Minggu, 15 September 2013

Komunikasi Kepelatihan - Pengalaman Melatih Taekwondo

Oleh: Rihan Musadik

Manusia yang secara kodrat merupakan makhluk sosial, sangat membutuhkan komunikasi dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Hal ini karena tanpa komunikasi, manusia tidak akan bisa melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain. Oleh karena itu, tanpa komunikasi manusia tidak akan bisa saling bertegur sapa, saling menolong, saling membantu, saling bercengkerama yang semua itu merupakan kebutuhan manusia sebagai homo homini socius ‘manusia yang membutuhkan manusia yang lain’.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, pikiran, gagasan, atau ide antara dua pihak atau lebih untuk sampai pada suatu pemahaman. Dengan demikian, komunikasi memiliki tujuan untuk saling memahami, memberikan penjelasan, memberikan pemahaman, saling bertukar informasi, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Dalam buku yang pernah saya baca—kalau tidak salah judulnya “Sukses Tanpa Gelar” tulisan Andrias Harefa—dikatakan bahwa orang yang lebih sering berkomunikasi lebih panjang umur daripada orang yang jarang berkomunikasi. Ini dibuktikan dari penelitian atau pengamatan di penjara; tahanan (misalnya dihukum seumur hidup) yang sering berkomunikasi dengan tahanan lainnya terlihat lebih gembira, lebih bisa menghapus kesedihannya, dan lebih awet hidup daripada tahanan yang jarang berkomunikasi. Misalnya di dalam sel seorang sendirian dan jarang berkomunikasi dengan tahanan di sel sebelahnya, ia akan lebih mudah sedih, murung, frustrasi, dan lebih cepat mati.
 
Penjelasan tentang komunikasi sangatlah luas jika dibahas secara umum dan detail. Ada ilmu tersendiri yang mengkaji komunikasi secara mendetail, akan sangat panjang lebar jika dibahas dalam sebuah artikel semata. Buku pengantar ilmu komunikasinya saja sudah terbilang tebal dan cakupannya luas, apalagi ilmu komunikasi itu sendiri, yang merupakan salah satu jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial di berbagai universitas, tentu akan lebih mendalam lagi kajiannya.

Dalam tulisan ini saya akan sedikit bercerita atau membahas, berkaitan dengan komunikasi saya sewaktu melatih taekwondo. Tulisan ini merupakan salah satu tugas dari dosen mata kuliah Komunikasi Kepelatihan yang diampu oleh Nawan Primasoni, M.Or. Yang tugasnya adalah setiap mahasiswa menuliskan hambatan, kesulitan, pengalaman, maupun hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dalam melatih masing-masing cabang olahraganya. Di Fakultas Ilmu Keolahrgaan (FIK), program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) ini, setiap mahasiswa memiliki cabang olahraga khusus yang menjadi bidang keahliannya, meskipun olahraga secara umum juga diajarkan di fakultas ini, kerana nantinya akan dicetak menjadi pelatih profesional di cabangnya sekaligus menjadi seorang guru olahraga.

Sebenarnya tidak ada masalah serius dalam hal komunikasi ketika saya melatih taekwondo, hanya saja yang terkadang menjadi sulit ketika materi yang akan dilatihkan belum dipersiapkan sebelumnya. Ini mengakibatkan “keteteran” saat melatih, lalu dalam menyampaikan materi latihan juga kurang optimal. Meskipun tetap bisa menyampaikan materi latihan, tapi belum tentu apa yang kita sampaikan menjadi jelas dihadapan anak latih. Akan lebih baik jika sebelumnya kita sudah mempersiapkan materi latihan terlebih dahulu, sehingga saat menjelaskan kepada anak latih akan lebih lengkap, dan kita tidak kebingungan.

Kemudian yang terkadang menjadi kendala dalam berkomunikasi pada saat saya melatih, yaitu munculnya rasa grogi, nervous, gugup, khususnya saat-saat sebelum tatap muka dengan anak latih. Ketika baru pertama kali kita melatih suatu klub yang kita jarang berkecimpung di situ, tentu ketika akan melatih ada rasa grogi atau gugup. Terlebih lagi perdana melatih di tempat tersebut, lalu anak-anak latih yang belum kita kenal serta dilihat banyak orang, ini juga mengakibatkan rasa gugup, baik saat melatih maupun sebelum melatih.

Tetapi sebenarnya, kebanyakan rasa grogi hanya di awal-awal sebelum melatih, ketika sudah berhadapan langsung dengan anak latih, rasa grogi akan hilang dengan sendirinya. Apalagi jika kita sudah menguasai cabang olahraga yang akan kita latihkan, tentu rasa gugup akan hilang saat kita sudah berhadapan langsung dengan anak latih. Selanjutnya rasa grogi juga berkaitan dengan siapa yang akan kita latih, rasa grogi akan lebih besar ketika yang dilatih seusia dengan kita. Misalnya saja ketika mata kuliah Pengajaran Mikro, saya ditugaskan mengajar kepelatihan taekwondo satu sks pada kelas PGSD-D yang satu angkatan dengan saya. Di awal sebelum pertemuan, saya ada rasa gugup, akan tetapi setelah tatap muka langsung dengan empat puluh mahasiswa, rasa gugup atau canggung perlahan hilang dengan sendirinya, karena saya sudah mempersiapkan sebelumnya materi yang akan saya sampaikan, dan hal-hal yang akan saya bicarakan pada mahasiswa.

Berbeda halnya kalau kita melatih anak usia dini, anak SD, SMP, atau usia-usia junior, rasa grogi sangatlah kecil. Hanya saja yang menjadi pertanyaan dibenak kita adalah apakah materi latihan yang kita sampaikan itu benar-benar jelas, dan bisa dierima dengan baik oleh anak latih ataukah tidak. Oleh karena itu, sebagai pelatih harus bisa menyampaikan materi latihannya dengan baik, mengkomunikasikannya dengan jelas, dengan gaya bahasa yang mudah diterima, dan mudah diapahami, tentunya dengan peragaan atau contoh langsung dari pelatih, agar anak latih lebih jelas dalam menerima materi latihan.

Kebingungan dalam mengomuniksaikan materi latihan juga sering kita alami, tergantung apakah yang dilatih itu tingkat pemula, tingkat lanjut, ataukah atlet senior/elite. Untuk atlet tingkat lanjut atau atlet senior, penyampaian akan jauh lebih mudah, karena atlet sudah paham, tinggal melakukan pengulangan saja, dan memperbaiki kualitas teknik, taktik, fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan latihan taekwondo. Lain halnya dengan melatih tingkat pemula, butuh cara berkomunikasi atau cara penyampaian materi latihan yang lebih jelas, detail, dan gampang dipahami, sehingga anak latih akan lebih mudah dalam mempraktekkan gerakan yang dilatihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar