Jawa, benar-benar ustadz yang asli Sumatera ini cinta budaya Jawa.
Seperti katanya beberapa waktu yang lalu, ketika ngobrol-ngobrol saat ada kajian filsafat di kompleks masjid ini, “Kita ini harus mencintai budaya kita, budaya Jawa, saya yang orang asli Sumatera pun cinta budaya Jawa, karena dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Dimanapun kita berada, kita harus menjunjung adat dan budaya setempat, terlebih budaya Jawa yang sesuai dengan Islam. Jangan kita meninggalkan budaya kita sendiri, dan sok hebat dengan berislam gaya Arab. Padahal budaya manapun kalau bisa diselaraskan dengan Islam itu akan jadi lebih baik, karena identitas kita masih tetap ada, dan inti ajaran Islam pun masih tetap utuh. Agama Islam sendiri sangat welcome dengan budaya manapun sepanjang itu baik dan sesuai dengan syariat Islam serta tidak bertentangan dengan syariat Islam,” kata beliau seingat saya, dengan sedikit tambahan dari pendapat saya pribadi.
Seusai shalat maghrib dengan segala ibadah setelahnya, yaitu bacaan wirid, dzikir, doa, dan shalat sunnah; segera pengajian hadits pun dimulai. Habib Sayyidi memulai pengajiannya dengan sedikit mengulang materi pada saat menjelang Ramadhan beberapa waktu lalu, yang membahas masalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib. Ada pembahasan yang baru saya tahu dari Habib, bahwa ternyata shalat qabliyah itu ada di sejumlah shalat fardu, yaitu qabliyah shubuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Yang saya tahu selama ini, shalat sunnah qabliyah hanya ada pada shalat shubuh, dhuhur, dan ashar; sementara sebelum shalat maghrib, dan isya hanya shalat tahiyatul masjid, dan shalat sunnah mutlak (niat shalat sunnah dua raka’at karena Allah). Batas waktu shalat sunnah qabliyah pun baru saya tahu dari Habib, ternyata batas waktunya dari adzan hingga ke adzan berikutnya. Artinya, setelah melaksanakan shalat fardhu, kita boleh untuk melaksanakan shalat qabliyahnya. Misalnya, setelah adzan dhuhur berkumandang kita tidak sempat mengerjakan shalat qabliyah dhuhur, maka kita boleh mengerjakannya setelah shalat dhuhur hingga adzan ashar berkumandang. Begitu seterusnya.
Berbeda halnya dengan shalat sunnah qabliyah yang bisa dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Shalat sunnah ba’diyah, hanya boleh dikerjakan sesudah shalat fardhu saja, dan batas waktunya sehabis shalat fardhu hingga ke adzan shalat fardhu berikutnya. Habib juga menjelaskan, ketika kita tidak sempat melaksanakan shalat qabliyah shubuh, yang kata Nabi lebih baik dari dunia dan seisinya, maka kita boleh melaksanakannya sesudah shalat shubuh, dan lebih baik dikerjakan di tempat yang tidak terlihat oleh orang banyak, agar tidak menimbulkan keresahan dan tanda tanya pada orang-orang sekitar. Sedikit catatan lagi, ketika iqomat dikumandangkan, kita tidak boleh mengerjakan shalat sunnah apapun, karena setelah iqomat yang harus kita kerjakan adalah shalat fardhu.
Itu sedikit materi awal yang disampaikan Habib hari ini, mengulang pada materi pengajian sebelum Ramadhan. Selanjutnya Habib juga membahas hadits tentang pentingnya bershalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu’alahi wasallam. Tentu saja materinya sangat menarik, dan sempat menyinggung beberapa hadits lain atau tema lain yang masih relevan dengan materi yang disampaikan hari itu. Waktu sekitar satu jam, dari selesai shalat maghrib hingga waktu shalat isya tiba, sungguh sangat bermanfaat dan sarat dengan ilmu. Mungkin akan penulis bahas lain kali, itu pun kalau masih ingat, dan tidak malas. Semoga. Karena memang ilmu yang disampaikan Habib sangat banyak dan panjang, jelas sebuah tulisan tidak akan mampu mengurainya kembali dengan utuh, mungkin hanya beberapa poin saja yang sempat diingat. Semoga Allah senantiasa memahamkan kita, memberi kita ingatan akan ilmu agama yang kita pelajari. Amiin.
Rasanya sangat bahagia sekali bisa menghadiri pengajian malam ini, setelah dua bulan ini karena tugas KKN, tidak pernah hadir di kajian-kajian yang rutin saya hadiri. Apalagi yang mengisi pengajian Habib Sayyidi bin Abdurrahman Baraqbah. Melihat wajahnya saja, hati ini terasa tenang, dan damai; mungkin karena cahaya iman yang ada dalam diri beliau. Semoga setelah mengaji dengan habib, iman saya bisa meningkat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Allah. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar